BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sekarang ini
dalam kehidupan sehari-hari banyak masyarakat Indonesia yang memakai bahasa
Indonesia, tetapi ucapan dari daerahnya terbawa, misalnya dengan intonasi
Batak, Sunda, Jawa, atau Makasar. Hal tersebut dikarenakan kebiasaan dari kecil
yang mengajarkan bahasa Indonesia dengan campuran bahasa daerahnya.
Mempelajari
struktur morfologi dan fonologi bahasa Indonesia, dapat menjadikan pemahaman
terhadap pemakainan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam kehidupan
sehari-hari, juga dapat bermanfaat dalam pembinaaan kemampuan bahasa siswa
sehingga logat daerah tidak tercampur dengan bahasa Indonesia.
Sehubungan
dengan hal tersebut maka makalah ini berisi penjelasan lebih lanjut tentang
struktur fonologi dan morfologi bahasa Indonesia.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apakah
pengertian fonologi dan morfologi?
2. Apakah
jenis struktur fonologi dan morfologi?
3. Bagaimanakah
uraian tentang struktur fonologi dan morfologi?
C.
Tujuan
1. Mengetahui
pengertian fonologi dan morfologi.
2. Mengetahui
jenis struktur fonologi dan morfologi.
3. Mengetahui
uraian tentang struktur fonologi dan morfologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Fonologi
a. Pengertian
Fonologi
Menurut Frank
Parker (1994), fonologi merupakan suatu bidang yang mengkaji sisitem bunyi
suatu bahasa, yaitu rumus-rumus yang menentukan aspek sebutan, sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonologi adalah bidang dalam linguistik
yang menyelidiki bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya.
Dengan demikian
fonologi dapat dikatakan sebagai ilmu tentang bunyi bahasa atau ilmu tentang
perbendaharaan fonem sebuah bahasa. Fonem menurut Santoso (2004) adalah setiap
bunyi ujaran dalam satu bahasa yang berfungsi untuk membedakan arti.
Manurut tradisi
barat, pengkajian bidang fonologi bermula sejak 200 tahun yang lalu, sekitar
awal tahun 1800. Para ahli bahasa saat itu memulai pengkajian tentang perubahan
bunyi bahasa dengan cara membandingkan bunyi bahasa yang wujud dalam pelbagai
bahasa yang berkaitan.
b. Cabang
Fonologi
Fonologi dalam
tataran ilmu bahasa dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut :
a) Fonetik
Fonetik yaitu ilmu bahasa yang membahas tentang bunyi-bunyi
ujaran yang dipakai dalam tutur dan bagaimana bunyi itu dihasilkan oleh alat
ucap manusia. Sedangkan menurut Samsuri (1994), fonetik adalah studi tentang
bunyi-bunyi ujar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), fonetik diartikan
sebagai bidang linguistik (penghasilan) bunyi ujar atau fonetik adalah sisitem
bunyi suatu bahasa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa fonetik adalah ilmu
bahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa yang dihasilkan alat ucap manusia,
serta bagaimana bunyi dihasilkan.
Chaer (2007) membagi urutan proses terjadinya bunyi
bahasa menjadi tiga, yaitu :
(a) fonetik
artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi mempelajari bagaimana
mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa
serta bagaimana bunyi-bunyi diklasifikasikan.
(b) fonetik
akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam
(bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getarannya, amplitudonya, dan
intensitasnya).
(c) Fonetik
auditoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh
telinga kita.
Dari ketiga jenis fonetik tersebut yang paling
berurusan dengan dunia linguistik adalah fonetik artikulatoris, sebab fonetik
inilah yang berkenaan dengan masalah bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu
dihasilkan atau diucapkan manusia. Sedangkan fonetik akustik lebih berkenaan
dengan bidang fisika, dan fonetik auditoris berkenaan dengan bidang kedokteran.
b) Fonemik
Fonemik yaitu ilmu bahasa yang membahas bunyi-bunyi
bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna. Terkait pengertian tersebut,
fonemik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997) diartikan : 1) bidang
linguistik tentang fonem, 2) sistem fonem suatu bahasa, dan 3) prosedur untuk
menentukan fonem suatu bahasa.
Chaer (2007) mengatakan bahwa fonemik mengkaji bunyi
bahasa yang dapat atau berfungsi membedakan makna kata. Misalnya bunyi [l], [a],
[b], [u]; dan [l], [a], [b],
[u], jika hanya dibandingkan
perbedaannya hanya pada bunyi yang pertama, yaitu [l] dan [r], dapat
disimpulkan bahwa kedua bunyi tersebut adalah fonem yang berbeda adalah fonem
yang berbeda dalam bahasa Indonesia, yaitu fonem /l/ dan fonem /r/.
Telah disinggung di atas mengenai pengertian fonem,
namun tidak ada salahnya melihat definisi fonem dari sumber yang berbeda. Menurut Supriyadi (1992) fonem
adalah satuan kebahasaan yang terkecil. Pendapat tersebut dibuktikan dengan
dengan cara menganalisis struktur fonologis kata dasar buku dengan menggunakan
diagram pohon seperti berikut.
Santoso (2004) berpendapat bahwa fonem tidak dapat
berdiri sendiri karena belum mengandung arti. Hal ini perlu dipahami agar tidak
terjadi kekeliruan dalam penggunaan istilah fonem dan huruf.
Tabel di bawah ini akan menjelaskan tentang perbedaan
antara fonem dan huruf.
Jumlah Fonem
|
Susunan Huruf
|
Jumlah Huruf
|
4
|
Adik
|
4
|
4
|
Ingat
|
5
|
4
|
Nyanyi
|
6
|
5
|
Pantai
|
6
|
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa
pengertian antara fonem dan huruf (grafem) berbeda. Fonem adalah satuan
kebahasaan terkecil sedangkan huruf sedangkan grafem adalah gambaran dari bunyi
(fonem) dengan kata lain huruf adalah lambang fonem.
c. Sistem
Fonologi dan Alat Ucap
Dalam bahasa Indonesia, secara resmi ada 32 buah
fonem yang terdiri atas : 1) fonem vocal (6 buah), 2) fonem diftong (3 buah),
dan fonem konsonan (23 buah).
Alat ucap dibagi menjadi dua macam, yaitu :
a) Artikular
Artikular adalah
alat-alat yang dapat digerakkan atau digeser ketika bunyi diucapkan.
b) Titik
Artikulasi
Titik Artikulasi
adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat disentuh atau
didekati.
Fonem-fonem
dihasilkan karena gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari
paru-paru sewaktu seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari
paru-paru tidak mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilakn adalah
vokal. Fonem yang dihasilkan tergantung beberapa hal berikut : a) posisi bibir,
b) tinggi rendahnya lidah, dan c) maju mundurnya lidah.
Berdasarkan
gerakan lidah ke depan dan ke belakang, vokal dibedakan atas :
a) vokal
depan, terdiri dari /i/ dan /e/,
b) vokal
tengah, terdiri dari /a/ dan /,
c) vokal
belakang, terdiri dari /o/ dan /u/.
Berdasarkan
tinggi rendahnya gerakan lidah, vokal dibedakan atas :
a) vokal
tinggi, terdiri dari /i/, dan /u/,
b) vokal
madya, terdiri dari /e/,/a/, dan /o/,
c) vokal
rendah, terdiri dari /a/.
Berdasarkan
bundar tidaknya bentuk bibir, vokal dibedakan atas :
a) vokal
bundar, terdiri dari /a/, /o/, dan /u/,
b) vokal
tak bundar, terdiri dari /e/, /a/, dan /i/.
Berdasarkan
renggang tidaknya ruang antara lidah, vokal dibedakan atas :
a) vokal
sempit, terdiri dari/ i/, dan /u/,
b) vokal
lapang, terdiri dari /a/, /e/, dan /o/.
Selanjutnya,
jika bunyi ujaran ketika udara ke luar dari paru-paru mendapat halangan, maka
terjadilah bunyi konsonan. Halangan yang dijumpai mecam-macam, ada halangan
yang bersifat seluruhnya, dan ada pula yang sebagian, yaitu menggeser atau
mengadukkan arus suara sehingga menghasilkan konsonan bermacam-macam pula.
Klasifikasi
konsonan dibedakan atas :
a) Konsonan
bibir (bilabial), terdiri dari /p/, /b/, dan /m/.
b) Konsonan
bibir gigi (labiodental), terdiri dari /f/, /v/, dan /w/.
c) Konsonan
gigi (dental), terdiri dari /t/, /d/, /s/, /z/, /l/, /r/, dan /n/.
d) Konsonan
langit-langit (palatal), terdiri dari /c/, /j/, /s/, /y/, dan /n/.
e) Konsonan
langit-langit lembut (velar), terdiri dari /g/, /k/, /x/, dan /j/.
f) Konsonan
pangkal (laringan), terdiri dari /h/.
Selain itu,
klasifikasi lain konsonan adalah :
a) Konsonan
letupan atau eksplosif, apabila aliran udara tertutup rapat, konsonan yang
dihasilkan adalah /p/, /t/, /c/, /k/, /b/, /d/, /j/, dan /g/.
b) Konsonan
gerseran atau spiran, apabila aliran udara masih bisa keluar dalam aliran yang
demikian sempit, konsonan yang muncul adalah /f/, /s/, /z/, dan /x/.
c) Konsonan
sengau atau nasal, jika udara keluar sebagian melalui hidung, konsonan yang
muncul adalah /m/, dan /n/.
d) Konsonan
lateral, kalau uadara yang keluar melalui bagian kiri dan kanan lidah serta
mengenai alur gigi, konsonannya adalah /l/.
e) Konsonan
getar, bila terjadi letupan berturut-turut, konsonannya adalah /r/.
Ada juga yang dinamakan konsonan bersuara dan
konsonan tak bersuara. Konsonan bersuara terjadi karena bergetarnya selaput
suara: /b/, /m/, /w/, /d/, /n/, /z/, /j/, /g/, /x/, dan /y/, sedangkan yang
tidak besuara adalah konsonan yang terjadi tanpa bergetarnya selaput suara:
/f/, /t/, /s/, /c/, /k/, /h/, /r/, dan /l/.
d. Kedudukan
Fonologi dalam Cabang-cabang Linguistik
Sebagai bidang yang berkonsentrasi dalam diskripsi
dana analisis bunyi-bunyi ujar, hasil kerja fonologi berguna bahkan sering
dimanfaatkan oleh cabang-cabang linguistik yang lain, misalnya morfologi,
sintaksis, dan semantik.
a) Fonologi
dalam cabang morfologi
Bidang
morfologi yang konsentrasinya pada tataran struktur internal kata, sering
memanfaatkan hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar
{butuh} diucapkan secara bervariasi antara {butUh} dan {bUtUh}, serta
{butuhkan} setelah mendapat proses morfologis dengan penambahan morfem sufiks
{-kan}.
b) Fonologi
dalam cabang sintaksis
Bidang
sintaksis yang berkonsentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan
kalimat kamu berdiri. (kalimat
berita), kamu berdiri? (kalimat
tanya), dan kamu berdiri! (kalimat
perintah), ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang
sama, tetapi mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan
dengan memanfaatkan hasil analisis fonologis, yaitu intonasi, jedah, dan
tekanan pada kalimat yang ternyata dapat membedakan maksud kalimat, tetutama
dalam bahasa Indonesia.
c) Fonologi
dalam cabang semantic
Bidang semantic, yang
berkonsentrasi pada persoalan makna katapun, memanfaatkan hasil telaah
fonologi. Misalnya dalam mengucapkan sebuah kata dapat bervariasi, dan tidak.
Contoh kata {tahu}, dan {tau} akan bermakna lain. Sedangkan kata duduk ketika
diucapkan secara bervariasi {dudUk}, dan {dUdUk}, tidak membedakan makna. Hasil
fonologislah yang membantunya.
B.
Morfologi
a. Pengertian
Morfologi
Menurut Verhaar
(1984) morfologi adalah bidang linguistik yang mempelajari susunan bagian kata
secara gramatikal. Sedangkan Kridalaksana (1984) berpandapat bahwa morfologi
adalah a) bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasi-kombinasinya;
b) bagian dari struktur bahasa yang mencakup kata dan bagian-bagian kata, yaitu
morfem. M. Faisal (2009) menyatakan bahwa morfologi merupakan bagian dari tata
bahasa, yang membahas tentang bentuk kata.
Berdasarkan
definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa morfologi adalah bidang
linguistik yang mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem yang
lain untuk membentuk sebuah kata.
b. Morfem
Morfem adalah
bentuk bahasa yang terkecil yang tidak dapat lagi dibagi menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil, misalnya kata sutra jika dibagi menjadi su dan tra,
bagian-bagian itu tidak dapat lagi disebut morfem karena tidak mempunyai makna.
Demikian juga me- dan -kan tidak dapat dibagi menjadi bagian yang lebih kecil
(Badudu, 1985).
Berdasarkan
criteria tertentu, kita dapat mengklasifikasikan morfem menjadi beberapa jenis.
Penjenisan ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu hubungannya dan
distribusinya (Samsuri, 1982; Prawirasumantri, 1985). Penjelasannya sebagai
berikut :
a) Ditinjau
dari hubungannya
Terdiri
dari :
(a) Hubungan
struktur
Menurut
hubungan struktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
1. Morfem
yang bersifat adiktif (tambahan) adalah morfem-morfem umumnya terdapat pada
semua bahasa, seperti pada urutan putra,
tunggal, -nya, sakit. Unsur-unsur morfem tersebut tidak lain penambahan
yang satu dengan yang lain.
2. Morfem
yang bersifat replasif (penggantian), yaitu morfem-merfem berubah bentuk atau
berganti bentuk dari morfem asalnya. Perubahan bentuk itu disebabkan oleh
perubahan waktu atau perubahan jumlah. Contoh morfem replasif ini terdapat
dalam bahasa Inggris.
3. Morfem
bersifat substraktif (pengurangan), misalnya terdapat dalam bahasa Perancis.
Dalam bahasa ini, terdapat bentuk adjektif yang dikenakan pada bentuk betina dan jantan secara ketatabahasaan. Perhatikanlah bentuk-bentuk berikut !
Betina
|
Jantan
|
Arti
|
/fos/
/bon/
/sod/
/ptit/
|
/fo/
/bo/
/so/
/pti/
|
Palsu
baik
panas
kecil
|
(b) Hubungan
posisi
Dilihat
dari hubungan posisinya, morfempun dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu 1. bersifat
urutan, 2. bersifat sisipan, dan 3. bersifat simultan. Tiga jenis morfem ini
akan jelas bila diterangkan dengan memakai morfem-morfem imbuhan dan morfem
lainnya.
Contoh
morfem yang bersifat urutan terdapat pada kata berpakaian, yaitu /ber-/+/-an/. Ketiga morfem itu bersifat berurutan
karena yang satu terdapat sesudah yang lainnya.
Contoh
morfem yang bersifat sisipan dapat dilihat dari kata /telunjuk/. Bentuk tunjuk merupakan bentuk kata bahasa
Indonesia di samping telunjuk. Kalau
diuraikan maka akan menjadi /t…unuk/+/-el-/.
Morfem
simultan atau disebut pula morfem tidak langsung terdapat pada kata-kata
seperti /kehujanan/, /kesiangan/, dan sebagainya. Bentuk /kehujanan/ terdiri
dari /ke…an/ dan /hujan/, sedangkan /kesiangan/ terdiri dari /ke…an/ dan
/siang/. Bentuk /ke-an/ dalam bahasa Indonesia merupakan morfem simultan,
terbukti karena bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk /kehujan/ atau /hujanan/
maupun /kesiang/ atau /siangan/. Morfem simultan itu sering disebut morfem
kontinu (discontinuous morpheme).
b) Ditinjau
dari distribusinya
Ditinjau dari
distribusinya, morfem dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :
(a) Morfem
bebas
Menurut Santoso (2004), morfem bebas adalah morfem
yang mempunyai potensi untuk berdiri sendiri sebagai kata dan dapat langsung membentuk
kalimat. Dengan demikian, morfem bebas merupakan morfem yang diucapkan
tersendiri; seperti: gelas, meja, pergi dan sebagainya. Morfem bebas sudah
termasuk kata. Tetapi ingat, konsep kata tidak hanya morfem bebas, kata juga
meliputi semua bentuk gabungan antara morfem terikat dengan morfem bebas,
morfem dasar dengan morfem dasar. Jadi dapat dikatakan bahwa morfem bebas itu
kata dasar.
(b) Morfem
terikat
Menurut Santoso (2004), morfem terikat merupakan
morfem yang belum mengandung arti, maka morfem ini belum mempunyai potensi
sebagai kata. Untuk membentuk kata, morfem ini harus digabung dengan morfem
bebas. Menurut Samsuri (1994), morfem terikat tidak pernah di dalam bahasa yang
wajar diucapkan tersendiri. Morfem-morfem ini, selain contoh yang telah diuraikan
pada bagian awal, umpanya: ter-, per-, -i, -an. Di samping itu ada juga
bentuk-bentuk seperti – juang, -gurau, -tawa, yang tidak pernah juga diucapkan
tersendiri, melainkan selalu dengan salah satu imbuhan atau lebih. Tetapi
sebagai morfem terikat, yang berbeda dengan imbuhan, bisa mengadakan bentukan
atau konstruksi dengan morfem terikat yang lain.
c. Proses
Morfologis
Prosese
morfologis menurut Samsuri (1985) adalah cara pembentukan kata-kata dengan
menghubungkan morfem satu dengan morfem yang lain.
Proses
morfologis meliputi sebagai berikut :
a) Afiksasi
Menurut Samsuri
(1985), afiksasi adalah penggabungan akar kata atau pokok dengan afiks.
Macam-macam afiks adalah sebagai berikut :
(a) Prefiks
(awalan), terdiri atas awalan pe(R)-, me(N)-, te(R)-, di-, be(R)-, dan pe(N)-.
(b) Infiks
(sisipan), terdiri dari 3 macam, yaitu -el-, -em-, dan -er-.
(c) Sufiks
(akhiran), bahasa Indonesia mendapatkan serapan asing seperti wan, wati, dan
man. Akhiran asli terdiri dari -an, -kan, -i, dan -nya.
(d) Konfiks
(imbuhan gabungan senyawa), adalah gabungan afiks yang berupa prefiks (awalan)
dan sufiks (akhiran) yang merupakan satu afiks yang tidak terpisah-pisah.
Mendapat imbuhan pe(R)-an, pe(N)-an, ke-an, dan be(R)-an.
b) Reduplikasi
Reduplikasi
adalah proses pengulangan kata dasar baik keseluruhan maupun sebagian.
Reduplikasi dalam bahasa Indonesia dibagi sebagai berikut :
(a) Kata
ulang seluruh
Kata
ulang seluruh adalah perulangan bentuk dasar tanpa perubahan fonem dan tidak
dengan proses afiks. Contoh : rumah menjadi rumah-rumah, orang menjadi
orang-orang, dan meja menjadi meja-meja.
(b) Kata
ulang sebagian
Kata
ulang sebagian adalah pengulangan sebagian morfem dasar, baik awal maupun
bagian akhir morfem. Contoh : tatangga menjadi tetangga, luluhur menjadi
leluhur, dan luluasa menjadi leluasa.
(c) Perulangan
dengan perubahan fonem
Perulangan
dengan perubahan fonem adalah morfem dasar yang diulang mengalami perubahan
fonem. Contoh: gerak menjadi gerak-gerik, lauk menjadi lauk-pauk, sayur menjadi
sayur-mayur, dan balik menjadi bolak-balik.
(d) Perulangan
berimbuhan
Perulangan
berimbuhan adalah perulangan bentuk dasar diulang secara keseluruhan dan
mengalami proses pembubuhan afiks. Contoh: main menjadi bermain-main, lihat menjadi
melihat-lihat, dan kuda menjadi kuda-kudaan.
d.
Makna Kata Ulang
Sesuai dengan
fungsi perulangan dalam pembentukan jenis kata, makna struktural kata ulang
menurut Keraf (1978) adalah sebagai berikut.
1) Perulangan
menggunakan makna banyak yang tak tentu. Perhatikan
contoh berikut:
(a) Kuda-kuda
itu berkejaran di padang rumput.
(b) Buku-buku
yang dibelikan kemarin telah dibaca.
2) Pengulangan
mengandung makna bermacam-macam. Contoh:
(a) Pohon-pohonan
perlu dijaga kelestariannya. (banyak dan bermacam-macam pohon).
(b) Daun-daunan
yang ada di pekarangan sekolah sudah menumpuk. (banyak dan bermacam-macam daun).
(c) Ibu
membli sayur-sayuran di pasar. (banyak dan bermacam-macam sayur).
3) Makna
lain yang dapat diturunkan dari suatu kata ulang adalah menyerupai atau tiruan dari sesuatu. Contoh:
(a) Anak
itu senang bermain kuda-kudaan. (menyerupai atau tiruan kuda).
(b) Andi
berteriak kegirangan setelah dibelikan ayam-ayaman. (menyerupai atau
tiruan ayam).
4) Mengandung
makna agak atau melemahkan arti. Contoh :
(a) Perilakunya
kebarat-baratan sehingga tidak disenangi oleh teman-temannya.
(b) Sifatnya
masih kekanak-kanakan.
5) Menyatakan
makna intensitas. Makna intensitas terdiri dari:
(a) Intensitas
Kualitatif, contohnya:
1. Ia
mondar-mandir saja Pukullah kuat-kuat.
2. Anak
itu belajar sebaik-baiknya.
(b) Intensitas
kuantitatif, contohnya:
1. Kuda-kuda
itu berlari kencang.
2. Anak-anak
bermain bola di pekarangan rumah.
(c) Intensitas
frekuantif, contohnya:
1. Ia
menggeleng-gelengkan kepala.
2. sejak
tadi.
6) Perulangan
pada kata kerja mengandung makna saling atau pekerjaan yang berbalasan.Contoh :
(a) Kita
harus tolong-menolong.
(b) Saat
pertama kali bertemu mereka bersalam-salaman.
7) Perulangan
pada kata bilangan mengandung makna kolektif. Contoh : Anak-anak
berbaris dua-dua sebelum masuk kelas.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
1. Fonologi
dapat dikatakan sebagai ilmu tentang bunyi bahasa atau ilmu tentang
perbendaharaan fonem sebuah bahasa. Morfologi adalah bidang linguistik yang
mempelajari hubungan antara morfem yang satu dengan morfem yang lain untuk
membentuk sebuah kata.
2. Struktur
fonologi ada dua, yaitu fonetik dan fonemik. Sedangkan struktur morfologi ada
tiga, yaitu morfem yang bersifat adiktif, replasif, dan substratif.
3. Uraian
tentang struktur morfologi dan fonologi ada banyak macamnya. Terutama tentang
pengucapan suatu huruf baik konsonan maupun vokal.
B.
Saran
1. Dosen
Struktur
morfologi dan fonologi sangat penting untuk penagajarn mahasiswa nanti setelah
turun di masyarakat, oleh karena itu saat perkuliahan berlangsung diharapkan
dosen memberikan materi secara lebih mendalam.
2. Mahasiswa
Sebuah
materi yang esensial, jadi diharapkan keseriusannya dalam materi ini. Seorang
siswa mampu berbicara dengan baik dikerenakan pendidik yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah,
Sabarti M.K., 2009. Kajian Bahasa
Indonesia I. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Faisal, M., dkk.
2009. Kajian Bahasa Indonesia SD.
Jakarta: Direktorat Jendral
Pendidikan
Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
http://id.wikipedia.org/wiki/Morfologi_%28linguistik%29// (diunduh pada
tanggal 17 Oktober 2011).
http://susandi.wordpress.com/seputar-bahasa/folonogi/ (diunduh pada tanggal 17 Oktober 2011).
http://www.scribd.com/doc/26832685/Hakekat-Manusia-Persoalan-Pendidikan/ (diunduh pada
tanggal 17 Oktober 2011).
0 komentar:
Posting Komentar