BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dasar pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran keterampilan
berbahasa yaitu ketrampilan-keterampilan yang ditekankan pada keterampilan
reseptif dan keterampilan produktif. Pembelajaran bahasa indonesia di sekolah
dasar kelas I diawali dengan pembelajaran reseptif. Dengan demikian
keterampilan produktif dapat ikut ditingkatkan. Empat aspek keterampilan
berbahasa yang mencakup dalam pengajaran bahasa yaitu : (1) keterampilan
menyimak,(2)keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, (4) keterampilan
menulis, (Tarigan dalam Muchlison,1996 : 257)
Keempat keterampilan berbahasa diatas merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, tetapi hanya dapat dibedakan. Keterampilan yang satu bergantung kepada ketiga keterampilan lain. Misal, seorang dapat berbicara karena ia mampu menyimak, berbicara, dan membaca. Oleh karena itu, siswa diharapkan memiliki keterampilan berbahasa yang lengkap. Tidak dapat dikatakan siswa mampu berbahasa yang baik dan benar, bila mereka hanya terampil, menyimak, berbicara dan membaca, tetapi tidak terampil menulis. Jadi jelaslah bahwa keterampilan menulis benar-benar diperhatikan terutama di sekolah dasar, karena hanya dengan cara itulah guru dapat menjadikan siswa memiliki kemampuan berbahasa indonesia yang baik dan benar. Dengan demikian, pembelajaran menulis merupakan komponen yang turut menentukan dalam mencapai tujuan pembelajaran bahasa indonesia kegunaan keterampilan menulis bagi para siswa adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan tugas sekolah. Tanpa memiliki kemampuan untuk menulis, siswa akan mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan ketiga jenis tugas tersebut. Oleh karena itu, menulis harus diajarkan pada saat anak mulai masuk sekolah dasar dan kesulitan belajar menulis harus memperoleh perhatian yang cukup dari guru.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan
pembelajaran menulis permulaan ?
2.
Apa saja metode yang dapat
digunakan dalam mengajarkan menulis permulaan kepada peserta didik ?
3.
Apa saja media yang digunakan
dalam pembelajaran menulis permulaan ?
4.
Bagaimankah langkah – langkah
pembelajaran menulis permulaan ?
5.
Apa saja Kesulitan belajar yang dihadapi dalam
pembelajaran menulis permulaan ?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian pembelajaran
menulis permulaan.
2.
Untuk mengetahui metode yang
dapat digunakan dalam mengajarkan menulis permulaan kepada peserta didik.
3.
Untuk mengetahui media yang
digunakan dalam pembelajaran menulis permulaan.
4.
Untuk mengetahui langkah –
langkah pembelajaran menulis permulaan.
5.
Apa saja Kesulitan belajar yang dihadapi dalam
pembelajaran menulis permulaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pembelajaran Menulis
Permulaan
Kaitan antara membaca dan menulis sangat erat, sehingga tidak dapat dipisahkan. Pada
waktu guru mengajarkan kata atau kalimat, siswa tentu akan membaca kata atau
kalimat tersebut. Kemampuan membaca diajarkan sejak dini, sejak siswa masih di
kelas I, maka kamampuan menulis pun diajarkan sejak dini pula.
Menulis adalah melahirkan pikiran atau gagasan
(seperti mengarang,membuat surat) dengan tulisan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia,1993:968).Menurut pengertian ini menulis merupakan hasil, yaitu
melahirkan pikiran dalam perasaan kedalam tulisan. Menulis atau mengarang
adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang disampaikan
penulis dapat dipahami pembaca (Tarigan, 1986:21).Dari pengertian menulis
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan
gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.
Banyak hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran menulis pada tingkat awal.Pembelajaran menulis
pada tingkat awal ini tidak mudah, dikarenakan siswa pada tingkat tersebut
belum memiliki bekal pengetahuan yang cukup.
Kemampuan menulis diajarkan di
sekolah dasar sejak kelas I sampai kelas VI. Di sekolah dasar menulis dibagi
menjadi dua bagian, yaitu menulis permulaan yang diajarkan di kelas I dan II,
dan menulis lanjut, diajarkan di kelas III, IV,V, VI.
Kemampuan menulis merupakan salah
satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang bersifat produktif yang merupakan
kemampuan yang menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan
kemampuan yang bersifat kompleks, yaitu kemampuan berpikir secara teratur dan
logis, kemapuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas dengan
menggunakan bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan kaidah tulis –
menulis dengan baik.
Sebelum sampai pada tingkat mampu
menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari
pengenalan lambang – lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingkat permulaan pada
pembelajaran menulis permulaan tersebut, akan menjadi dasar peningkatan dan
pengembangan kurikulum siswa selanjutnya.Apabila dasar tersebut baik dan kuat maka
dapat diharapkan hasil pengembangannya pun akan baik pula, dan apabila dasar
itu kurang baik atau lemah, maka dapat
diperkirakan hasil pengembangannya kurang baik jjuga.
2.2
Metode Yang Digunakan Dalam
Pembelajaran Menulis Permulaan
Dalam pembelajaran menulis ada
beberapa metode yang dapat digunakan antara lain : (1) metode abjad, (2) metode
kupas rangkai suku kata, (3) metode kata lembaga, (4) metode struktural
analitik sintetik ( SAS ). Selain keempat metode tersbut, pembelajaran menulis
juga dapat menggunakan metode seperti berikut :
a.
Metode Eja
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah,
artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan
menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan
huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf
lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
1)
Menulis huruf lepas.
2)
Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata.
3)
Merangkaikan suku kata menjadi kata.
Merangkaikan suku kata menjadi kata.
4)
Menyusun kata menjadi kalimat.
b.
Metode kata lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Mengenalkan kata.
2)
Merangkaikan kata antar suku kata.
3)
Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya.
4)
Menggabungkan huruf menjadi kata.
c.
Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis
permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar.
Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata.
d.
Metode SAS
Menurut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode
SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya
terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah
suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita
yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari
dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran
metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata
dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata,
guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi
kalimat yang berarti (Subana).
Menurut Supriyadi metode yang
cocok dengan jiwa anak – anak adalah metode SAS. Alasannya adalah :
(1)
Metode ini menganut prinsip ilmu
bahasa umum, bahwa bentuk bahasa yang terkecil adalah kalimat.
(2)
Metode ini memperhitungkan
pengalaman bahasa anak, dan
(3)
Metode ini menganut prinsip
menemukan sendiri.
Lebih luas lagi Metode SAS dapat dipergunakan dalam
berbagai bidang pengajaran. Dalam proses operasionalnya metode SAS mempunyai
langkah-langkah berlandaskan operasional dengan urutan : Struktural menampilkan
keseluruhan; Analitik melakukan proses penguraian; Sintetik melakukan
penggabungan kembali kepada bentuk Struktural semula. Landasan linguistiknya
bahwa itu ucapan bukan tulisan, unsur bahasa dalam metode ini ialah kalimat;
bahwa bahasa Indonesia mempunyai struktur tersendiri. Landasan pedagogiknya;
(1) mengembangkan potensi dan pengalaman anak, (2) membimbing anak menemukan
jawab suatu masalah.
Adapun Prosedur penggunaan Metode SAS adalah sebagai
berikut :
1.
Membaca permulaan dijadikan dua bagian bagian pertama
membaca permulaan tanpa buku bagian pertama membaca permulaan buku.
2.
Merekam bahasa anak melalui pertanyaan-pertanyaan dari
pengajar sebagai kontak permulaan.
3.
Menampilkan gambar sambil bercerita. Setiap kali
gambar diperlihatkan, muncullah kalimat anak-anak yang sesuai dengan gambar.
4.
Membaca kalimat secara structural.
5.
Membaca permulaan dengan buku.
6.
Membaca lanjutan.
7.
Membaca dalam hati.
Metode SAS memiliki kelemahan dan kelebihan. Kelebihan
metode ini adalah sebagai berikut:
a.
Metode ini dapat sebagai landasan berpikir analisis.
b.
Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa
membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan dapat cepat membaca pada
kesempatan berikutnya.
c.
Berdasarkan landasan linguistik metode ini akan
menolong anak. menguasai bacaan dengan lancar.
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah sebagai
barikut :
1)
Metode SAS mempunyai kesan bahwa pengajar harus
kreatif dan terampil serta sabar. Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk
kondisi pengajar saat ini.
2)
Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk
pelaksanaan metode ini untuk sekolah - sekolah tertentu dirasa sukar.
3)
Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan
dan tidak di pedesaan.
Dalam penerapan metode SAS, guru
menerapkan langkah – langkah sebagai berikut :
a.
Guru menuliskan sebuah kalimat
sederhana, setelah itu kalimat dibaca, siswa menyalinnya.
b.
Kalimat tersebut diuraikan /
dipisah – pisahkan ke dalam kata – kata. Setelah dibaca, siswa menyalin kata –
kata itu seperti yang dilakukan guru.
c.
Kata – kata dalam kalimat itu
diuraikan lagi atas suku – suku nya, setelah dibaca siswamenyalin suku – suku
itu seperti yang dilakukan oleh guru.
d.
Suku – suku kata itu diuraikan
lagi atas huruf – hurufnya, siswa menyalin seperti yang dilakukan guuru.
e.
Setelah guru memberikan
penjelasan lebih lanjut, huruf – huruf itu dirangkai legi menjadi suku kata.
Siswa melakukan seperti apa yang dilakukan guru.
f.
Setelah semua siswa selesai, guru
merangkai suku – suku menjadi kata, murid menyalin.
g.
Kata – kata tersebut dirangkai
lagi sehingga menjadi kalimat seperti semula. Siswa melakukan hal yang sama
seperti guru.
Misalnya : Guru akan mengajarkan huruf baru, s
dan y.
Huruf yang sudah dikenal siswa : a,n,m,i.
Kalimat : nama saya
nama saya nani
|
saya
|
ya
|
sa
|
s
|
a
|
a
|
y
|
sa
|
ya
|
saya
|
nani
|
na
|
ni
|
a
|
n
|
i
|
n
|
na
|
ni
|
nani
|
nama
|
na
|
ma
|
n
|
a
|
a
|
m
|
na
|
ma
|
nama
|
2.3 Media yang Digunakan Dalam
Pembelajaran Menulis Permulaan
Untuk mengajarakan menulis permulaan
ada beberapa jenis media yang dapat digunakan antara lain :
a. Papan tulis, digunakan guru untuk memberikan contoh, dan oleh siswa digunakan
untuk menuliskan apa yang ditugaskan oleh guru. Misalnya menulis kata, kalimat,
nama sendiri, dan sebagainya.
b. Papan selip digunakan oleh guru untuk menyelipkan gambar atau kartu
kata, kartu kalimat yang harus disalin oleh siswa atau gambar yang harus
dituliskan judulnya oleh siswa.
c. Papan tali, digunakan untuk menggantungkan kartu kalimat, kartu-kartu
kata, dan huruf yang harus disalin oleh siswa, atau gambar yang perlu
dituliskan judulnya.
d. Majalah anak-anak dapat digunakan untuk tugas menyalin kalimat sederhana
yanga da didalamnya atau menyalin judul
e. Papan nama, kartu nama, label, dan sebaginya digunakan untuk tugas
menyalin.
2.4 Langkah – langkah Pembelajaran
Menulis Permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis
permulaan terbagi ke dalam duakelompok, yakni pengenalan huruf dan latihan. \
Pengenalan Huruf Kegiatan ini
dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan.
Penekanan pembelajaran diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalannya
dengan benar. Fungsi pengenalan ini dimaksudkan untuk melatih indra siswa dalam
mengenal dan membeda – bedakan dan lambang-lambang tulisan.
Mari kita perhatikan salah satu
contoh pembelajaran pengenalan bentuk tulisan untuk murid kelas 1 SD. Misalnya
guru hendak mengenalkan huruf a, i, dan n. Langkah-langkah yang ditempuh adalah
sebagai berikut.
1.
Guru menunjukkan gambar seorang
anak perempuan dan seorang anak laki-laki. Dua anak tersebut diberi nama “nani”
dan “nana”.
2.
Guru mengenalkan nama kedua anak itu
sambil menunjuk tulisan “nani” dan “nana” yang tertera di baawah masing-masing
gambar.
3.
Melalui proses tanya-jawab secara
berulang-ulang, anak diminta menunjukkan mana “nani” dan mana “nana” sambil
diminta menunjukkan bentuk tulisannya.
4.
Selanjutnya, guru memindahkan dan
menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di papan tulis, anak diminta
memerhatikannya. Guru hendaknya menulis secara perlahan-lahan dan anak diminta
untuk memerhatikan gerakan-gerakan tangan, serta contoh pengucapan dari bentuk
tulisan yang sedang ditulis guru.
5.
Setiap tulisan itu kemudian
dianalisis dan disintesiskan kembali. Perhatikan contoh tulisan berikut.
Demikianlah seteerusnya, kegiatan
dilakukan berulang-ulang bersamaan dengan pembelajaran membaca permulaan.
Latihan Proses pemberian latihan
dilaksanakan dengan mengutip prinsip dari yang mudah ke yang sukar, dari
latihan sederhana menuju latihan yang kompleks.
Ada beberapa bentuk latihan
menulis permulaan yang dapat kita lakukan, antara lain berikut ini.
1.
Latihan memegang pensil dan duduk
dengan sikap dan posisi yang benar.
Tangan kanan berfungsi untuk
menulis, tangan kiri untuk menekan buku tulis agar tidak mudah tegeser. Pensil
diletakkan di antara ibu jari dan telunjuk. Ujung jari, telunjuk, dan jari
tengah menekan pensil dengan luwes, tidak kaku. Posisi badan ketika duduk
hendaknya tegak, dada tidak menempel pada meja, jarak anatara mata dengan buku
kira-kira 25-30 cm.
2.
Latihan gerakan tangan.
Mula-mula melatih gerakan tangan
di udara dengan telunjuk sendiri, atau dengan bantuan alat seperti pensil.
Kemudian dilanjutkan dengan latihan dalam buku latihan. Agar kegiatan ini
menarik, sebaiknya disertai dengan kegiatan bercerita. Misalnya, untuk melatih
membuat garis tegak lurus, guru dapat berceriya yang ada kaitannya dengan pagar,
bulatan dengan telur, dan sebagainya.
3.
Latihan mengeblat
menirukan atau menebalkan suatu
tulisan dengan menindas tulisan yang sudah ada. Ada beberapa cara mengeblat
yang bisa dilakukan anak, misalnya dengan menggunakan karbon, menggunakian
kertas tipis, menebalkan tulisan yang sudah ada. Sebelum anak melakukan
kegiatan ini, guru hendaknya memberi contoh cara menulis dengan benar di papan
tulis, kemudian anak menirukan gerakan tersebut dengan telunjuknya di udara.
Setelah itu, barulah kegiatan mengeblat dimulai. Pengawasan dan bimbingan harus
dilakukan secara individu sampai seluruh anak terperhatikan.
4.
Latihan menghubung-hubungkan tanda
titik yang membentuk tulisan.
Latihan dapat dilakukan pada
buku-buku yang secara khusus menyajikan latihan semacam ini.
5.
Latihan menatap bentuk tulisan
latihan ini dimaksudkan untuk
melatih kordinasi antara mata, ingatan, dan jemari anak ketika menulis,
sehingga anak dapat mengingat bentuk kata/huruf dalam benaknya, dan
memindahkannya ke jemari tangannya. Dengan demikian, gambaran kata yang hendak
ditulis tergores dalam ingatan dan pikiran siswa pada saat dia menuliskannya.
6.
Latihan menyalin baik dari buku
pelajaran maupun dari tulisan guru pada papan tulis.
Latihan ini hendaknya diberikan
setelah dipastikan bahwa semua anak telah mengenal huruf dengan baik. Ada
beragam model variasi latihan menyalin, di antaranya menyalin tulisan apa
adanya sesui dengan sumber yang ada, menyalin tulisan dengan cara berbeda,
misalnya dari huruf cetak ke huruf tegak sambung, atau sebaliknya dari huruf
bersambung ke huruf cetak.
7.
Latihan menulis halus/indah.
Latihan dapat dilakukan dengan
menggunakan buku bergaris untuk latihan menulis atau buku otak. Ada petunjuk
berharga yang dapat Anda ikuti, jika murid-murid Anda tidak memiliki fasilitas
seperti itu. Perhatikan petunjuk berikut dengan cermat.
Untuk tulisan/huruf cetak,
bagilah setiap baris halaman buku menjadi dua. Untuk ukuran dan bentuk tulisan,
perhatikan contoh berikut.
Ukuran tulisan tegak bersambung,
bagilah setiap baris halaman buku menjadi tiga. Untuk ukuran dan bentuk
tulisan, perhatikan contoh berikut.
8.
Latihan dikte/imla.
Latihan ini
dimaksudkan untuk melatih siswa dalam mengordinasikan ucapan, pendengaran,
ingatan, dan jari-jarinya (ketika menulis), sehingga ucapan seseorang itu dapat
didengar, diingat, dan dipindahkan ke dalam wujud tulisan dengan benar.
9.
Latihan melengkapi tulisan
(melengkapi huruf, suku kata, atau kata) yang secara sengaja dihilangkan.
Perhatikan contoh
berikut
Melengkapi huruf
Melengkapi sukun
kata
Melengkapi kata
Menuliskan nama
benda yang terdapat dalam gambar.
Mengarang sederhana
dengan bantuan gambar, dengan langkah sebagai berikut.
Guru menunjukkan suatu
susunan gambar berseri.
Guru bercerita dan
bertanya-jawab tentang tema, isi, dan maksud gambar.
Siswa diberi tugas
untuk menulis karangan sederhana, sesuai dengan penafsirannya mengenai gambar
tadi, atau sesuai dengan cerita gurunya 2.
2.5 Kesulitan Belajar Menulis
Seperti telah dikemukakan, bahwa
pelajaran menulis mencakup menulis dengan tangan atau menulis perulaan, mengeja,
dan menulis ekspresif.
a.
Menulis Dengan Tangan Atau
Menulis Permulaan.
Menurut lerner (1985 :402) ada beberapa
faktor yang mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, antara lain : (1)
Motorik, (2)Perilaku, (3) Persepsi, (4)Memori, (5)Kemampuan melaksanakan cross
modal, (6) Penggunaan tangan yang dominan, (7)Kemampuan memahami insting.
Anak yang perkembangan motoriknya
belum matang akan mengalami kesulitan dalam menulis. Tulisannya tidak jelas,
terputus-putus, tidak mengikuti garis. Anak yang hiperaktif atau anak yang
perhatiannya mudah teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat
termasuk pekerjaan menulis. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan
kesulitan dalam menulis. Jika persepsi visualnya terganggu, anak mungkin akan
kesulitan untuk membedakan bentuk – bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\
dan \b\, \p\ dengan \q\, \h\ dengan \n\ atau \m\ dengan \w\. Jika persepsi auditori
yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata
ynag diucapkan oleh guru.
Gangguan memori juga dapat
dijadikan sebagai penyebab terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak
tidak mampu mengingat apa yang akan ditulis. Jika gangguan menyangkut ngatan
visual, maka anak akan sulit untuk mengingat huruf atau kata; dan jika gangguan
tersebut menyangkut memori auditori anak akan mengalami kesulitan menulis
kata-kata yang baru diucapkan oleh guru.
Kesulitan belajar menulis sering
disebut juga disgrafia. Disgrafia menunjukkan kepada ketidakmampuan mengingat
cara membuat huruf atau simbol – simbol matematika. Kesulitan belajar menulis
sering terkait dengan cara anak memegang pensil. Ada 4 macam cara anak memegang
pensil yang dapat dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan menulis,
yaitu ; sudut pensil terlalu besar, sudut pensil terlalu kecil, menggenggam
pensil dan menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
b.
Menulis Mengeja.
Mengeja adalah suatu bidang yang
tidak memungkinkan adanya kratifitas atau berfikir defergen. Hanya ada satu
pola susuan huruf – huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada
kompromi. Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika
disusun secara berbeda. Kelompok huruf \b\, \i\, dan \u\ misalnya, dapat disusun
menjadi ibu, ubi, bui dan iub, tiga susunan pertama mengandung makna yang
berbeda sedang susunan terakir tidak mengandung makna oleh karena itu, mengeja
pada hakekatnya memproduksi urutan hurut yang benar baik dalam bentuk ucapan atau
tulisan dari suatu kata.
c.
Menulis ekspresif
Menulis ekspresif adalah
mengungkapkan pikiran dan atau perasaan kedalam suatu bentuk tulisan, sehingga
dapat difahami oleh orang lain yang sebahasa. Menulis ekspresif disebut juga mengarang
ata komposisi.
Kesulitan menulis ekspresif mungkin yang terlalu banyak yang
dialami baik oleh anak maupun oleh orang dewasa. Agar dapat menulis ekspresi
seseorang harus terlebih dulu memiliki kemampuan berbahasa ujaran, membaca,
mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai aturan yang berlaku bagi
suatu jenis penulisan,dengan menggunakan kata-kata sendiri.
BAB III
3.1 Simpulan
Menulis adalah proses mengungkapkan
gagasan, pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan.
Pembelajaran menulis permulaan diberikan kepada anak sejak anak duduk di kelas
1 Sekolah Dasar. Hal itu dilakukan untuk membantu anak dalam mencapai
keterampilan berbahasa indonesia yang baik dan benar. Melalui penggunaan metode
dan media yang benar diharapkan pembelajaran menulis permulaan ini, dapat
berlangsung sesuai dengan harapan. Melalui langkah-langkah yang benar, juga
mengetahui apa yang menjadi penyebab kesulitan belajar menulis permulaan, guru
mampu membantu siswa dalam melakukan pembelajaran menulis permulaan.
3.2 Saran
Pembelajaran
menulis merupakan komponen yang turut menentukan dalam mencapai tujuan
pembelajaran bahasa indonesia kegunaan keterampilan menulis bagi para siswa
adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan tugas sekolah. Tanpa memiliki kemampuan
untuk menulis, siswa akan mengalami banyak kesulitan dalam melaksanakan ketiga
jenis tugas tersebut. Oleh karena itu,
menulis harus diajarkan pada saat anak mulai masuk sekolah dasar dan kesulitan
belajar menulis harus memperoleh perhatian yang cukup dari guru.
DAFTAR PUSTAKA
Zuchdi, Darmiyati dan
Budiasih.2001.Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas
Rendah.Yogyakarta:PAS.
Rusyana, Yus, 1988. Bahasa dan sastra dalam
Gamitan Pendidikan, Bandung: Diponegoro. Tarigan, Henry Guntur, 1986. Menulis
sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.
1 komentar:
THANK YOU, informasinya sangat membantu
Posting Komentar