HAKIKAT KEBUDAYAAN
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Mata
Kuliah Pendidikan Multikultural
Dosen Pengampu : Bapak Jaino
Disusun Oleh:
Kelompok 1
1. Dewi Prastiwi 1401411025
2. Ariqiyati 1401411385
3. Puji Rokhayanti 1401411222
4. Novi Milyawati 1401411513
Rombel 07
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mata kuliah Pendidikan
Multikultural diarahkan untuk mengembangkan kemampuan dalam mengkaji konsep
warga Negara Indonesia yang cerdas, memiliki tanggung jawab dan partisipasi
sebagai warga masyarakat yang multicultural dan warga dunia yang berbudaya.
Agar dapat mencapai kemampuan tersebut, maka harus mengkaji tentang hakikat
kebudayaan.
Antara manusia dan kebudayaan terjalin hubungan yang
sangat erat, sebagaimana yang di ungkapkan oleh Dick Hartoko bahwa manusia
menjadi manusia merupakan kebudayaan. Hanya semua tindakan yang sifatnya
naluriah saja yang bukan merupakan kebudayaan, tetapi tindakan demikian
prosentasenya sangat kecil. Tindakan yang berupa kebudayaan tersebut di
biasakan dengan cara belajar. Terdapat beberapa proses belajar kebudayaan yaitu
proses internalisasi, soaialisasi dan enkulturasi. Selanjutnya hubungan antara
manusia dengan kebudayaan juga dapat dilihat dari kedudukan manusia tersebut
terhadap kebudayaan yaitu sebagai :
1) Penganut
kebudayaan
2) Pembawa
kebudayaan
3) Manipulator
kebudayaan
4) Pencipta
kebudayaan.
Pembentukan
kebudayaan dikarenakan manusia dihadapkan pada persoalan yang meminta pemecahan
dan penyelesaian. Dalam rangka survive maka manusia harus mampu memenuhi apa
yang menjadi kebutuhannya sehingga manusia melakukan bernagai cara. Hal yang
dilakukan oleh manusia inilah kebudayaan. Kebudayaan yang digunakan manusia
dalam menyelesaikan masalah-masalahnya bisa kita sebut sebagai way of life,
yang digunakan individu sebagai pedoman bertingkah laku.
Dewasa ini
manusia kebanyakan melupakan makna kehidupannya, hakekat diciptakannya manusia
oleh Tuhan, dan adat istiadat atau yang lazimnya sering disebut dengan istilah
kebudayaan. Hal tersebut seringkali banyak disebabkan oleh beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam perkembangannya. Beberapa Diantaranya seperti kemajuan
teknologi yang pesat, modernisasi atau globalisasi yang semakin meningkat.
Dalam
sejarah manusia yang sebelumnya memiliki kebudayaan yang bersifat primitif dan
kental akan seni, agama, dan tata kelakuan yang telah diturunkan turun- temurun
ke generasi berikutnya berangsur-angsur mulai berubah seiring dengan
perkembangan zaman dan kemajuan teknologi. Manusia yang dulu saling menyapa
ketika bertemu di jalan sekarang jarang terjadi karena lebih sibuk dengan
handphonenya. Bertumbuhnya sifat individualisme yang banyak terjadi khususnya
dalam masyarakat perkotaan merupakan salah satu contoh yang kongkrit dari
akibat perkembangan teknologi yang pesat dan terus mempengaruhi kebudayaan.
Berlimpahnya
kemakmuran dan megahnya bangunan belum merupakan lambang kemajuan suatu
kebudayaan manusia dalam arti sebenarnya. Kemajuan dan perkembangan yang hanya
terbatas pada material saja akan menyebabkan kepincangan dalam kehidupan
manusia. Oleh karena itu, manusia dan kebudayaan memiliki hubungan yang erat
karena kebudayaan berasal dari pemikiran manusia yang diatur atau dibatasi oleh
aturan tertentu.
1.2 Rumusan Masalah:
1)
Apa yang dimaksud kebudayaan?
2)
Apa sajakah unsure-unsur kebudayaan?
3)
Apa sajakah wujud kebudayaan?
4)
Apakah perbedaan antara lingkungan
fisik, sosial dan metafisik?
5)
Apakah perbedaan antara budaya dan non
budaya?
6)
Apa yang dimaksud pranata kebudayaan?
1.3 Tujuan Penulisan:
1)
Menjelaskan pengertian kebudayaan.
2)
Menyebutkan unsur-unsur kebudayaan.
3)
Mengidentifikasi tiga wujud kebudayaan.
4)
Menjelaskan perbedaan antara lingkungan
fisik, sosian dan metafisik.
5)
Menjelaskan perbedaan antara budaya dan
non budaya
6)
Mengidentifikasi pranata kebudayaan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kebudayaan
Budaya merupakan
istilah yang banyak dijumpai dan digunakan hamper dalam setiap aktivitas
sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa budaya begitu dekat dengan lingkungan
kita. Kebudayaan
berasal dari kata cultuure (Belanda) culture (Inggris) dan colere
(Latin) yang artinya mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan
terutama pengolahan tanah yang kemudian berkembang menjadi segala daya dan
aktifitas manusia manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Dari bahasa Indonesia (Sansekerta) “buddhayah”,
yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Pendapat lain “budaya”
adalah sebagai suatu perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti
daya dari budi, karena itu mereka membedakan antara budaya dan kebudayaan.
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta,karsa dan rasa. Kebudayaan
adalah hasil dari cipta,karsa dan rasa tersebut, beberapa pendapat ahli
antropologi dunia tentang definisi kebudayaan :
Ø E.B.Tylor (Primitive
Culture) : keseluruhan kompleks yang mengandung ilmu pengetahuan lain
seperti kebiasaan manusia yang bermasyarakat.
Ø R.Linton (The
Cultural Background of Personality) : konfigurasi dari tingkah laku yang
pembentukannya didukung dan diteruskan anggota masyarakat tertentu.
Ø C.Klukhonn
dan W.H Kelly (Hasil Tanya jawab dengan ahli antropologi sejarah) : Hukum,
psikologi yang implisit, rasional, irasional terdapat pada setiap waktu sebagai
pedoman yang potensial bagi tingkah laku manusia.
Ø Melville
J.Herskovits (Ahli antropologi Amerika) : bagian dari lingkungan buatan manusia
“Man Made Part of the Environment”.
Ø Dowson (Age
of the Gods) : cara hidup bersama(Culture is common way of life).
Ø J.P.H
Dryvendak : kumpulan cetusan dari jiwa manusia yang beraneka ragam dan berlaku
dalam suatu masyarakat tertentu.
Ø Ralph Linton
(1893-1953) : sifat sosial manusia yang turun temurun “Man’s sosial heredity”.
Beberapa definisi yang dikemukakan oleh pakar Indonesia :
Ø Prof. Dr.
Koentjaara Ningrat : keseluruhan manusia dari kelakuan dan hasil kelakuan yang
teratur oleh tata kelakuan yangharus didapat degan belajar.Dan yang semuanya
tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Ø Sultan
Takdir Alisahbana : manifestasi dari cara berfikir.
Ø Dr. Moh.
Hatta : ciptaan dari suatu bangsa.
Ø Mangunsarkoro
: segala yang bersifat hasil kerja manusia dalam artian yang seluas-luasnya.
Ø Drs. Sidi
Gazalba : cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi
kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk satu kesatuan sosial dengan
suatu ruang dan suatu waktu.
Definisi di atas berbeda-beda namun
memiliki prinsip yang sama yaitu mengakui adanya ciptaan manusia,meliputi
perilaku dan hasil kelakuan manusia,yang diatur oleh tata kelakuan yang
diperoleh dengan belajar yang semuanya tesusun dalam kehidupan masyarakat.
Di dalam masyarakat kebudayaan
diartikan “The general body of the art” yang meliputi seni sastra, seni
musik, seni pahat, seni rupa, dan pengetahuan filasafat. Dan akhirnya
mendapatkan kesimpulan bahwa kebudayaan adalah hasil budi manusia untuk
mencapai kesempurnaan hidup atau segala sesuatu yang diciptakan manusia baik
yang konkrit maupun abstrak.
Menurut Prof. M. M. Djojodiguno
(Asas-asas Sosiologi,1958) bahwa kebudayaan atau budaya adalah daya dari budi
yang berupa cipta, rasa, dan karsa.
Ø Cipta :
kerinduan manusia untuk mengetahui rahasia segala hal yang ada dalam
pengalamannya. Hasil cipta berupa Ilmu pengetahuan.
Ø Karsa :
kerinduan manusia untuk menginsafi dari mana manusia sebelum lahir dan kemana
sesudah mati.Hasilnya berupa norma-norma keagamaan atau kepercayaan.
Ø Rasa :
kerinduan manusia akan keindahan dan dorongan untuk menikmati keindahan.
Hasilnya berbagai macam kesenian.
Kebudayaan merupakan keseluruhan
sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya
dengan cara belajar, yang semuanya tersusun dalam kehidupan masyarakat. Dan
dijelaskan sebagai berikut :
Ø Kebudayaan
adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia yang meliputi
kebudayaan material (bersifat jasmaniah) dan kebudayaan non material (bersifat
rohaniah).
Ø Kebudayaan
tidak diwariskan secara generative(biologis) melainkandngan cara belajar.
Ø Kebudayaan
diperoleh manusai sebagai anggota masyarakat.
Ø
Kebudayaan adalah kebudayaan manusia.
Dengan demikian kita
dapat menyimpulkan bahwa budaya itu berkaitan dengan 3 kata kunci yang mencakup
(1) gagasan, (2) perilaku dan (3) hasil karya manusia. Sebagai pedoman
pembahasan , pengertian kebudayaan yakni merupakan program bertahan hidup dan
adaptasi suatu kelompok dengan lingkungannya. Program budaya terdiri dari
pengetahuan,konsep dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota kelompok melalui
sisrem komunikasi. Esensi budaya bukan pada benda, alat atau elemen budaya yang
terlihatlainnya namun bagaimana kelompok menginterpretasikan, menggunakan dan
merasakannya.
2.2 Unsur-unsur kebudayaan
E.B. Tylor (1832-1917) memandang budaya sebagai kompleksitas hal
yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Sedangkan menurut
Raymond Williams (1921-1988) budaya meliputi meliputi organisasi
produksi, struktur keluarga, struktur lembaga yang mengungkapkan atau mengatur
hubungan-hubungan sosial, bentuk komunikasi yang khas dalam anggota masyarakat.
Menurut Claude Levi-Strauss, kebudayaan harus dipandang dalam konteks teori
komunikasi yaitu sebagai keseluruhan sistem simbol (bahasa, kekerabatan,
ekonomi, mitos, seni) yang pada berbagai tingkat memungkinkan dan mengatur
komunikasi (Cremers, 1997: 147). Hal ini karena manusia adalah homo simbolicum.
Kita lihat bahwa budaya diartikan selalu dalam konteks hubungannya sebagai
anggota masyarakat. Koentjaraningrat lebih sistematis dalam memerinci
unsur-unsur kebudayaan.
Unsur-unsur
kebudayaan menurut Koentjaraningrat(2000: 2) adalah sebagai berikut:
1.
Sistem religi dan upacara keagamaan.
Kepercayaan
manusia terhadap adanya Sang Maha Pencipta yang muncul karena kesadaran bahwa
ada zat yang lebih dan Maha Kuasa.
2. Sistem
dan organisasi kemasyarakatan.
Sistem yang muncul karena kesadaran
manusia bahwa meskipun diciptakan sebagai makhluk yang paling sempurna namun
tetap memiliki kelemahan dan kelebihan masing – masing antar individu sehingga
timbul rasa utuk berorganisasi dan bersatu.
3. Sistem
pengetahuan
Sistem yang terlahir karena setiap
manusia memiliki akal dan pikiran yang berbeda sehingga memunculkan dan
mendapatkan sesuatu yang berbeda pula.
4. Bahasa
Sesuatu yang berawal dari hanya
sebuah kode, tulisan hingga berubah sebagai lisan untuk mempermudah komunikasi
antar sesama manusia. Bahkan sudah ada bahasa yang dijadikan bahasa universal
seperti bahasa Inggris.
5. Kesenian
Setelah memenuhi kebutuhan fisik
manusia juga memerlukan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan psikis mereka
sehingga lahirlah kesenian yang dapat memuaskan.
6. Sistem
mata pencaharian hidup.
Terlahir karena manusia memiliki
hawa nafsu dan keinginan yang tidak terbatas dan selalu ingin lebih.
7. Sistem
teknologi dan peralatan.
Sistem yang timbul karena manusia
mampu menciptakan barang – barang dan sesuatu yang baru agar dapat memenuhi
kebutuhan hidup.
Secara garis besar unsur-unsur yang berada di urutan bagian atas
merupakan unsure yang lebih sukar berubah daripada unsur-unsur di bawahnya.
Namun perlu diperhatikan, karena ada kalanya sub unsur dari suatu unsur di
bawahnya lebih sukar diubah dari pada sub unsur dari suatu unsur yang tercantum
di atasnya. Misalnya sub-sub unsur hukum waris yang merupakan sub unsur dari
hukum (bagian dari unsur sistem dan organisasi kemasyarakatan) lebih sukar
berubah bila dibandingkan dengan sub-sub unsur arsitektur tempat pemujaan
(bagian dari sub unsur prasarana upacara yang menjadi bagian dari sistem
religi). Masjid, gereja, tasbih, kitab suci merupakan contoh kongkrit sistem
religi dan upacara keagamaan. Ada pembagian warisan di antara keluarga Anda,
ada walikota, ada kantor dan tokoh politik, anak SD memakai seragam merah putih
yang kesemuanya itu merupakan contoh sistem dan organisasi kemasyarakatan. Buku
IPS anak SD, ada orang yang menghitung uang kembalian merupakan contoh kecil
dari sistem pengetahuan. Ada orang yang berbahasa Madura, bahasa Jawa dan ada
yang berbahasa Indonesia merupakan bagian dari unsur bahasa. Panggung seni, ada
lukisan, ada gambar reklame yang indah sebagai perwujudan unsur kesenian.
Penjual sayuran, sopir angkot, seorang guru berseragam abu-abu yang memasuki sekolah,
remaja yang memakai seragam pertokoan tertentu yang semuanya itu merupakan
contoh kongkrit unsur sistem mata pencaharian hidup. Ada komputer, internet,
ada cangkul dan sabit, ada Hand Phone merupakan contoh system teknologi dan
peralatan.
Unsur-unsur yang diurutkan di atas merupakan unsur budaya yang
universal dalam arti ada di manapun, kapan pun dan berlaku pada siapa pun.
Artinya di belahan dunia mana pun ada ketujuh unsur itu. Dalam sejarah manusia
baik yang primitif maupun yang modern ke tujuh unsur itu berlaku pada siapapun
yang dinamakan “manusia”.
2.3
Wujud Kebudayaan
Kalau kita perhatikan definisi budaya seperti diuraikan di atas,
maka wujud kebudayaan (Koentjaraningrat, 2000: 5) bisa terdiri dari:
1. Wujud idiil
(adat tata kelakuan) yang bersifat abstrak, tak dapat diraba. Terletak di alam
pikiran dari warga masyarakat di mana kebudayaan yang bersangkutan itu hidup,
yang nampak pada karangan, lagu-lagu. Fungsinya adalah pengatur, penata, pengendali,
dan pemberi arah kelakuan manusia dalam masyarakat. Adat terdiri atas beberapa
lapisan, yaitu sistem nilai budaya (yang paling abstrak dan luas), system norma-norma
(lebih kongkrit), dan peraturan khusus mengenai berbagai aktivitas sehari-hari
(aturan sopan santun) yang paling kongkrit dan terbatas ruang lingkupnya.
2. Wujud kedua
adalah sistem sosial mengenai kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem
sosial ini terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi yang selalu mengikuti
pola tertentu. Sifatnya kongkrit, bisa diobservasi.
3. Wujud
ketiga adalah kebudayaan fisik yang bersifat paling kongkrit dan berupa benda
yang dapat diraba dan dilihat.
Ketiga wujud dari kebudayaan di atas dalam kenyataan kehidupan
masyarakat tidak terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan idiil memberi arah
pada perbuatan dan karya manusia. Pikiran atau ide dan karya manusia
menghasilkan benda kebudayaan fisik. Sebaliknya, kebudayaan fisik membentuk
suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari
lingkungan alamiahnya, sehingga mempengaruhi pola perbuatan, bahkan juga
mempengaruhi cara berpikirnya.
2.4
Budaya dan Lingkungan
Pada dasarnya kita tidak bisa lepas dan terpisah dari lingkungan
kita. Pada dasarnya kelompok sosial merupakan kolektivitas manusia yang kurang
lebih permanen yang hidup bersama dan berinteraksi dengan berbagai lingkungan
yang mengitari dirinya. Kelompok sosial harus bertahan hidup dengan beradaptasi
dengan dan mengubah lingkungannya. Pengetahuan, ide, dan ketrampilan yang
memungkinkan suatu kelompok untuk bertahan hidup dapat dipandang sebagai
program bertahan hidup atau budaya. Keberhasilan bertahan hidup suatu kelompok
tergantung pada jenis lingkungan yang dihadapi kelompok.
Pertama, ada
lingkungan geografis, atau habitat fisik. Lingkungan ini memberi berbagai
keunikan alamiah di mana kelompok sosial itu beradaptasi dengan atau mengubah
lewat teknologinya.
Kedua, anggota
kelompok sosial harus hidup bersama dan berinteraksi. Kelompok sosial sebagai
satu keseluruhan memiliki kelompok lain sebagai tetangga yang akan membentuk
lingkungan sosial dengan mana mereka juga berinteraksi. Beberapa dari kelompok
ini ada interaksi lokal dan memungkinkan interaksi tatap muka, sedangkan yang lain
lebih berjarak. Dalam skala dunia, kelompok sosial utama seperti negara hidup
dalam lingkungan sosial regional dan global dan harus beradaptasi dengan negara
lain. Bagian budaya sebagian besar tersusun dari semua kebiasaan dan aturan
yang memungkinkan semua skala interaksi yang berbeda ini dilakukan.
Ketiga, ada suatu
jenis lingkungan yang biasanya kita tidak memikirkannya karena tidak terlihat
atau berinteraksi di dalam dunia ini. Namun nyatanya jutaan manusia dan sangat
mempengaruhi hidup. Asalnya terletak pada apa yang dipikirkan terhadap dorongan
manusia yang mendasar (a basic human drive) atau kebutuhan universal untuk
menemukan makna dan penjelasan dalam hidupnya. Satu cara untuk memuaskan
kebutuhan akan makna ini adalah mengembangkan keyakinan bahwa hidup ditentukan
oleh Sesuatu yang lebih tinggi, yang adanya di luar umat manusia, seperti Tuhan
atau hal-hal supernatural lainnya. Tanpa memasukkan lingkungan metafisik dalam
pembahasan kita, sulit untuk memahami secara utuh mengapa beberapa kelompok
sosial hidup sebagaimana mereka lakukan. Misalnya, suku Baduy di Jawa Barat
yang lebih menghargai kakinya untuk diberi bantal ketika sedang tidur daripada
kepalanya karena memandang bahwa kaki lebih digunakan untuk menopang seluruh
anggota tubuh mereka. Hal esensial tentang praktek ini dan berbagai tempat lain
di dunia ini adalah bahwa lingkungan metafisik yang demikian itu nyata bagi
yang mempercayainya seperti halnya Allah bagi orang Islam dan Yesus bagi orang Nasrani.
2.5
Budaya dan Non Budaya
Memperhatikan luasnya pengertian budaya di atas, maka pertanyaan
selanjutnya adalah apa yang membedakan pengertian antara budaya dan non budaya?
Hal-hal yang non budaya mencakup benda yang keberadaannya sudah ada dengan
sendirinya atau ciptaan
Tuhan yang tidak/belum mendapat sentuhan aktivitas manusia
(benda-benda alamiah seperti batu, pohon, gunung, tanah). Sementara itu, budaya
mencakup sesuatu yang keberadaannya sudah mendapat sentuhan tangan manusia,
misalnya patung marmer, bonsai, bangunan, aturan makan, dll.Jadi, batu dan kayu
dapat dipandang sebagai non budaya bila didapatkan apa adanya sebagai batu
gunung dan pepohonan, namun menjadi sebuah benda budaya bila mendapat campur
tangan manusia.
2.6
Pranata Kebudayaan
Pranata (institution) yang ada dalam kebudayaan dikelompokkan
berdasarkan kebutuhan hidup manusia yang hidup dalam ruang dan waktu.
Pengelompokannya (Koentjaraningrat, 2000) adalah sebagai berikut:
1. Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan (kinship atau domestic
institutions), misalnya perkawinan, pengasuhan anak.
2. Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk pencaharian hidup, memproduksi,
menimbun dan mendistribusi harta benda (economic institutions), misalnya
pertanian, industri, koperasi, pasar.
3. Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan manusia supaya
menjadi anggota masyarakat yang berguna (educational institutions), misalnya
pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi, pendidikan keagamaan,
pers.
4. Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami alam semesta
(scientific institutions), misalnya penjelajahan luar angkasa.
5. Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia menyatakan keindahannya dan rekreasi
(aesthetic and recreational institutions), misalnya batik, seni suara, seni gerak,
seni drama, olahraga.
6. Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau
dengan alam gaib (religious institutions), misalnya masjid, do’a, kenduri, upacara,
pantangan, ilmu gaib.
7. Pranata
yang bertujuan memenuhi kebutuhan jasmaniah manusia (somatic institutions),
misalnya perawatan kecantikan, pemeliharaan kesehatan, kedokteran.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Kebudayaan berasal dari kata cultuure
(Belanda) culture (Inggris) dan colere (Latin) yang artinya
mengolah, mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan terutama pengolahan tanah
yang kemudian berkembang menjadi segala daya dan aktifitas manusia manusia
untuk mengolah dan mengubah alam. Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan
atau tindakan dan hasil karya manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara
belajar, yang tersusun dalam kehidupan manusia. Dari berbagai unsur kehidupan
dapat disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan hal yang luas karena kebudayaan
merupakan hasil dari alam, pemikiran manusia dan tindakannya. Kebudayaan hanya
dapat diperoleh dalam anggota masyarakat yang mana pewarisannya melalui cara
belajar.
Jadi kebudayaan merupakan hasil ciptaan manusia yang didalamnya mengandung
banyak unsur-unsur dalam kehidupan dan selalu mengalami perubahan dan
perkembangan dari generasi ke
generasi dan di tempat-tempat yang berbeda. Semua
itu di pengaruhi oleh perkembangan
hidup manusia yang juga selalu berubah-ubah, karna manusia mempunyai hubungan yang erat bahkan
tidak bisa di pisahkan dengankebudayaan. Manusia
juga berhubungan erat
dengan kebudayaan yang ada pada lingkungan sekitarnya. Karena kebudayaan
tersebut merupakan cara beradaptasi untuk mengatur hubungan antar manusia.
3.2 Saran
Dengan
dibuatnya makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta wawasan
pembaca tentang kebudayaan . Dengan bekal pengetahuan ini setidaknya kita mampu
mengaplikasikan ketika bersosialisasi di masyarakat. Karena seperti ulasan
tentang hakikat kebudayaan, sebenarnya sangat berkaitan erat dengan kebiasaan
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu kita sebagai generasi penerus
dituntut untuk tetap menjaga, melestarikan kebudayaan-kebudayaan yang ada di
Indonesia.
DAFTAR
PUSTAKA
www://staff.uny.ac.id/sites/files/pendidikan
multicultural.pdf. Handout Pendidikan
Multikultural. Diakses pada hari
kamis, 5 September 2013
Nizomi.Fahrin, http://id.scribd.com/doc/112275035/Makalah-Hakikat-Kebudayaan-Dan-Manusia-Fix,
makalah hakikat kebudayaan dan manusia. Diakses pada hari Kamis, 5
September 2013
http://mikhaeldulas1.blogspot.com/2012/03/hakikat-manusia-dan-kebudayaan.html,
Hakikat Manusia Dan Kebudayaan.Diakses pada hari Sabtu, 7 September
2013
http://search.4shared.com/postDownload/SvZK4A3B/makalah_hakekat_manusia_sebaga.html,
Makalah Hakikat Manusia sebagai Budaya. Diakses pada hari Sabtu, 7 September
2013
0 komentar:
Posting Komentar