Newest Post

Siapa yang Menduga?

| Kamis, 13 Februari 2014
Baca selengkapnya »
     Siapa yang pernah menduga jika aku sampai disini? Sejak aku kecil aku memang berada dijalan kerja kera. Menghabiskan hidup dengan jerih payah, bersahabat dengan “prihatin” berkawan dengan “kesederhanaan”. Ini bukan kemiskinan, aku menganggap semua ini kekayaan. Kalau kita bersyukur meresapi semua apa yang kita miliki itu lebih dari sebuah kekayaan yang sering dipandang orang sebelah mata.
    Dan siapa yang menduga aku mengayunkan langkah kakiku sampai dititik ini? Hampir 3 tahun tepat 2, tahun aku menggeluti dengan teori yang mengajarkan bagaimana aku harus membimbing anak bangsa menjadi gold generation seperti sejatinya. Ya disinilah aku menempuh semua itu. Yang sebenarnya semua ini hanya sebuah impianku yang aku pendam dan “cling trewujud. Kau percaya jika semua ini aku peroleh dengan instan ? ini tidak aku peroleh dengan Cuma-Cuma. Ku peroleh semua ini karna hasil kerasku di masa lalu yang mungkin tidak semua orang mengetahui bagaiman kerasnya hidup, sering kali aku harus menangis, mengiba, seringnya aku mengeluh tapi juga diikuti dengan sebuah tindakan.
Namun aku tak mau bersombong langkahku sampai disini adalah sebuah kesuksesan, ini belum bisa dikatakan sukses. Ini hanya awal dari perjuanganku untuk benar-benar merebut impian-impian yang pernah aku impikan sebelumnya. Ya aku menyebutnya dengan cita-cita.aku sering menggantungkan cita-cita ini ditas langit bersama bintang-bintang yang menyala menghiasi permadani yang berwarna biru hitam pekat. Aku menggantungkan disana agar ketika ia terjatuh ia tetap jath bersama bintang.
     Siapa yang menduga aku melangkah bersama mereka. Mereka yang dari dulu hanya sebatas kenal, sabatas tahu. Tapi kini kami terikat hubungan persahabatan, terikat hubungan “tim”. Siapayang menduga kami bersala dari latar belakang yang berbeda bisa bersatu seperti ini. Siapa yang menduga karakter kita juga berbeda. ya visi misilah yang menyatukan kita. Dan siapa yang menduga aku juga sempat mengukir kisah cinta disini.Siapa yang menduga juga kalau aku juga merasakan patah hati disini. dan untuk kesekian kalinya juga aku merasa mendapat hidayah ketika aku patah hati. ^_^

“Siapa yang menduga.”

Siapa yang Menduga?

Posted by : Puji Rokhayanti
Date :Kamis, 13 Februari 2014
With 0komentar
Tag :

Memeluk Senja

|
Baca selengkapnya »

     Kali ini aku pergi dengan segudang kemantapan untuk benar-benar meninggalkan senja tanpa jejak. Aku Aku benar-benar ingin mencintainya hanya dalam diam. Itu cara yang aku pilih untuk mencintai senja. Biarlah ini menjadi cara terakhirku, Karena aku sungguh lelah merasakan semua ini. Getir pahit, manis hanya diawal yang aku rasa dalam mencintai senja. Aku yakin suatu saat ketika ia sadar, ia akan merindukanku, smoga sadar jika aku memang yang terbaik untuk senja bukan yang lain. Dan biarlah ini menjadi sebuah keyakinanku yang harus berdiri tegak disini ( hati ). Aku ingin pergi untuk memantaskan diri.
     Embun memang baik, tapi dia bukan pasanganku aku menyayangi ia hanya sebatas pada rasa syang antar sahabat. Begitu pulan dengan ilalang ia sahabat terbaikku sepanjang masa ini. Aku tak bisa menjamin cintaku pada senja esok akan semain bertambah aau semakin berkurang bahkan menghilang. Inilah keputusan akhirku. Ya karna aku tak ingin ada luka lagi yang akan menghiasi hati ini. Sungguh aku tak ingin. Kali ini aku ingin sungguh sangat ingin memmeluk senja untuk terakhir kalinya. Hanya sebuah ingatan kecil tentang konsekuensi yang pernah ia sampaikan padaku pada masa yang lalu itu. Inilah konsekuensi yang harus aku terima jika aku melanggar sebuah keyakinan yang pernah aku tegakkan dalam jiwa, inilah konsekuensi yang aku terima ketika aku jatuh cinta padanya. Oke senja kau kali ini memang benar. Dan suatu saat aku pastikan engkau salah ketika engkau benar-benar memilih untuk menciptakan luka pada diriku sungguh. Namun aku tak ingin merasakan engkau sakit seperti sakit yang aku derita kali ini. Biarlah aku saja yang menahan sakitnya goresan luka yang telah kau ukir didriku tepat dijantung dan hatiku. Dan aku pastikan pula kau juga akan menyesal. Ijinkan aku memelukmu senja untuk yang terakhir kali karna sungguh aku ingin berhenti sampai disini. Jangan kau ikuti langkahku lagi. Aku ingin pergi menjauh darimu senja.
     Inilah awal dari langkah hidupku yang baru, lembaran dari cerita baru yang aku pilih. Aku meninggalkanmu benarbenar meninggalkanmu kali ini. Aku terlalu banyak kekecewaan yang tercipta diantara kita. Dan aku rasa inilah suatu pertanda ketidakcocokan kita. Carilah seseorang yang mampu menjagamu begitu dengan diriku, aku akan mengembara lagi menjajak mencari seseorang yang benar0benar rulus mencintaiku dalam suka dan duka. Yang menjagaku setiap saat dalam jarak jauh dan dekat, ia yang slalu menyayomi hatiku.
Selamat tinggal senjaku’


Memeluk Senja

Posted by : Puji Rokhayanti
Date :
With 0komentar
Tag :
Next Prev
▲Top▲