KALIMAT EFEKTIF
A. PENDAHULUAN
Kalimat merupakan hal yang sangat
penting apabila kita membahas tentang bahasa dan susunannya. Kalimat digunakan
untuk membuat surat, mengungkapkan sesuatu serta berbicara diberbagai
kesempatan. Kalimat merupakan hal yang harus diketahui sebelum kita membuat
paragraf dan juga sebuah karya tulis lainya. Apabila kita tidak benar –
benar paham dengan kalimat, kita akan susah untuk mengungkapkan sesuatu dan
akan terjadi kerancuan apabila nantinya kita membuat sebuah karya tulis.Kalimat
yang baik akan mempengaruhi dari sebuah karya tulis, begitu juga sebaliknya.
Sehingga kita harus hati – hati dalam membuat kalimat dan menempatkan kata –
kata dalam sebuah kalimat. Dan sebagai mahasiswa sudah seharusnya kita bisa
paham dan mengerti tentang kalimat, bisa membuat kalimat dan lebih lagi kita
bisa menyusun sebuah karya tulis dengan kalimat – kalimat yang berbobot dan
bermutu. Berikut pengertian kalimat secara leksikal atau berdasarkan kamus
besar Indonesia dan macam – macam kalimat itu sendiri :
1. Arti
kalimat secara leksikal atau arti kamus bahasa Indonesia adalah:
o Kalimat
adalah susunan kata atau kelompok kata yang teratur dan mengandung maksud atau
pikiran yang jelas.
o Kalimat
adalah satuan bahasa yang berdiri sendiri dan tidak merupakan bagian dari
kesatuan yang lebih besar yang lain yang diakhhiri dengan intonasi final,
terdiri atas satu atau lebih klausa.
o Kalimat
adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan suatu konsep pikiran, perasaan dan
perkataan.
o Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
2. Macam
– macam kalimat
· Kalimat perintah
· Kalimat
Berita
· Kalimat
Tanya
· Kalimat
Aktif
· Kalimat
Pasif
· Kalimat
Langsung
· Kalimat Tidak
Langsung
· Kalimat
Tunggal.
· Kalimat
Majemuk
· Kalimat
Efektif
· Kalimat
Utama
· Kalimat
Penjelas
B. PEMBAHASAN
Dari berbagai macam jenis kalimat di
atas, kami memilih pembahasan mengenai kalimat efektif yang dianggap relevan
untuk dibahas dalam makalah kami kali ini. Berikut penjelasan lebih lanjut
mengenai kalimat efektif :
Kalimat Efektif
Kalimat dikatakan efektif apabila
berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai
dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus
memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan
katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar. Menurut
Gorys keraf adalah kalimat yang memenuhi syarat – syarat berikut :
a. secara
tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan pembicara atau penulis.
b. Sanggup
menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dalam pikiran pendengar atau pembaca
seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
Ciri – ciri kalimat efektif sebagai berikut :
M Kalimat
efektif mengandung kesatuan gagasan.
a) Subyek
dan atau predikat kalimat eksplisit.
Contoh :
Tidak
efektif :
Berhubungan itu mengemukakannya juga minat baca kaum remaja
makin menurun.
Efektif
: Sehubungan dengan itu, dikemukakannya juga minat baca
kaum remaja menurun.
b) Subyek
dan predikat kalimat hendaknya tidak terpisah terlalu jauh agar kesatuan
gagasan terjamin.
Contoh :
Kurang
kuat :
Pembangunan jelas menuju zaman keemasan yang baru,
menghendaki pengembangan bakat – bakat pendukung kebudayaan bangsa disegala
lapangan mulai dari hal – hal yang tampaknya kecil seperti cara mengatur rumah
tangga, cara baergaul dan cara memperoleh hiburan sampai meningkatkan kemasalah
– masalah besar seperti pembangunan kota, memproduksi pangan, menciptakan
berbagai bentuk kesenian baru, pendeknya segala soal yang membina kebudayaan
baru.
Efektif
: pembangunan jelas munuju zaman keemasan yang baru.
Oleh karena itu, pembangunan menghendaki pengembangan bakat – bakat kebudayaan
bangsa disegala lapangan, mulai dari hal – hal yang nampaknya kecil sampai
kemasalah – masalah besar.
c) Keterangan
harus ditempatkan setepat – tepatnya dan seterang – terangnya dalam kalimat
sehingga sama sekali tidak mengganggu pemahaman. Keterangan yang dimaksud
disini mencakup atribut, opsisi, adverbial, dalam bahasa Inggris disebut
modifer.
- Squinting
modifiers ( keteranga menjuling )
Contoh :
Tidak
efektif
: Tahun ini SPP mahasiswa baru saja dinaikkan.
Efektif
: SPP mahasiswa tahun ini baru saja dinaikkan.
- Dangling
modifires ( keterangan tak terkait )
Contoh :
Tidak
efektif
: dapat menyusun anggaran belanjanya dengan cermat,
akhirnya hutang – hutangnya dapat dilunasi.
Efektif
: karena dapat menyusun anggaran belanjanya dengan
cermat, akhirnya ia dapat melunasi semua hutangnya.
- Misplaced
modifiers ( keterangan salah letak )
Contoh:
Tidak
Efektif
: dalam keramaian serupa itu, merekapun tidak mau kalah
dengan yang muda – muda, yang jarang terjadi sekali dalam lima tahun.
Efektif
: dlam keramaian serupa itu, yang jarang terjadi sekali
dalam lima tahun, merekapun tidak mau kalah dengan yang muda – muda.
- Unidiomatic
modifiers ( keterangan yang tidak idiomatis )
Contoh:
Tidak
efektif :
kalimat tersebut harus disusun sedemikian rupa agar tidak membingungkan
pembaca.
Efektif
: kalimat tersebut harus disusun sebaik – baiknya agar
tidak membingungkan pembaca.
- Abrupt
modifiers ( keterangan mendadak )
Contoh :
Tidak
efektif
: Kami berkeputusan, karena keluarga kami dan kawan –
kawan menasehati kami untuk tidak menginap di hotel besar itu, untuk menginap
dirumah penginapan penduduk.
Efektif
: Karena keluarga dan kawan – kawan menasehati kami
untuk tidak menginap di hotel besar itu, kami berkeputusan untuk menginap di
rumah penginapan penduduk.
- Related
modifiers illogicaly separated ( keterangan yang berkaitan terpisah tak logis
).
Contoh:
Tidak
efektif
: meskipun guru itu masih dlam perawatan dokter
kegagalannya memberitahukan absennya kepada kepala sekolah tidak diterima,
biarpun sebenarnya ternyata ia sudah berusaha memberi tahu.
Efektif
: meskipun guru itu masih dirawat dokter dan sebenarnya
sudah berusaha memberitahukan absennya kepada kepala sekolah, kegagalannya
untuk memberitahu tidak dapat diterima.
- Fragment (
kalimat tak lengkap )
Contoh:
Tidak
Efektif
: penyusunan buku pelajaran ini bertujuan membantu
masyarakat, khususnya yang berada di pedesaan agar mendapat kesempatan belajar
membaca dan menulis.
Efektif
: penyusunan buku pelajaran ini bertujuan
membantu masyarakat, khususnya yang berada di pedesaan agar mendapatk
kesempatan belajar dan menulis.
d) Tanda
baca harus dapat digunakan sebaik – baiknya. Kalimat yang efektif harus bersih
dari kesalahan – kesalahan berikut ini :
o Runing on
sentences ( fused sentences ) kalimat bertumpukan.
Contoh:
Tidak efektif
: kita semua mengemban amanat penderiataan rakyat harus
selalu mengupayakan kesejahteraan bangsa kita, baik jasmani maupun rohani.
Efektif
: Kita semua, selaku mengemban amanat penderitaan
rakyat, harus selalu mengupayakan kesejahteraan rohani dan jasmani bangsa kita.
o Comma
splices ( comma faults ) kesalahan pemakaian koma dalam kalimat.
Contoh:
Tidak
efektif
: Seorang mahasiswa seumpama pendaki gunung, sedang
mendaki gunung cita – cita.
Efektif
: seorang mahasiswa, seumpama pendaki gunung sedang
mendaki gunung cita – cita.
e) Kalimat
efektif hendaknya bersih juga dari :
o Kontamisani
( kerancuan )
Contoh:
Tidak
efektif
: Di sekolah itu para siswa diajarkan berbagai macam
ketrampilan.
Efektif
: disekolah itu kepada siswa diajarkan bermacam – macam
ketrampilan.
o Pleonasme
dan trutologi ( penambahan yang tidak perlu)
Contoh :
Tidak
efektif
: pada zaman dulu kala, dalam sebuah kerajaan
memerintah seorang ratu yang sangat arif lagi bijaksana.
Efektif
: pada zaman dahulu, dalam sebuah kerajaan memerintah
seorang ratu yang arif.
o Hiperkorek
( membetulkan apa yang sudah betuk sehingga salah )
Contoh :
Tidak
efektif
: semua ijazahnya dilaminasi Supaya awet.
Efektif
: Semua ijazahnya dilamisai supaya awet.
M Kalimat efektif
mewujudkan koheresi yang baik dan kompak.
Koheresi adalah pertautan antara
unsur – unsur yang mebangun kalimat dan alinea. Tiap kata atau frase dalam
kalimat harus berhubungan kedalam maupun keluar. Untuk menjaga koheresi itu,
hendaknya penulis :
§ Kritis terhadap
pemakaian kata ganti dalam kalimat. Ada kemungkinan bahwa pemakaian kata ganti
tersebut menyebabkan kalimat tidak efektif.
§ Kritis terhdap
pemakaian kata depan, adakalanya terpakai kata depan yang sebenarnya tidak
diperlukan atau sebaliknya, terhapus kata depan yang sebenarnya harus dipakai.
§ Memanfaatkan kata
– kata peralihan atau transisi untuk mengeksplisitkan dan memperjelas hubungan
gagasan antara kalimat yang satu dan kalimat yang lain dalam alinea, antara
alinea yang satu dengan yang lain dalam paragraf.
M Kalimat efektif
merupakan komunikasi yang berharkat.
Harkat berarti daya, tenaga,
kekuatan, bila penulis ingin agar komunikasinya sampai dan mengesam. Kalimat
yang ditulis harus berharkat dan bertenaga. Cara – cara untuk
mengharkatkan kalimat antara lain:
- Bagian
kalimat yang hendaknya dipentingkan atau diutamakan diletakkan pada awal
kalimat, dalam hal ini dapat terwujud ialah INVERSI pada awal kalimat atau
prolepsi atau gabungan inversi dan prolepsis.
Inversi
: predikat diletakkan didepan subjek
Contoh:
Biasa
: Penyakit AIDS merajalela dikalangan orang barat.
Berharkat
: dikalangan orang barat penyakit AIDS merajalela.
Prolepsis
: keterangan
atau objek diletakkan didepan subjek . prolepsis keterangan lebih banyak
terjadi pada prolepsis objek.
Contoh:
Biasa
: Ayah suka makan sate ; bakso tidak
Berharkat
: Sate, ayah suka ; bakso tidak
Gabungan inversi dan
prolepsis
- Bila
penulisan menyebutkan serangkaian hal ( peristiwa ) hendaknya diperhatikan dan
diusahakan agar urutan hal (peristiwa) itu logis, kronologis dan berklimaks.
- Kata
kunci diulang.
- Kata
atau frase yang hendak dipentingkan dapat ditambah partikel pementing lah, pun,
dan kah.
- Serangkaian
hal yang disebutkan dapat menjadi lebih kuat dengan pararelisme.
M Kalimat efektif
memperhatikan pararelisme.
Pararelisme ( kesejajaran ) adalah
penggunaan bentuk gramatikal yang sama untuk unsur – unsur yang sama fungsinya.
Jika sebuah pikirannya dinyatakan dengan frase, maka pikiran – pikiran lain
yang sejajar harus dinyatakan pula dengan frase. Jika satu gagasan
dinyatakan dengan kata benda verbal atau kata kerja bentuk Me- di- dan
sebagainya, maka gagasan lain yang sejajar harus dinyatakan pula dengan kata
benda verbal atau kata kerja bentuk me- di- dan sebagainya. Upaya – upaya
untuk berhemat kata antara lain:
- Menghilangkan
subjek yang tidak diperlukan.
- Menghindari
pemakaian superordinat dan hiponim bersama – sama.
- Menjatukan
pemakaian kata depan dari dan daripada yang tidak perlu.
- Menghindari
penguraian kata yang tidak perlu.
- Menghilangkan
kata – kata pembalut seperti, fakta, faktor, unsur yang sebenarnya tidak perlu.
- Menghilangkan
pleonasme.
M Kalimat efektif didukung
variasi.
Yang dimaksud dengan variasi kalimat
disini ialah variasi kalimat – kalimat yang membangun paragraf atau alinea.
M Kalimat efektif dibantu
pemakaian EYD.
Pemakaian huruf kapital. Huruf kapital digunakan
sebagai :
- Huruf
pertama pada awal kalimat
- Huruf
pertama petikan langsung.
- Huruf
pertama dalam ungkapan yang bnerhubungan dengan kitab suci, nama tuhan,
termasuk kata gantinya.
- Huruf
pertama nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
B. KESIMPULAN
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang
mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan
suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi
akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!). Dan
salah satu dari macam – macam kalimat adalah Kalimat Efektif, dan kalimat itu
bisa dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan,
perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk
itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu
strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan
ejaannya pun harus benar.
KALIMAT DALAM BAHASA
INDONESIA
Disusun oleh: Nina
Widyaningsih, M.Hum
I.PENGERTIAN KALIMAT
Sekurang-kurangnya
kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki
subjek (S) dan predikat
(P). kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu
bukanlah kalimat.
Dengan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Inilah yang
membedakan kalimat
dengan frasa.
Kalimat adalah satuan
bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan
pikiran yang utuh.
Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut,
disela jeda, dan
diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat
dimulai
dengan huruf kapital
dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).
II.POLA KALIMAT DASAR
Setelah membicarakan
beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita
telah dapat menentukan
pola kalimat dasar itu sendiri. Berdasarkan penelitian para ahli, pola
kalimat dasar dalam
bahasa Indonesia adalah sebagai berikut.
1. KB + KK : Mahasiswa
berdiskusi.
2. KB + KS : Dosen itu
ramah.
3. KB + KBil : Harga
buku itu sepuluh ribu rupiah.
4. KB + (KD + KB) :
Tinggalnya di Palembang.
5. KB1
+ KK + KB2
: Mereka menonton film.
6. KB1
+ KK + KB2
+ KB3
: Paman mencarikan saya
pekerjaan.
7. KB1
+ KB2
: Rustam peneliti.
Ketujuh pola kalimat
dasar ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola
dasar itu
digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks.
III.JENIS KALIMAT
MENURUT STRUKTUR GRAMATIKALNYA
Menurut strukturnya,
kalimat bahasa Indonesia dapat berupa kalimat tunggal dan dapat pula
berupa kalimat mejemuk.
Kalimat majemuk dapat bersifat setara (koordinatif0, tidak setara
(subordinatif), ataupun
campuran (koordiatif-subordinatif). Gagasan yang tunggal dinyatakan dalam
kalimat tunggal; gagasan
yang bersegi-segi diungkapkan dengan kalimat majemuk.
A. Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal terdiri
atas satu subjek dan satu predikat. Pada hakikatnya, kalau dilihat dari
unsur-unsurnya,
kalimat-kalimat yang panjang-panjang dalam bahasa Indonesia dapat dikembalikan
kepada kalimat-kalimat
dasar yang sederhana. Kalimat-kalimat tunggal yang sederhana itu terdiri
atas satu subjek dan
satu predikat. Sehubungan dengan it, kalimat-kalimat yang panjang itu dapat
pula ditelusuri
pola-pola pembentukannya. Pola-pola itulah yang dimaksud dengan pola kalimat
dasar. Mari kita lihat
sekali lagi pola-pola kalimat dasar tersebut.
11. Mahasiswa
berdiskusi
S: KB + P: KK
2. Dosen t ramah
S: KB + P: KS
3. Harga buku itu
sepuluh ribu rupiah.
S: KB + P: KBil
Pola-pola kalimat dasar
ini masing-masing hendaklah dibaca sebagai berikut.
Pola 1 adalah pola yang
mengandung subjek (S) kata benda (mahasiswa) dan predikat (P)
kata kerja
(berdiskusi).
Kalimat itu menjadi
Mahasiswa berdiskusi
S P
Contoh lain:
1. Pertemuan APEC sudah berlangsung.
S
P
2. Teori itu
dikembangkan.
S P
Pola 2 adalah pola
kalimat yang bersubjek kata benda (dosen itu) dan berpredikat kata sifat
(ramah). Kalimat itu
menjadi
Dosen itu ramah.
S P
Contoh lain:
1. Komputernya
rusak.
S P
2. Suku bunga bank swasta tinggi.
S P
Pola 3 adalah pola
kalimat yang bersubjek kata benda (harga buku itu) dan berpredikat kata
bilangan (sepuluh ribu
rupiah). Kalimat selengkapnya ialah
Harga buku itu sepuluh ribu rupiah.
S P
Contoh lain:
1. Panjang jalan tol Cawang-Tanjung
Priok tujuh belas kilometer.
S
P
2. Masalahnya
seribu satu.
S P
Ketiga pola kalimat di
atas masing-masing terdiri atas satu kalimat tunggal. Setiap kalimat
tunggal di atas dapat
diperluas dengan menambahkan kata-kata pada unsur-unsurnya. Dengan
menambahkan kata-kata
pada unsur-unsurnya itu, kalimat akan menjadi panjang (lebih panjang
daripada kalimat
asalnya), tetapi masih dapat dikenali unsur utamanya.
Kalimat Mahasiswa
berdiskusi dapat diperluas menjadi kalimat
Mahasiswa semester
III sedang berdiskusi di aula.
S P K
Perluasan kalimat itu
adalah hasil perluasan subjek mahasiswa dengan semester III.
Perluasan predikat
berdiskusi dengan sedang, dengan menambahkan keterangan tempat di akhir
2kalimat.
Kalimat 2, yaitu Dosen
itu ramah dapat diperluas menjadi
Dosen itu selalu ramah
setiap hari.
S P K
Kalimat 3, yaitu Harga
buku itu sepulu ribu rupiah dapat diperluas pula dengan kalimat
Harga buku besar
itu sepuluh ribu rupiah per buah.
S P
Memperluas kalimat
tunggal tidak hanya terbatas seperti pada contoh-contoh di atas. Tidak
tertutup kemungkinan
kalimat tunggal seperti itu diperluas menjadi dua puluh kata atau lebih.
Perluasan kalimat itu,
antara lain, terdiri atas:
1. keterangan tempat,
seperti di sini,
dalam ruangan tertutup,
lewat
Yogyakarta, dalam
republik it, dan
sekeliling kota;
2. keterangan waktu,
seperti setiap hari,
pada pukul 19.00, tahun
depan,
kemarin sore, dan
minggu kedua bulan
ini;
3. keterangan alat
seperti dengan linggis,
dengan undang-undang
itu, dengan
sendok dan garpu,
dengan wesel pos,
dan dengan cek;
4. keterangan
modalitas, seperti harus,
barangkali, seyogyanya,
sesungguhnya, dan
sepatutnya;
5. keterangan cara,
seperti dengan hatihati, seenaknya saja, selakas mungkin,
dan dengan
tergesa-gesa;
6. keterangan aspek,
seperti akan, sedang,
sudah, dan telah.
7. keterangan tujuan,
seperti agar
bahagia, supaya tertib,
untuk anaknya,
dan bagi kita;
8. keterangan sebab,
seperti karena tekun,
sebab berkuasa, dan
lantaran panik;
9. frasa yang, seperti
mahasiswa yang IPnya 3 ke atas, para atlet yang sudah
menyelesaikan latihan,
dan pemimpin
yang memperhatikan
takyatnya;
310. keterangan
aposisi, yaitu keterangan
yang sifatnya saling
menggantikan,
seperti penerima
Kalpataru, Abdul
Rozak, atau Gubernur
DKI Jakarta,
Sutiyoso.
Perhatikan perbedaan
keterangan alat dan keterangan cara berikut ini.
Dengan + kata benda =
keterangan alat
Dengan + kata
kerja/kata sifat = keterangan cara.
Contoh kemungkinan
perluasan kalimat tercantum di bawah ini.
1. Gubernur/memberikan/kelonggaran/kepada
pedagang/.
2. Gubernur DKI
Jakarta/memberikan/kelonggaran/kepada pedagang/.
B. Majemuk Majemuk
Setara
Kalimat majemuk setara
terjad dari dua kalimat tunggal atau lebi. Kalimat majemuk setara
dikelompokkan menjadi
empat jenis, sebagai berikut.
1. Dua kalimat tunggal
atau lebih dapat dihubungkan oleh kata dan atau serta jika kedua kalimat
tunggal atau lebih itu
sejalan, dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara penjumlahan.
Contoh:
Kami membaca
Mereka menulis
Kami membaca dan mereka
menulis.
Tanda koma dapat
digunakan jika kalimat yang digabungkan itu lebih dari dua kalimat tunggal.
Contoh:
Direktur tenang.
Karyawan duduk teratur.
Para nasabah antre.
Direktur tenang,
karyawan duduk teratur, dan para nasabah antre.
2. Kedua kaltunggal
yang berbentuk kalimat setara itu dapat dihubungkan oleh kata tetapi jika
kalimat itu menunjukkan
pertentangan, dan hasilnya disebut kalimat majemu setara
pertentangan.
Contoh:
Amerika dan Jepang
tergolong negara maju.
Indonesia dan Brunei Darussalam
tergolong negara berkembang.
Amerika dan Jepang
tergolong negara maju, tetapi Indonesia dan Brunei Darussalam
tergolong negara
berkembang.
Kata-kata penghubung
lain yang dapat digunakan dalam menghubungkan dua kalimat tunggal
dalam kalimat majemuk
setara pertentangan ialah kata sedangkan dan melainkan seperti
kalimat berikut.
Puspiptek terletak di
Serpong, sedangkan Industro Pesawat Terbang Nusantara terletak di
Bandung.
Ia bukan peneliti,
melainkan pedagang.
43. Dua kalimat tunggal
ata lebih dapat dihubungkan oleh kata lalu dan kemudian jika kejadian
yang dikemukakannya
berurutan.
Contoh:
Mula-mula disebutkan
nama-nama juara MTQ tingkat remaja, kemudian disebutkan namanama juara MTQ
tingkat dewasa.
Upacara serah terima
pengurus koperasi sudah selesai, lalu Pak Ustaz membacakan doa
selamat.
4. Dapat pula dua
kalimat tunggal atau lebih dihubungkan oleh kata atau jika kalimat itu
menunjukkan pemilihan,
dan hasilnya disebut kalimat majemuk setara pemilihan.
Contoh:
Para pemilik televisi
membayar iuran televisinya di kantor pos yang terdekat, atau para
petugas menagihnya ke
rumah pemilik televisi langsung.
C. Kalimat Majemuk
tidak Setara
Kalimat majemuk tidak
setara terdiri atas satu suku kalimat yang bebas dan satu suku
kalimat atau lebih yang
tidak bebas. Jalinan kalimat ini menggambarkan taraf kepentingan yang
berbeda-beda di antara
unsur gagasan yang majemuk. Inti gagasan dituangkan ke dalam induk
kalimat, sedangkan
pertaliannya dari sudut pandangan waktu, sebab, akibat, tujuan, syarat, dan
sebagainya dengan aspek
gagasan yang lain diungkapkan dalam anak kalimat.
Contoh:
1. a. Komputer itu
dilengkapi dengan alat-alat modern. (tunggal)
b. Mereka masih dapat
mengacaukan data-data komputer. (tunggal)
c. Walaupun komputer
itu dilengkapi dengan alat-alat modern, mereka masih dapat
mengacaukan data-data
komputer itu.
2. a. Para pemain sudah
lelah
b. Para pemain boleh
beristirahat.
c. Karena para pemain
sudah lelah, para pemain boleh beristirahat.
d. Karena sudah lelah,
para pemain boleh beristirahat.
Sudah dikatakan di atas
bahwa kalimat majemuk tak setara terbagi dalam bentuk anak kalimat dan
induk kalimat. Induk
kalimat ialah inti gagasan, sedangkan anak kalimat ialah pertalian gagasan
dengan hal-hal lain.
Mari kita perhatikan
kalimat di bawah ini.
Apabila engkau ingin
melihat bak mandi panas, saya akan membawamu ke hotel-hotel besar.
Anak kalimat:
Apabila engkau ingin
melihat bak mandi panas.
Induk kalimat:
Saya akan membawamu ke
hotel-hotel besar.
Penanda anak kalimat
ialah kata walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau,
sebab, agar, supaya,
ketika, sehingga, setelah, sesudah, sebelum, kendatipun, bahwa, dan
sebagainya
5D. Kalimat Majemuk
Campuran
Kalimat jenis ini
terdiri atas kalimat majemuk taksetara (bertingkat) dan kalimat majemuk
setara, atau terdiri
atas kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk taksetara (bertingkat).
Misalnya:
1. Karena hari sudah
malam, kami berhenti dan langsung pulang.
2. Kami pulang, tetapi
mereka masih bekerja karena tugasnya belum selesai.
Penjelasan
Kalimat pertama terdiri
atas induk kalimat yang berupa kalimat majemuk setara, kami pulang,
tetapi mereka masih
bekerja, dan anak kalimat karena tugasnya belum selesai. Jadi, susunan
kalimat kedua adalah
setara + bertingkat.
IV.JENIS KALIMAT
MENURUT BENTUK GAYANYA (RETORIKANYA)
Tulisan akan lebih efektif jika di samping kalimat-kalimat yang
disusunnya benar, juga
gaya penyajiannya
(retorikanya) menarik perhatian pembacanya. Walaupun kalimat-kalimat yang
disusunnya sudah
gramatikal, sesuai dengan kaidah, belum tentu tulisan itu memuaskan
pembacanya jika segi
retorikanya tidak memikat. Kalimat akan membosankan pembacanya jika
selalu disusun dengan
konstruksi yang monoton atau tidak bervariasi. Misalnya, konstruksi kalimat
itu selalu
subjek-predikat-objek-ketengan, atau selalu konstruksi induk kalimat-anak
kalimat.
Menurut gaya
penyampaian atau retorikanya, kalimat majemuk dapat digolongkan menjadi
tiga macam, yaitu (1)
kalimat yang melepas (induk-anak), (2) kalimat yang klimaks (anak-induk),
dan (3) kalimat yang
berimbang (setara atau campuran).
A. Kalimat yang Melepas
Jika kalimat itu
disusun dengan diawali unsur utama, yaitu induk kalimat dan diikuti oleh
unsur tembahan, yaitu
anak kalimat, gaya penyajian kalimat itu disebut melepas. Unsur anak
kalimat ini seakan-akan
dilepaskan saja oleh penulisnya dan kalaupun unsur ini tidak diucapkan,
kalimat itu sudah
bermakna lengkap.
Misalnya:
a. Saya akan dibelikan
vespa oleh Ayah jika saya lulus ujian sarjana.
b. Semua warga negara
harus menaati segala perundang-undangan yang berlaku agar
kehidupan di negeri ini
berjalan dengan tertib dan aman.
Anda buatlah lima buah
kalimat lainnya.
B. Kalimat yang Klimaks
Jika kalimat itu
disusun dengan diawali oleh anak kalimat dan diikuti oleh induk kalimat,
gaya penyajian kalimat
itu disebut berklimaks. Pembaca belum dapat memahami kalimat tersebut
jika baru membaca anak
kalimatnya. Pembaca akan memahami makna kalimat itu setelah membaca
induk kalimatnya.
Sebelum kalimat itu selesai, terasa bahwa ada sesuatu yang masih ditunggu,
yaitu
induk kalimat. Oleh
karena itu, penyajian kalimat yang konstruksinya anak-induk terasa berklimaks,
6dan terasa membentuk
ketegangan.
Misalnya:
a. Karena sulit
kendaraan, ia datang terlambat ke kantornya.
b. Setelah 1.138 hari
disekap dalam sebuah ruangan akhirnya tiga sandera
warga negara Prancis
itu dibebaskan juga.
Anda buatlah lima buah
contoh lainnya.
C. Kalimat yang
Berimbang
Jika kalimat itu
disusun dalam bentuk majemuk setara atau majemuk campuran, gaya
penyajian kalimat itu
disebut berimbang karena strukturnya memperlihatkan kesejajaran yang
sejalan dan dituangkan
ke dalam bangun kalimat yang bersimetri.
Misalnya :
1. Bursa saham
tampaknya semakin bergairah, investor asing dan domestik berlomba
melakukan transaksi,
dan IHSG naik tajam.
2. Jika stabilitas
nasional mantap, masyarakat dapat bekerja dengan tenang dan dapat
beribadat dengan
leluasa.
Silakan Anda buat lima
buah contoh lainnya.
Ketiga gaya penyampaian
tadi terdapat pada kalimat majemuk. Adapun kalimat pada
umumnya dapat
divariasikan menjadi kalimat yang panjang-pendek, aktif-pasif, inversi, dan
pengedepanan
keterangan.
V.JENIS KALIMAT MENURUT
FUNGSINYA
Menurut fungsinya,
jenis kalimat dapat dirinci menjadi kalimat pernyataan, kalimat
pertanyaan, kalimat
perintah, dan kalimat seruan. Semua jeis kalimat itu dapat disajikan dalam
bentuk positif dan
negatif. Dalam bahasa lisan, intonasi yang khas menjelaskan kapan kita
berhadapan dengan salah
satu jenis itu. Dalam bahasa tulisan, perbedaannya dijelaskan oleh
bermacam-macam tanda
baca.
A. Kalimat Pernyataan
(Deklaratif)
Kalimat pernyataan
dipakai jika penutur ingin menyatakan sesuatu dengan lengkap pada
waktu ia ingin
menyampaikan informasi kepada lawan berbahasanya. (Biasanya, intonasi menurun;
tanda baca titik).
Misalnya:
Positif
1. Presiden Gus Dur
mengadakan kunjungan ke luar negeri.
2. Indonesia
menggunakan sistem anggaran yang berimbang.
7Negatif
1. Tidak semua bank
memperoleh kredit lunak.
2. Dalam pameran
tersebut para pengunjung tidak mendapat
informasi yang
memuaskan tentang bisnis komdominium di kotakota besar.
Silakan Anda buat lima
buah contoh lainnya!
B. Kalimat Pertanyaan
(Interogatif)
Kalimat pertanyaan
dipakai jika penutur ingin memperoleh informasi atau reaksi (jawaban)
yang diharapkan.
(Biasanya, intonasi menurun; tanda baca tanda tanya). Pertanyaan sering
menggunakan kata tanya
seperti bagaimana, di mana, mengapa, berapa, dan kapan.
Misalnya:
Positif
1. Kapan Saudara
berangkat ke Singapura?
2. Mengapa dia gagal
dalam ujian?
Negatif
1. Mengapa gedung ini
dibangun tidak sesuai dengan
bestek yang disepakati?
2. Mengapa tidak semua
fakir miskin di negara kita
dapat dijamin
penghidupannya oleh nefara?
Coba Anda buat lima
buah contoh lainnya.
C. Kalimat Perintah dan
Permintaan (Imperatif)
Kalimat perintah
dipakai jika penutur ingin “menyuruh” atau “melarang” orang berbuat
sesuatu. (Biasanya,
intonasi menurun; tanda baca titik atau tanda seru).
Misalnya:
Positif
1. Maukah kamu disuruh
mengantarkan buku ini ke Pak
Sahluddin!
2. Tolong buatlah dahulu
rencana pembiayaannya.
Negatif
1. Sebaiknya kita tidak
berpikiran sempit tentang hak
asasi manusia.
2. Janganlah kita
enggan mengeluarkan zakat kita jika
sudah tergolong orang
mampu.
Coba Anda buat lima
buah contoh lainnya!
D. Kalimat Seruan
Kalimat seruan dipakai
jika penutur ingin mengungkapkan perasaan “yang kuat” atau yang
8mendadak. (Biasanya,
ditandai oleh menaiknya suara pada kalimat lisan dan dipakainya tanda seru
atau tanda titik pada
kalimat tulis).
Misalnya:
Positif
1. Bukan main,
cantiknya.
2. Nah, ini dia yang
kita tunggu.
Negatif
1. Aduh, pekerjaan
rumah saya tidak terbawa.
2. Wah, target KONI di
Asian Games XIII tahun 1998 di
Bangkok tidak tercapai.
Silakan Anda buat lima
buah contoh lainnya!
VI.KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif ialah
kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali
gagasan-gagasan pada
pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran
pembicara atau penulis.
Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan
kalimat itu dapat terjamin.
Sebuah kalimat efektif
mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan
bentuk, ketegasan
makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan
kelogisan bahasa.
A. Kesepadanan
Yang dimaksud dengan
kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan
struktur bahasa yang
dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang
kompak dan kepaduan
pikiran yang baik.
Kesepadanan kalimat itu
memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini.
1. Kalimat itu
mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan
subjek atau predikat
suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak
efektif. Kejelasan
subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan
menghindarkan pemakaian
kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai,
tentang, mengenai,
menurut, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh:
a. Bagi semua mahasiswa
perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah.
(Salah)
b. Semua mahasiswa
perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar)
2. Tidak terdapat
subjek yang ganda
Cotoh:
a. Penyusunan laporan
itu
saya dibantu oleh para
dosen.
b. Saat itu saya kurang
jelas.
9Kalimat-kalimat itu
dapat diperbaiki dengan cara berikut.
a. Dalam menyusun
laporan
itu, saya dibantu oleh
para
dosen.
b. Saat itu bagi saya
kurang
jelas.
3. Kalimat penghubung
intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal
Contoh:
a. Kami datang agak
terlambat. Sehingga
kami
tidak dapat mengikuti
acara pertama.
b. Kakaknya membeli
sepeda
motor Honda. Sedangkan
dia membeli sepeda
motor
Suzuki.
Perbaikan
kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat
itu menjadi kalimat
majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi
ungkapan penghubung
antarkalimat, sebagai berikut.
a. Kami datang agak
terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara
pertama.
Atau
Kami datang terlambat.
Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama.
b. Kakaknya membeli
sepeda motor Honda, sedangkan dia membeli sepeda motor
Suzuki.
Atau
Kakaknya membeli sepeda
motor Honda. Akan tetapi, dia membeli sepeda motor Suzuki.
4. Predikat kalimat
tidak didahului oleh kata yang.
Contoh:
a. Bahasa Indonesia
yang berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami yang
terletak di depan bioskop Gunting.
Perbaikannya adalah
sebagai berikut.
a. Bahasa Indonesia
berasal dari bahasa Melayu.
b. Sekolah kami
terletak di depan bioskop Gunting.
B. Keparalelan
Yang dimaksud dengan
keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam
kalimat itu. Artinya,
kalau bentuk pertama menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama
menggunakan verba,
bentuk kedua juga menggunakan verba.
Contoh:
10a. Harga minyak
dibekukan atau kenaikan secara luwes.
b. Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok,
memasang penerangan,
pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
Kalimat a tidak
mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat
terdiri dari bentuk
yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan
cara menyejajarkan
kedua bentuk itu.
Harga minyak dibekukan
atau dinaikkan secara luwes.
Kalimat b tidak
memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama
bentuknya, yaitu kata
pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik
kalau diubah menjadi
predikat yang nomial, sebagai berikut.
Tahap terakhir
penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan
penerangan, pengujian
sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang.
C. Ketegasan
Yang dimaksud dengan
ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide
pokok kalimat. Dalam
sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu memberi
penekanan atau
penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan
dalam kalimat.
1. Meletakkan kata yang
ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Presiden mengharapkan
agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan
yang ada pada dirinya.
Penekanannya ialah
presiden mengharapkan.
Contoh:
Harapan presiden ialah
agar rakyat membangun bangsa dan negaranya.
Penekanannya Harapan
presiden.
Jadi, penekanan kalimat
dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat.
2. Membuat urutan kata
yang bertahap
Contoh:
Bukan seribu, sejuta,
atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
Seharusnya:
Bukan seratus, seribu,
atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada
anak-anak terlantar.
3. Melakukan
pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Saya suka kecantikan
mereka, saya suka akan kelembutan mereka.
4. Melakukan
pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu tidak malas
dan curang, tetapi rajin dan jujur.
115. Mempergunakan
partikel penekanan (penegasan).
Contoh:
Saudaralah yang bertanggung
jawab.
D. Kehematan
Yang dimaksud dengan
kehematan dalam kalimat efektif adalah
hemat mempergunakan
kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus
menghilangkan kata-kata
yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai
arti penghematan
terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tata
bahasa.
Ada beberapa kriteria
yang perlu diperhatikan.
1. Penghematan dapat
dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan
subjek.
Perhatikan contoh:
a. Karena ia tidak
diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b. Hadirin serentak
berdiri setelah mereka mengetahui bahwa presiden datang.
Perbaikan kalimat itu
adalah sebagai berikut.
a. Karena tidak
diundang, dia tidak datang ke tempat itu.
b. Hadirin serentak
berdiri setelah mengetahui bahwa presiden datang.
2. Penghematan dapat
dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian
superordinat pada
hiponimi kata.
Kata merah sudah mencakupi kata warna.
Kata pipit sudah
mencakupi kata burung.
Perhatikan:
a. Ia memakai baju
warna merah.
b. Di mana engkau
menangkap burung pipit itu?
Kalimat itu dapat
diubah menjadi
a. Ia memakai baju
merah.
b. Di mana engkau
menangkap pipit itu?
3. Penghematan dapat
dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman
dalam satu kalimat.
Kata naik bersinonim
dengan ke atas.
Kata turun bersinonim
dengan ke bawah.
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
a. Dia hanya membawa
badannya saja.
b. Sejak dari pagi dia
bermenung.
Kalimat ini dapat
diperbaiki menjadi
a. Dia hanya membawa
badannya.
b. Sejak pagi dia
bermenung.
4. Penghematan dapat
dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata
12yang berbentuk jamak.
Misalnya:
Bentuk Tidak Baku
Bentuk Baku
para tamu-tamu para
tamu
beberapa orang-orang
beberapa orang
E. Kecermatan
Yang dimaksud dengan
cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda.
Dan tepat dalam pilihan
kata. Perhatikan kalimat berikut.
1. Mahasiswa perguruan
tinggi yang terkenal itu menerima hadiah.
2. Dia menerima uang
sebanyak dua puluh lima ribuan.
Kalimat 1 memilikimakna
ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi.
Kalimat 2 memiliki
makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua
puluh lima ribu rupiah.
Perhatikan kalimat
berikut.
Yang diceritakan
menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para
menteri.
Kalimat ini salah
pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan
menceritakan. Kalimat
itu dapat diubah menjadi
Yang diceritakan ialah
putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.
F. Kepaduan
Yang dimaksud dengan
kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat
itu sehingga informasi
yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
1. Kalimat yang padu
tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir
yang tidak simetris.
Oleh karena itu, kita
hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele.
Misalnya:
Kita harus dapat
mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah
terlanjur meninggalkan
rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke
luar dari kepribadian
manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab.
Silakan Anda perbaiki
kalimat di atas supaya menjadi kalimat yang padu.
2. Kalimat yang padu
mempergunakan pola aspek + agen + verbal
secara
tertib dalam
kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona.
a. Surat itu saya sudah
baca.
b. Saran yang
dikemukakannya kami akan pertimbangkan.
Kalimat di atas tidak
menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal.
Seharusnya kalimat itu
berbentuk
a. Surat itu sudah saya
baca.
b. Saran yang
dikemukakannya akan kami pertimbangkan.
133. Kalimat yang padu
tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripad atau
tentang antara predikat
kata kerja dan objek penderita.
Perhatikan kalimat ini
a. Mereka membicarakan
daripada kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan
membahas tentang desain interior pada rumah-rumah
adat.
Seharusnya:
a. Mereka membicarakan
kehendak rakyat.
b. Makalah ini akan
membahas desain interior pada rumah-rumah adat.
G. Kelogisan
Yang dimaksud dengan
kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan
penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku.
Perhatikan kalimat di
bawah ini.
1. Waktu dan tempat
kami persilakan.
2. Untuk mempersingkat
waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi meraih
juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto
menduduki juara pertama Cina Terbuka.
5. Mayat wanita yang
ditemukan itu sebelumnya sering mondar-mandir di daerah
tersebut.
Kalimat itu tidak logis
(tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut.
1. Bapak Menteri kami
persilakan.
2. Untuk menghemat
waktu, kami teruskan acara ini.
3. Haryanto Arbi meraih
gelar juara pertama Jepang Terbuka.
4. Hermawan Susanto
menjadi juara pertama Cina Terbuka.
5. Sebelum meninggal,
wanita yang mayatnya ditemukan itu sering mondar-mandir di
daerah tersebut.
VII.KALIMAT SALAH DAN
KALIMAT BENAR
Perhatikan
kalimat-kalimat di bawah ini.
Bentuk yang Salah
Bentuk yang Benar
141. Untuk mengetahui
baik atau
buruknya pribadi
seseorang
dapat dilihat dari
tingkah
lakunya sehari-hari.
2. Semoga dimaklumi.
3. Pekerjaan itu dia
tidak cocok.
4. Perkara yang
diajukan ke
meja hijau berjumlah 51
buah.
Sedangkan perkara yang
telah
selesai disidang-kan
berjumlah 23 buah.
5. Halamannya sangat
luas,
rumah paman saya di
Cibubur.
0 komentar:
Posting Komentar