Newest Post

Makalah Menulis Permulaan

| Selasa, 23 Oktober 2012
Baca selengkapnya »
BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Dasar pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran keterampilan berbahasa yaitu ketrampilan-keterampilan yang ditekankan pada keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Pembelajaran bahasa indonesia di sekolah dasar kelas I diawali dengan pembelajaran reseptif. Dengan demikian keterampilan produktif dapat ikut ditingkatkan. Empat aspek keterampilan berbahasa yang mencakup dalam pengajaran bahasa yaitu : (1) keterampilan menyimak,(2)keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan menulis, (Tarigan dalam Muchlison,1996 : 257)

Makalah Menulis Permulaan

Posted by : Puji Rokhayanti
Date :Selasa, 23 Oktober 2012
With 1 komentar:
Tag :

Makalah Pentingnya wawasan dalam Perspektif Global

|
Baca selengkapnya »


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Saat ini Indonesia memasuki era globalisasi yang mau tidak mau kita harus terlibat di dalamnya. Oleh karena itu kita sebagai warga Negara Indonesia harus mempersiapkan diri untuk ikut terjun dalam gelanggang globalisasi tersebut. Ini adalah kewajiban kita bukan saja sebagai warga Negara Indonesia akan tetapi juga sebagai warga dunia (global citizenship). Seorang warga dunia yang baik perlu berbekal pengetahuan, sikap, dan nilai, serta aktivitas sosial yang mendunia sehingga dapat mengikuti perubahan dunia yang begitu cepat.

Makalah Pentingnya wawasan dalam Perspektif Global

Posted by : Puji Rokhayanti
Date :
With 0komentar
Tag :

Pendekatan dalam manajemen kelas

|
Baca selengkapnya »

Djamarah (2006:185) menyebutkan “Dalam rangka memperkecil masalah gangguan dalam pengelolaan kelas dapat dipergunakan.” Prinsip-prinsip pengelolaan kelas yang dikemukakan oleh Djamarah adalah sebagai berikut :
1.      Hangat dan antusias
Hangat dan antusias diperlukan dalam proses belajar mengajar. Guru yang hangat dan akrab pada anak didik selalu menunjukkan antusias pada tigasnya sebagai pendidik akan berhasil dalam melakukan manajemen kelasnya.
2.      Tantangan
Tantangan dalam melakukan manajemen kelas salah satunya adalah cara menggunakan bahasa, media dalam mengajar yang dapat mempengaruhi semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
3.      bervariasi
dalam kegiatan pembelajaran guru harus mampu menciptakan ide yang kreatif dan bervariasi dalam penggunaan media pembelajaran, metode dan model agar mampu meningkatkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.
4.      Keluwesan
Dalam kegiatan pembelajaran guru sebagai seorang yang mengelola kelas mampu menggunakan strategi untuk meminimalkan terjadinya gangguan kegiatan pembelajaran sehingga tercipta suasana belajar mengajar yang efektif.
5.      penekanan hal-hal yang positif
Untuk menghindari pemusatan perhatian kea rah negative guru perlu melakukan penekanan oada hal-hal yang positive. Apabila guru menekankan pemusatan negative akan menganggu proses pembelajaran dalam kelas.
6.      penanaman disiplin diri
dalam mendidik siswa guru adalah contoh dari siswa, oleh karena itu guru harus disiplin dalam segala hal, jika dari guru yang berperan sebagai

Pendekatan dalam manajemen kelas

Posted by : Puji Rokhayanti
Date :
With 0komentar
Tag :

Prinsip - prinsip Disiplin Kelas

|
Baca selengkapnya »


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Disiplin bagi peserta didik adalah hal yang rumit dipelajari, sebab merupakan hal yang kompleks dan banyak kaitannya, yaitu berkaitan dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Kebenaran, kejujuran, tanggung jawab, kebebasan, rasa kasih sayang, tolong- menolong dan sebagainya adalah beberapa aturan disiplin kemasyarakatan yang harus dipelajari atau diketahui, disikapi dan ditegakkan oleh para siswa.
            Peserta didik belajar beberapa hal tentang sopan- santun dengan cara mendengarkan, misalnya, tetapi mereka lebih suka mengingat dan bertindak dengan kata- kata dan gagasan mereka sendiri. Dari sini peserta didik akan belajar lebih cepat apabila mereka terlibat dalam menyusun tata tertib mereka itu. Walaupun demikian, guru harus mengarahkan dan menentukan tindakan- tindakan apa yang akan diambil bila tata tertib dilanggar, sehingga disiplin tetap dapat ditegakkan.
            Terpeliharanya disiplin tidak lepas dari terpenuhinya kepentingan atau kebutuhan para pihak. Peserta didik memiliki banyak kepentingan, guru memiliki banyak kepentingan,

Prinsip - prinsip Disiplin Kelas

Posted by : Puji Rokhayanti
Date :
With 0komentar
Tag :

Pengertian Identifikasi Kebutuhan dan Karakteristik Anak Berbakat

|
Baca selengkapnya »

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Perhatian terhadap pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu. Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi pemimpin negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka dibekali ilmu pengetahuan yang dapat menunjang tugas mereka (Rohman Natawijaya, 1979).
Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu. Banyak sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas berikutnya lebih cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang lebih serius dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi anak-anak tersebut secara optimal.
Anak berbakat tidak mengalami kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Walaupun diantara anak berbakat ada yang menyandang kelainan, tetapi kelainan itu bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang mempunyai potensi unggul tersebut dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan program dan layanan pendidikan secara khusus. Mereka lahir dengan membawa potensi luar biasa yang berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah  mengembangkan kebermaknaan tersebut secara optimal sehingga mereka dapat berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.

B.  Rumusan Masalah
1.    Apa Definisi Anak Berbakat itu?
2.    Apa saja Karakteristik Anak Berbakat itu?
3.    Apa saja Kebutuhan Pendidikan Anak Berbakat itu?
4.    Bagaimana Jenis Layanan bagi Anak Berbakat?

C.  Tujuan
1.    Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan definisi anak berbakat.
2.    Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan karakteristik anak berbakat.
3.    Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kebutuhan pendidikan anak berbakat.
4.    Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan jenis layanan bagi anak berbakat. 






BAB II
ISI

A.  Definisi Anak Berbakat
Pengertian dan definisi mengenai anak berbakat sangat beragam. Keragaman itu sangat tergantung dari perkembangan pandangan masyarakat terhadap keberbakatan. Beberapa definisi keberbakatan dapat dikemukakan sebagai berikut.
1.    Definisi versi Amerika 
Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada dasarnya dikaitkan dengan skor tes inteligensia Stanford Binet yang dikembangkan oleh Terman setelah Perang Dunia I. Dalam hasil tesnya itu, anak-anak yang memiliki skor IQ 130 atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat (Kirk  &  Gallagher, 1979:6). Sekitar tahun 1950 pengertian tersebut mulai berkembang ketika para pendidik di Amerika Serikat berusaha memberikan  pengertian yang lebih luas tentang anak berbakat.
Pada waktu itu yang dimaksud dengan anak berbakat (gifted dan talented) ialah mereka yang menunjukkan secara konsisten penampilan luar biasa hebat dalam suatu bidang yang berfaedah (Henry, seperti dikutip oleh Kirk dan Gallagher, 1979:61). Adapun definisi yang digunakan dalam Public Law 97-135 yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1981, yang dimaksud dengan anak berbakat (gifted and talented) ialah berikut ini.
Anak yang menunjukkan kemampuan/penampilan yang tinggi dalam bidang-bidang, seperti intelektual, kreatif, seni, kapasitas kepemimpinan atau bidang-bidang, akademik khusus, dan yang memerlukan pelayanan-pelayanan atau aktivitas-aktivitas yang tidak biasa disediakan oleh sekolah agar tiap kemampuan berkembang secara penuh (Clark, 1983:5).
Bertolak dari hasil penelitian tentang proses belajar maka Clark (1983:6) mengemukakan definisi keberbakatan sebagai berikut.Keberbakatan adalah suatu konsep yang berakar biologis, suatu nama dari inteligensia taraf tinggi sebagai hasil dari integrasi yang maju cepat dari fungsi-fungsi dalam otak meliputi pengindraan (physical  sensing), emosi,  kognisi, dan intuisi. Fungsi yang maju dan cepat tersebut mungkin diekspresikan dalam bentuk kemampuan-kemampuan yang melibatkan kognisi, kreativitas, kecakapan akademik, kepemimpinan atau seni rupa dan seni pertunjukan. Oleh karena itu, dengan inteligensia ini individu berbakat menampilkan atau menjanjikan harapan untuk menampilkan inteligensia pada taraf tinggi. Oleh karena kemajuan dan percepatan perkembangan tersebut, individu memerlukan pelayanan dan aktivitas khusus yang disediakan oleh sekolah agar kemampuan mereka berkembang secara optimal.
Definisi formal yang dikemukakan oleh Francoya Gagne adalah sebagai berikut: Giftedness berhubungan dengan kecakapan yang secara jelas berada di atas  rata-rata dalam satu atau lebih rendah (domains) bakat manusia. Talented berhubungan dengan penampilan (performance) yang  secara jelas berbeda di atas rata-rata dalam satu atau lebih bidang aktivitas manusia” (Gagne dalam Calongelo dan Davis, 1991:65).
2.    Definisi versi Indonesia
Adapun definisi berbakat versi Indonesia, seperti dirumuskan dalam seminar/lokakarya Program alternatives for the gifted and talented yang diselenggarakan di Jakarta (1982) bahwa yang disebut anak berbakat adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang profesional mampu mencapai prestasi yang tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa. Mereka menonjol secara konsisten dalam salah satu atau beberapa bidang, meliputi bidang intelektual umum, bidang kreativitas, bidang seni/kinetik, dan bidang psikososial/kepemimpinan. Mereka memerlukan program pendidikan yang berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa, agar dapat merealisasikan turunan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap diri sendiri. (Utami Munandar, 1995:41).
Rumusan di atas mengandung implikasi bahwa (a) bakat merupakan potensi yang memungkinkan seorang berpartisipasi tinggi, (b) terdapat perbedaan antara bakat sebagai potensi yang belum terwujud dengan bakat yang sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul, ini berarti anak berbakat yang underachiever juga diidentifikasi  sebagai  anak  berbakat, (c) terdapat keragaman dalam bakat, (d) ada kecenderungan bahwa bakat hanya akan muncul dalam salah satu bidang kemampuan, dan (e) perlunya layanan pendidikan khusus di luar jangkauan pendidikan biasa.
Dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989, yang disebut anak berbakat  adalah “warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa”. Kecerdasan berhubungan dengan perkembangan kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya terbatas pada kemampuan intelektual. Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar biasa yang dimaksud dalam batasan ini meliputi (a) kemampuan intelektual umum dan akademik khusus, (b) berpikir kreatif-produktif, (c) psikososial/ kepemimpinan, (d) seni/kinestetik, dan (e) psikomotor.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak rata-rata/normal baik dalam kemampuan intelektual maupun nonintelektual sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan

Pengertian Identifikasi Kebutuhan dan Karakteristik Anak Berbakat

Posted by : Puji Rokhayanti
Date :
With 0komentar
Tag :
Next Prev
▲Top▲