BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Menulis adalah sebuah
keterampilan. Sebuah keterampilan tidak akan terwujud tanpa adanya pelatihan.
Penting bagi kita membentuk diri supaya memiliki keterampilan yang baik yaitu
dengan terus menerus berlatih menulis dengan cara yang benar. Jika kebiasaan
itu telah dimiliki, langkah selanjutnya adalah memoles agar tulisan tersebut
komunikatif dan benar sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Kaidah atau ketentuan
menjadi penting artinya karena salah satu ukuran untuk menilai apakah tulisan
itu dapat disebut karya ilmiah atau bukan berwujud tata tulis. Karya ilmiah
adalah karya tulis yang substansinya bersifat ilmiah, tata tulisnya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku, dan sikap ilmiah penulisnya mewarnai seluruh
karya tersebut. Maka, dalam makalah ini akan dibahas mengenai karakteristik
penulisan karya ilmiah mengenai hakikat, karakteristik isi, unsure kebahasaan,
serta ciri-ciri struktur karya ilmiah.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka
dirumuskan permasalahan:
1.
Apakah hakikat karya ilmiah?
2.
Apa sajakah karakteristik
berdasarkan isi penulisan karya ilmiah?
3.
Apa sajakah karakteristik
berdasarkan teknik penulisan karya ilmiah?
4.
Apa sajakah unsur kebahasaan dalam
karya ilmiah?
5.
Apa sajakah ciri-ciri struktur
karya ilmiah?
C.
Tujuan Penulisan
Terdapat beberapa tujuan penulisan makalah ini, antara lain :
1.
Mendeskripsikan dan menganalisis
hakikat karya ilmiah
2.
Mendeskripsikan dan menganalisis
karakteristik berdasarkan isi penulisan karya ilmiah
3.
Mendeskripsikan dan menganalisis
karakteristik berdasarkan teknik penulisan karya ilmiah
4.
Mendeskripsikan dan menganalisis
unsur kebahasaan dalam karya ilmiah
5.
Mendeskripsikan dan menganalisis
ciri-ciri struktur karya ilmiah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Karya Ilmiah
Jones (Brotowidjoyo 1993:3)
membagi karangan ilmu pengetahuan menjadi dua macam, yaitu karangan ilmiah dan
karangan nonilmiah. Penggolongan karya ilmu pengetahuan ke dalam kedua golongan
tersebut didasarkan pada sifat fakta yang disajikan dan cara penulisannya. Karya
ilmiah menyajikan fakta umum, yaitu fakta
yang dapat dibuktikan benar tidaknya dan ditulis dengan cara penulisan yang
standar. Sedangkan karya nonilmiah
menyajikan fakta pribadi, yaitu fakta
yang ada pada diri seseorang atau yang ada dalam batin seseorang yang bersifat
subjektif dan ditulis dengan cara penulisan yang (mungkin) tidak standar.
Dari pandangan tersebut kita dapat melihat bahwa
sebuah karangan dikatakan ilmiah apabila memiliki dua ciri utama, yaitu berisi
fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya dan ditulis dengan cara penulisan yang
baku. Fakta yang disajikan dalam karangan ilmiah adalah fakta umum, yaitu fakta
yang dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah oleh siapa saja dengan
prosedur yang konsisten. Fakta tersebut selain dapat dibuktikan
kebenarannya juga dapat dijadikan dasar penyusunan simpulan. Fakta umum yang
tidak dapat digunakan untuk merumuskan simpulan tidak digunakan dalam karangan
ilmiah. Berikut merupakan contoh fakta yang bersifat ilmiah :
1.
Setetes air terdiri atas
molekul-molekul air, yang tiap molekul terdiri atas dua atom hidrogen dan satu
atom oksigen.
2.
Asap yang keluar dari knalpot
kendaraan sebagian besar berupa gas karbon monoksida yang membahayakan
kesehatan.
3.
Jumlah sudut segitiga sama dengan
dua sudut siku-siku.
4.
Panas matahari dapat diubah
menjadi listrik.
Fakta-fakta tersebut
dapat dibuktikan kebenarannya oleh orang lain dengan prosedur yang telah
ditentukan. Oleh karena itu, fakta tersebut disebut fakta yang bersifat ilmiah.
Hal tersebut berbeda dengan fakta-fakta pribadi berikut, yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya oleh semua orang.
1.
Hulu sungai Brantas mengalir
melalui perkebunan yang indah.
2.
Udara pagi ini sejuk sekali.
3.
Orang Batak lebih ulet daripada
orang Jawa.
4.
Pacarku lebih cantik daripada
pacarnya.
Fakta-fakta tersebut
tidak dapat dijadikan landasan karangan ilmiah karena keluar dari pendapat dan
penilaian pribadi yang belum tentu sama dengan penilaian orang lain.
Karangan ilmiah selain
berdasarkan atas fakta umum juga disajikan dengan mengikuti kaidah,
prosedur,dan metodologi penulisan yang baik dan benar. Kaidah penulisan karya
ilmiah, baik kaidah umum yang mencakupi penggunaan bahasa dan ejaan juga harus
mempertimbangkan kaidah khusus yang disesuaikan dengan jenis karya ilmiah.
Prosedur penulisan karya ilmiah bersifat sistematis, yaitu mengikuti
langkah-langkah atau urutan yang telah ditentukan. Adapun metodologi penulisan
karya ilmiah mencakupi cara mendapatkan fakta dan cara penyajiannya. Karangan
yang hanya menyajikan fakta umum tanpa menggunakan prosedur penyajian yang baik
dan benar tidak digolongkan dalam karya ilmiah.
Berdasarkan paparan
tersebut dapat di tarik simpulan bahwa karangan ilmiah adalah karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya,
disajikan menurut metodologi penulisan yang baik dan benar, serta menggunakan
bahasa ragam ilmiah.
B.
Karakteristik Berdasarkan Isi
Penulisan Karya Ilmiah
Dilihat dari substansi
atau isinya ciri karya ilmiah antara lain sebagai berikut.
1.
Berisi fakta yang dapat dibuktikan
kebenarannya.
Fakta yang dapat kita
angkat dalam karya ilmiah haruslah fakta yang bersifat objektif, dalam arti
dapat dibuktikan kebenarannya. Karena itulah dalam karya ilmiah kita tidak
dapat mendasarkan tulisan pada imajinasi atau dugaan semata.
2.
Didukung oleh teori yang ada.
Sebagai bukti
keilmiahannya, sebuah karya ilmiah selalu didasarkan pada teori yang telah ada.
Fungsi teori itu bermacam-macam, antara lain sebagai acuan atau pedoman dalam
penulisan karya ilmiah dan sebagai pijakan awal untuk menulis. Wujud
pemanfaatan teori juga bermacam-macam, antara lain teori yang telah ada kita
uji kembali, kita kembangkan, atau kita pakai untuk menemukan teori yang lain.
3.
Tidak bersifat emosional.
Yang berbicara dalam
karya ilmiah adalah fakta. Dipercaya atau tidak isi karya ilmiah oleh pembaca
sangat ditentukan oleh fakta yang kita sajikan. Karena itulah kita tidak perlu
menulis karya ilmiah secara persuasif dengan mempengaruhi orang banyak untuk
percaya pada pendapat kita. Kita juga tidak perlu menggunakan kata-kata yang
sugestif atau “menekan” pembaca untuk mengikuti pendapat kita.
C.
Karakteristik Berdasarkan Teknik
Penulisan Karya Ilmiah
Berdasarkan teknik penulisannya karakteristik
karya ilmiah antara lain sebagai berikut.
1.
Menggunakan ragam bahasa ilmiah
Ragam bahasa ilmiah
dalam bahasa Indonesia disebut ragam
baku. Sampai saat ini Pasat Bahasa sudah mengeluarkan Ejaan yang Disempurnakan
( EYD ), Pedoman Umum Tata Bentukan Istilah, Pedoman Pemenggalan Kata, Pedoman
Pengindonesiaan Istilah Asing, Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, dan Kamus
Besar Bahasa Indonesia. Pedoman-pedoman tersebut merupakan panduan untuk
menggunakan bahasa Indonesia yang benar, yaitu bahasa Indonesia yang sesuai
dengan kaidah yang telah dibakukan. Dengan demikian, dalam ragam ilmiah
penggunaan bahasa harus mengacu pada pedoman-pedoman tersebut, yang meliputi
aspek ejaan, diksi, kalimat, paragraf, sampai dengan penulisan hal-hal teknik
seperti kutipan dan daftar pustaka.
2.
Mengikuti sistematika yang sudah
ditentukan
Sistematika
masing-masing bentuk karya ilmiah sudah baku. Secara umum karya ilmiah terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu bagian pengenalan, bagian isi dan bagian penutup.
Rincian masing-masing bagian tersebut disesuaikan dengan bentuk atau jenis
karya ilmiah. Dengan konsistensi seperti inilah kita akan dengan mudah
membedakan mana artikel ilmiah konseptual, mana makalah, dan mana laporan
penelitian.
3.
Bersifat proporsional
Bersifat proporsional
artinya besaran bagian yang satu dan yang lain harus sesuai dengan ketentuan.
Orang sering mengibaratkan karya ilmiah itu sebagai tubuh manusia yang terdiri
atas bagian kepala, tubuh, dan kaki. Tentu orang akan dengan mudah mengatakan
tidak proporsional apabila kepala yang kita miliki ternyata lebih besar
daripada badan kita. Demikian halnya dengan karya ilmiah.
4.
Memiliki acuan yang jelas
Salah satu perbedaan
konkret antara karya ilmiah dan karya nonilmiah adalah adanya acuan yang jelas.
Acuan ini pada akhirnya dituliskan dalam bentuk kutipan dan daftar pustaka.
Dengan demikian, semakin baru dan semakin tinggi bobot pustaka yang kita acu,
akan semakin berbobot pula tulisan yang kita buat.
5.
Bersifat konsisten
Sistematika karya
ilmiah ada beberapa macam. Kita boleh memilih salah satunya dengan alasan
tertentu, misalnya gaya selingkung. Namun, ketika kita sudah menetapkan satu
bentuk sistematika, kita harus konsisten sampai akhir tulisan. Demikian juga
dengan istilah-istilah khusus. Kalau dalam tulisan yang kita buat kita menyebut
diri sebagai penulis, sampai akhir tulisan kita tetap menjadi penulis, bukan
peneliti, apalagi penyusun. Inilah disebut dengan konsisten.
D.
Unsur Kebahasaan Dalam Karya
Ilmiah
1.
Diksi
Diksi adalah pilihan
kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam menulis atau
berbicara. Penulis atau pembicara memiliki ribuan kata dan istilah sebagai
kekeyaan bahasa. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin luas lingkungan
pergaulan, dan semakin banyak pengalaman hidup, semakin banyak pula kekayaan
kosakatanya. Agar komunikasi itu efektif dan efisien, maka seorang penulis
perlu berhat-hati dalam memilih kata, sehingga pembaca mampu mencerna kata atau
rangkaian kata yang digunakan penulis untuk mengungkapkan gagasannya. Dalam
memilih kata ini, seorang penulis harus memperhatikan hal-hal yang menjadi
syarat dari diksi, syarat-syarat itu ialah :
a.
Ketepatan
Ketepatan dimaksudkan sebagai pemilihan
kata yang dapat mewakili gagasan penulis dengan benar, sehingga tidak terjadi
perbedaan tafsir antara penulis dengan pembaca.
b.
Kesesuaian
Kesesuain diartikan sebagai pilihan kata yang
cocok dengan konteks, seperti situasi pemakaian, sasaran penulis, dan
lain-lain.
Contoh :
Kata Kamu, Anda,dan Saudara,
merupakan kata-kata yang bersinonim, yaitu kata yang digunakan untuk menyebut
lawan bicara, tetapi bukanlah sinonim mutlak. Nilai-nilai sosial menjadikan
ketiga kata itu memiliki nuansa yang berbeda.
Seperti
:
Saya
sama besar dengan kamu
Saya
sama besar dengan anda
Saya sama besar dengan
saudara
2.
Kalimat Efektif
Menurut Razak, kalimat
efektif adalah kalimat yang mampu mengekspresikan kejiwaan dengan manusia
lainnya, dan hanya kalimat yang berdaya gunalah yang diklasifikasikan kepada
kalimat efektif. Sedangkan menurut Zulfahmi, kalimat efektif adalah kalimat
yang mampu mengantarkan isi dan tujuan komunikasi dengan baik. Untuk
mengungkapkan atau mengkomunikasikan gagasan pengarang maka diperlukan kalimat
yang baik. Pernyataan diatas mengisyaratkan bahwa kalimat merupakan media yang
menampung gagasan pengarang. Dalam formulasi lain, kalimat dapat didefenisikan
sebagai wujud dari perasaan, sikap, dan pikiran si pengarang yang akan
dikomunikasikan dalam bentuk bahasa tulis.
Sehubungan dengan itu, Keraf
menegaskan bahwa seorang pengarang perlu menguasai beberapa aspek bahasa,
antara lain :
a.
Kosa kata yang digunakan
b.
Kaidah-kaidah sintaksis bahasa itu
secara aktif
c.
Gaya penyampaian
d.
Penalaran
Penguasaan
terhadap keempat aspek tersebutlah yang memungkinkan seorang pengarang mampu
menuangkan ide kedalam bentuk kalimat yang dapat mewakili gagasannya dengan
tepat dan mampu menarik perhatian pembaca. Kalimat yang seperti itulah yang
dapat diklasifikasikan kepada kalimat
yang efektif.
3.
Paragraf
a.
Pengertian
Paragraf disebut juga
alenia. Diserap dari bahasa Inggris paragraph,
sedangkan alenia diserap dari bahasa Belanda yang berarti mulai dari baris
baru. Paragraf adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau
topik. Paragraf merupakan perpaduan kalimat-kalimat yang memperlihatkan
kesatuan pikiran atau kalimat-kalimat yang berkaitan dalam membentuk gagasan
atau topik tersebut.
b.
Syarat paragraf yang baik
1)
Kesatuan
Kalimat-kalimat yang membentuk
paragaraf perlu ditata secara cermat agar tidak ada kalimat yang menyimpang
dari pokok pikiran.
2)
Kepaduan
Kepaduan paragraf dapat dilihat dari
penyusunan kalimat secara logis dan ungkapan-ungkapan pengait dalam kalimat.
3)
Isi yang memadai
Sebuah paragraf dikatakan memiliki
isi yang baik jika memiliki sejumlah rincian yang terpilih sebagai pendukung
pokok pikiran paragraf.
E.
Ciri-Ciri Struktur Karya Ilmiah
Struktur karangan merupakan bagian-bagian karangan, bentuk
bentuk karangan, atau ourganisasi karangan. Struktur karya ilmiah terdiri dari
tiga bagian yakni bagian pendahulu, isi karangan , bagian penutup
(Syafi’ie,1988). Sejalan dengan pendapat ini diungkapkan pula oleh Warriner
(1958:225) bahwa bagian-bagian karya adalah bagian pendahuluan, isi dan penutup.
Selain bagian-bagian tersebut, Weaver (1968:281-286) menyatakan terdapat pula bagian referensial,
direct quotation, bagian footnote, dan bibliografi sebagai ciri-ciri karya
ilmuah. Bagian ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan sebagai orgenisasi karya
ilmiah.
1.
Bagian Pendahuluan Karya Ilmiah
Bagian pendahulu
menyajikan latar belakang masalah penulisan atau kajian, diikuti oleh oleh
bagian permasalahan atau rumusan masalah, dan menyajikan maksud dan tujuan
kajian atau penulisan. Bagian pendahuluan merupakan bagian yang menjadi entry point bagi pembaca karya ilmiah
sehingga harus disajikan secara baik untuk memikat pembaca dalam memahami
kedudukan gagasan yang diusung dalam karya ilmiah. Warriner (1958:226)
menyatakan bahwa bagian pendahuluan seharusnya dibuat menarik dan menyatakan
maksud menulis. Hal ini berarti bahwa pada bagian awal perlu diungkapkan
permasalahan dan latar belakang masalah dari suatu pemikiran yang diungkapkan
dalam karya ilmiah.Sejalan dengan Warriner, Syafi’ie (1988:87) juga menyatakan
bahwa bagian pendahuluan juga mengungkapkan pokok permasalahan yang disajikan,
pengetahuan dan sikap penulis terhadap pokok karya ilmiah serta pemasalahan
yang diungkapkan didalamnya. Bagian pendahuluan ini mempunyai fungsi sebagai
bagian untuk mempersiapkan pembaca dalam memahami isi karya ilmiah.
2.
Bagian Isi Karya Ilmiah
Bagian
isi karya Ilmiah merupakan pernyataan dan pengembangan gagasan utama (Warriner,
1958:227). Bagian ini merupakan bagian karya ilmiah yang sesungguhnya karena
selain berisi uraian pengembangan gagasan utama, juga berisi pemecahan masalah
yang diungkapkan pada bagian pendahuluan karya ilmiah. Bagian isi karya ilmiah
menurut Syafi’ie (1988:88) merupakan bagian pembahasan tentang perihal pokok
karya ilmiah dan permasalahannya dengan sistematika yang didasarkan pada
kompleksitas suatu masalah yang disajikan.
Bagian isi karangan biasanya
berupa uraian pengambangan gagasan utama atau uraian masalah, sajian pengertian
atau definisi, sajian fakta sebagai titik tolak pembahasan, teori-teori yang
berkaitan sebagai rujukan, pembahasan masalah dengan teori dan fakta, serta
berupa pemecahan masalah. Oleh karena itu, bagian isi karya ilmiah biasanya
lebih banyak daripada bagian lainnya, karena membahas permasalahan yang
dihubungkan dengan fakta, teori, dan pembahasan sebagai konfimasi yang
dilakukan oleh penulis. Pembahasan permasalahan dapat dilakukan dengan
menetapkan batasan-batasan atas pengertian atau definisi kemudian mengaitkan
antara teori dan fakta dengan masalah, sehingga diperlukan bagian bagian yang
mengupas persoalan tersebut sebelum dilakukan pembahasan masalah.
3.
Bagian Penutup Karya Ilmiah
Bagian akhir atau penutup
merupakan bagian simpulan yang memagut gagasan utama yang dituangkan dalam isi
karangan (Warriner,1958). Bagian penutup disebut sebagai simpulan, sehingga
bagian ini tertuang simpul argumen yang disajikan penulis karya ilmiah. lebih
jauh Warriner menyatakan bahwa bagian simpulan dapat pula berupa ringkasan dari
solusi yang diuraikan dalam bagian isi karangan. Bagian penutup merupakan
bagian simpulan atau jawaban atas masalah yang disertai saran atau rekomendasi
dari hasil pembahasan. Bagian simpulan bukanlah bagian yang mengungkapkan
peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah, melainkan merupakan bentuk ringkas dari
bagian utama argumen karya ilmiah yang menghubungkan masalah dan pemecahannya,
sehingga terjalin tautan antara argumen yang disajikan teori atau fakta sebagai
suatu temuan atau solusi dari permasalahan.
4.
Stuktur Pelengkap Karya Ilmiah
Selain struktur utama
karya ilmiah sebgaimana yang telah diungkapkan di atas, terdapat pula bagian
pelengkap karya ilmiah, misalnya referensi. Bagian ini merupakan bagian yang
mengungkapkan keterhubungan antara argumen yang disajikan dengan argumen llain
sebagai dasar bagi penguatan argumen yang diusung penulis dalam karya ilmiah.
Bagian pelengkap memilki peranan sebagai penguat gagasan yang disajikan
penulis. Pendapat lain megungkapkan bahwa unsur-unsur atau bagian pelengkap
karya tulis terdiri atas: judul dan halaman judul, daftar isi, pendahuluan
umum, tubuh uraian, ucapan terima kasih, pengakuan meminjam material, daftar
pustaka, dan lampiran (Brotowidjojo,1993:99-120).
a.
Bagian Rujukan dalam Karya Tulis
Bagian ini merupakan
indikator kekuatan pengarang dalam menguasai pokok permasalahan dihubungkan
dengan teori atau konsep yang dijadikan rujukan. Bagian ini sebagai penguat
argumen yang disajikan penulis dalam karya ilmiah. Penggunaan bagian referensi
ini disajikan sesuai dengan ketentuan sikap ilmiah seorang penulis karya ilmiah
yang disajikannya. Penggunaan bagian rujukan ini dilakukan dengan menggunakan
acuan kepustakaan (rujukan kepustakaan) atau yang sering disebut Harvard System yang artinya setiap menggunakan
rujukan bagi penguat argumen keilmuan dicantumkan nama akhir pengarang disertai
dengan tahun penerbitan dan halaman yang dirujuk.
Secara umum penulisan
rujukan dalam karya ilmiah dapat dilakukan dengan cara mengutip atau mengacu
pada suatu referensi. Penyajian rujukan yang dilakukan dengan cara mengutip
jika kata-kata atau kalimat yang digunakan sebagai rujukan merupakan pernyataan
yang terdapat dalam sumber rujukan, sekalipun telah dialihbahasakan. Penyajian
rujukan dengan cara mengacu jika sumber kutipan tersebut dijadikan sebagai
acuan bagi rangkaian argumen dalam karya ilmiah, sehingga penulis dapat
mengolah rujukan tersebut dengan menggunakan bahasa penulis dan dapat
menderetkan beberapa sumber rujukan yang memiliki konsep atau teori yang sejalan.
Pola kedua jenis rujukan
ini mempunyai perbedaan dalam cara penulisan :
1)
Penyajian rujukan dengan cara
mengutip (kutipan langsung)
Kutipan kurang dari empat baris ditulis
diantara tanda petik (“...”) sebagai baguan terpadu dalam teks utama, dan disertai
nama pengarang, tahun dan nomor halaman. Nama pengarang dapat ditulis secara
terpadu dalam teks atau menjadi satu dengan thun dan nomor halaman di dalam
kurung. Jika ada tanda petik dalam kutipan, digunakan tanda petik tunggal
(‘...’).
Contoh
:
Soebronto (1990:123) menyimpulkan “ada
hubungan erat antara faktor sosial ekonomi dan kemajuan belajar”. (Nama
pengarang disebut dalam teks secara terpadu)
Simpulan dalam penelitian tersebut
adalah “ada hubungan erat antara faktor
sosial ekonomi dan kemajuan belajar” (Soebronto 1990:123). (Nama pengarang
disebut bersama dengan tahun penerbitan dan nomor halaman)
Simpulan dari penelitian tersebut adalah
“terdapat kecenderungan semakin banyak ‘campur tangan’ pimpinan perusahaan
semakin rendah tingkat partisipasi karya ilmiahwan di daerah perkotaan”
(Soewignyo 1991:101).
Kutipan lebih dari empat baris ditulis
tanpa tanda petik pada baris baru, terpish dari teks yang mendahului, dimulai
pada karakter keenam dari garis tepi kiri, dan diketik dengan spasi tunggal.
Jika dalam kutipan terdapat paragraf baru, garis barunya dimulai dengan
mengosongkan lima karakter lagi dari tepi garis teks kutipan.
Contoh :
Suyatno (1998:202) menyimpulkan
Alih latihan memungkinkan mahasiswa
memanfaatkan apa yang didapatkan dalam PBM untuk memecahkan persoalan nyata
dalam kehidupan. Kemampuan tranfer telah dimiliki oleh mahasiswa jika mahasiswa
itu mampu menerapkan pengetahuan, keterampilan, informasi, dan sebagainya
sebagai hasil belajar pada latar yang berbeda (kelas, labotarium, simulasi, dan
sejenisnya) ke latar nyata yaitu kehidupan nyata dalam masyarakat. Jika
kemampuan ini dapat dibekalkan kepada mahasiswa, mereka akan memilki wawasan
pencipta kerja setelah lulus dari perguruan tinggi.
Apabila dalam mengutip langsung ada
kata-kata dan kalimat yang dibuang, kata-kata yang dibuang diganti dengan tiga
titik, jika kalimat yang dibuang diganti dengan empat titik.
Contoh :
“Semua pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan pendidikan di sekolah ... diharapkan sudah melaksanakan kurikulum
baru” (Manan 1995:278). (Dalam kutipan ada kata-kata yang dibuang)
“Gerak manipulatif adalah keterampilan
yang memerlukan koordinasi antara lain mata, tangan, atau bagian tubuh lain
.... Yang termasuk gerak manipulatif antara lain menangkap bola, menendang
bola, dan menggambar” (Asim 1995:315). (Dalam kutipan ada kalimat yang dibuang)
2)
Penyajian rujukan dengan cara
mengacu (kutipan tidak langsung)
Penyajian rujukan dengan cara mengacu
ditulis tanpa tanda petik dan terpadu dalam teks. Nama pengarang bahan kutipan dapat
disebut terpadu dalam teks atau disebut dalam tanda kurung bersama tahun
penerbitannya. Jika rujukan bagian tertentu, nomor halaman disebutkan. Jika
buku dirujuk secara keseluruhan atau yang dirujuk terlalu banyak atau
meloncat-loncat, nomor halaman boleh tidak dicantumkan.
Contoh :
Salimin (1990:13) tidak menduga bahwa
mahasiswa tahun ketiga lebih daripada mahasiswa tahun keempat. (Nama pengarang
disebut terpadu dalam teks dengan pencantuman nomor halaman.)
Dalam buku tata bahasa lama, seperti buku
Prijohoetomo (1937) belum dikenal istilah transposisi. (Nama pengarang disebut
terpadu dalam teks tanpa pencantuman nomor halaman)
b.
Bagian Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar sumber
informasi, baik berupa sumber yang dikutip, diacu, atau sumber-sumber yang
memilki relevansi dengan poko pembahasan karangan ilmiah. Pencantuman sumber
rujukan dalam karya ilmiah merupakan suatu ketentuan umum dalam karya ilmiah
sebagai suatu etika kepenulisan. Ketentuan penulisan daftar pustaka merupakan
konvensi keilmuan dalam menunjukan sikap ilmiah. Ketentuan tersebut sebagai
berikut:
1)
Penempatan daftar pustaka adalah
bagian akhir karya ilmiah, setelah bagian simpulan atau penutup karya ilmiah,
tetapi sebelum bagian lampiran;
2)
Diurutkan secara alfabetis, dari
susunan nama pengarang yang telah disusun sesuai ketentuan the last name first . Namun, jika penulis sumber kepustakaan
tersebut dua orang, maka nama orang kedua yang dihubungkan dengan kata sambung
“dan” tidak perlu mengikuti ketentuan penulisan nama.
3)
Penulisan satu sumber kepustakaan
menggunakan satu spasi, sedangkan jarak spasi antara satu sumber pustaka dengan
pustaka lainnya adalah dua spasi.
4)
Penulisan sumber rujukan bercetak
miring atau digarisbawahi (jika menulis menggunakan mesin tik) hanya untuk
judul buku, nama jurnal, majalah,surat kabar
5)
Jika sumber kepustakaan tidak
diketahui penulisnya, maka susunan pertama pencantuman pustaka tersebut adalah
institusi yang bertanggung jawab terhadap penerbitan tersebut atau nama
penerbit, kemudian diikuti dengan susunan lainnya.
Contoh
penulisan daftar pustaka sebagai berikut :
1)
Rujukan dari buku
Dekker, N. 1992.Pancasila sebagai Ideologi Bangsa:Dari Pilihan Satu-satunya ke
Satu-satunya Asas.Malang:FPIPS IKIP Malang.
2)
Rujukan dari beberapa buku dengan
pengarang yang sama
Effendi, Oesmn. 1957a. Tanja Djawab tentang Kalimat-Kalimat Indonesia.
Djakarta:Pustaka Rakyat.
---- 1957b. Tanja Djawab tentang Kata-Kata Indonesia. Djakarta:Pustaka Rakyat.
3)
Rujukan dari buku berisi kumpulan
karya ilmiah karya ilmiah yang ada editor
Dardjowodjojo, Soenjono. (Ed.) 1988. PELLBA 1:Pertemuan Linguistik Lembaga Bahasa
Atma Jaya Pertama.Jakarta:Lembaga Bahasa Unika Atma Jaya.
4)
Rujukan dari karya ilmiah pada
kumpulan karya ilmiah yang ada editor
Hasan, M.Z. 1990. Karakteristik
Penelitian Kualitatif. Dalam Aminuddin (Ed.). Pengembangan Penelitian Kualitatif dalam Bidang Bahasa dan Sastra.Hlm.12-25.
Malang:HISKI Komisariat Malang dan YA3.
5)
Rujukan dari karya ilmiah jurnal
Hanafi, A.1989. Partisipasi dalam
Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi.
Forun Penelitian I. 1:3-47.
6)
Rujukan dari koran tanpa nama
pengarang
Jawa Pos.1995.Wanita Kelas Bawah Lebih Mandiri.IV.2.22 Juni.Hlm.3.
7)
Rujukan dokumen pemerintah yang
diterbitkan oleh suatu penerbit tanpa pengarang dan tanpa lembaga
Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
1990. Jakarta:Diperbanyak oleh PT. Armas Duta Jaya.
8)
Rujukan dari lembaga atas nama
lembaga
Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa. 1978. Pedoman Penilisan Laporan
Penelitian. Jakarta:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
9)
Rujukan buku terjemahan
Robins, R.H. 1995. Sejarah Singkat Linguistik. Edisi ke-3. Terjemahan Asril Marjohan.
Bandung: Penerbit ITB.
10) Rujukan skripsi, tesis, desertasi, laporan penelitian
Pangaribuan, T. 1992. Perkembangan Kompetensi Kewacanaan
Pembelajaran Bahasa Inggris di LPTK.Disertasi IKIP Malang.
11) Rujukan makalah
Huda, N.1991. Penulisan Laporan Penelitian untuk Jurnal. Makalah disajikan dalam
Lokakarya Ilmiah Penelitian Tingkat Dasar bagi Dosen PTN dan PTS di Malanng
Angkatan XIV, Pusat Penelitian IKIP Malang, Malang,12 Juli.
12) Rujukan dari media elektronik
Davis, Phil.1996. Informasi Literacy: From Theory and Research to Developing an
Instructional Model. [On-Line].Tersedia: http://www.mannlib.cornell.edu/~pmd8/
literacy/assembly.html. [4 Februari 2001]
BAB III
PENUTUP
- Simpulan
1. Karangan ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan
fakta umum yang dapat dibuktikan kebenarannya, disajikan menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar, serta menggunakan bahasa ragam ilmiah.
2. Karakteristik Berdasarkan Isi Penulisan Karya Ilmiah
a. Berisi fakta yang dapat dibuktikan kebenarannya.
b. Didukung oleh teori yang ada.
c. Tidak bersifat emosional.
3.
Karakteristik Berdasarkan Teknik
Penulisan Karya Ilmiah
a.
Menggunakan ragam bahasa ilmiah
b.
Mengikuti sistematika yang sudah
ditentukan
c.
Bersifat proporsional
d.
Memiliki acuan yang jelas
e.
Bersifat konsisten
4.
Unsur Kebahasaan Dalam Karya
Ilmiah
a.
Diksi
b.
Kalimat Efektif
c.
Paragraf
5.
Ciri-Ciri Struktur Karya Ilmiah
a.
Bagian Pendahuluan Karya Ilmiah
b.
Bagian Isi Karya Ilmiah
c.
Bagian Penutup Karya Ilmiah
d.
Stuktur Pelengkap Karya Ilmiah
1)
Bagian Rujukan dalam Karya Tulis
2)
Bagian Daftar Pustaka
B.
Saran
1.
Karya ilmiah sebaiknya juga
ditulis secara jujur, berdasarkan fakta dan temuan ilmiah bukan berdasarkan
dugaan maupun karangan semata yang mengandung tujuan membujuk atau menekan
orang lain untuk mempercayai suatu teori.
2.
Dalam menulis karya ilmiah,
sebaiknya mengikuti kaidah baku yang berlaku baik dari segiam isi maupun
sistematika penulisan sehingga kualitas keilmiahan suatu karya terjin.
3.
Karya ilmiah memiliki
karakteristik khusus yang membedakannya dengan karya nonilmiah. Oleh karena
itu, sebaiknya gunakan pedoman berdasarkan karakteristik tersebut ketika hendak
membuat karya ilmiah maupun untuk membedakan karya ilmiah dengan nonilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
Doyin, Mukh dan
Wagiran. 2009. Bahasa Indonesia Pengantar
Penulisan Karya Ilmiah. Semarang : Pusat Pengembangan MKU/MKDK-LP3 UNNES.
Kusmana, Suherli.
2009. Merancang Karya tulis Ilmiah.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Wardhani,
I.G.A.K., dkk. 2011. Teknik Menulis Karya
Ilmiah. Jakarta: Universitas Terbuka
Prima, Husnal. 2011. Diksi dan
Penggunaan Bahasa Efektif dalam Karya
Ilmiah.[tersedia] http://rangkumanpembelajaran.blogspot.com/ (9 Maret
2014)
0 komentar:
Posting Komentar