Haruskah harus kuhapus senja yang
lalu dalam memori otakku? Haruskah aku melupakan semua kenangan bersama senja ?
jahatkah aku jika aku melakukan itu pada senja lalu? Senja ini menyiksa
batinku, menggores tercipta sebuah luka yang menganga.
Batinku bergejolak, mengingat
kenangan itu. Senja oh senja mengapa kau cepat berlalu. Tapi bukankah aku sedang
menunggu pesan dari embun, menunggu senyuman khas ilalang ? lalu mengapa aku
masih memikirkanmu senja? Sudahlah cukup sampai disini cerepn antara kita. Aku ingin
membuat cerpen sendiri tidak bersama kau tentunya. Aku ingin mendongeng bersama
embun dan ilalang. Kali ini ia, yang mampu menyemangatiku. Engkau terlalu sakit
jika terus menjelma bagai hantu yang terus menakuti disetiap langkah kakiku,
disetiap detak jantungku.
Wahai embun cepatlah datang, aku
tak sabar menunggu pesan yang kau bawa hari ini. Wahai ilalang cepatlah engkau
hadir kemari aku rindu senyuman ketegaran yang tersirat dari bibirmu. Sungguh,
bersama putaran bumi pada porsnya mereka akan mengahpus jejak senja. Ya jejak
yang membuat aku terluka. Aku berharap mereka yang akan menutup luka yang
menganga ini.
Kau begitu kerasa kepala sesuai yang kuduga. Kau terus berjalan dalam memoriku dan aku ingin berlari menjauh darimu memabwa memoriku jauh dihadapanmu. Aku juga tak jauh beda denganmu senja, bukan karna sifatku tapi aku ingin mengimbangimu. Kali ini sungguh maafkan aku senja, aku ingin menyembuhkan luka yang menganga ini, aku tak ingin luka ini ketika kering akan membekas pada kulitku. Sungguh, maka jauhilah diriku senja. Itu langkah yang akan membantuku untuk menyembuhkan luka ini.