Makalah tentang Kaidah Selingkung

| Sabtu, 31 Mei 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam penulisan artikel ilmiah perlu diperhatikan dan diterapkan kaidah-kaidah penulisan yang telah ditetapkan. Kaidah penulisan artikel ilmiah dapat dibagi dua yaitu kaidah yang bersifat universal dan kaidah yang bersifat selingkung. Secara umum kaidah yang bersifat universal lebih terfokus pada aturan-aturan penggunaan bahasa indonesia yang baik dan benar. Sedangkan kaidah yang bersifat selingkung berkaitan dengan norma-norma penulisan artikel yang bertolak dari konvensi aturan-aturan penulisan yang lebih bersifat teknis yang harus diikuti oleh penulis artikel untuk wadah terbitan yang menjadi tujuan.
Untuk mengawali tulisan, satu hal penting perlu dikemukakan, yakni kaidah “selingkung” dalam tata tulis ilmiah. Kaidah selingkung adalah aturan-aturan yang sifatnya berlaku dalam lingkungan tertentu, misalnya departemen satu berbeda dengan departemen lainnya, pemda satu berbeda dengan pemda lainnya, majalah satu berbeda dengan majalah lainnya, jurnal satu berbeda dengan jurnal lainnya. Dengan demikian, apabila kita menyusun karya tulis ilmiah, kita harus mengikuti aturan yang ada di lingkungan yang dimaksud.


B.      Rumusan Masalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan kaidah penulisan artikel ilmiah ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan kaidah penulisan universal  ?
3.      Apakah yang dimaksud dengan kaidah penulisan selingkung ?
4.      Bagaimanakah contoh gaya selingkung ?

C.    Tujuan
1.      Mengetahui yang dimaksud dengan kaidah penulisan artikel ilmiah
2.      Mengetahui yang dimaksud dengan kaidah penulisan universal 
3.      Mengetahui yang dimaksud dengan kaidah penulisan selingkung
4.      Mengetahui  contoh gaya selingkung
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Kaidah Penulisan Artikel Ilmiah
Dalam penulisan artikel ilmiah (hasil penelitian atau hasil pemikiran) perlu diperhatikan dan diterapkan kaidah-kaidah penulisan yang telah ditetapkan. Kaidah penulisan artikel ilmiah dapat dipilah menjadi dua, yaitu kaidah-kaidah penulisan yang bersifat “universal” dan kaidah-kaidah penulian yang bersifat ‘selingkung”. Secara umum kaidah penulisan yang bersifat ‘universal’ lebih terfokus pada aturan-aturan penggunaan bahasa Indonesia yang berkaitan  dengan norma ketatabahasaan, dalam hal ini norma bahasa Indonesia baku dan tidak baku (Lumintaintang,1996).
    Kaidah penulisan artikel ilmiah yang bersifat selingkung berkaitan dengan norma-norma penulisan artikel ilmiah yang bertolak dari konvensi aturan-aturan penulisan yang bersifat teknis yang harus diikuti oleh penulis artikel untuk wadah terbitan satu dengan yang lain biasa tidak sama. Karena itu, penulis artikel perlu mengetahui aturan yang ditetapkan oleh wadah terbitan menjadi tujuannya, misalnya kaidah selingkung Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) jika panulis hendak mengirimkan  artikelnya ke JIP.

B.     Kaidah Penulisan Universal
            Tata tulis artikel yang bersifat “universal” (dalam konteks Indonesia ) mengacu pada penggunaan ragam bahasa Indonesia (tulis) yang baku. Unsur utama dalam bahasa Indonesia (tulis) yang baku adalah ejaan. Ejaan dalam penyampaian ide/gagasan seseorang secara tertulis direpresentasikan dengan kata kepada orang lain (sasaran komunikasi) mempunyai kedudukan yang sangat penting. Dikatakan oleh Rifai (1995) bahwa kata yang digunakan untuk menyampaikan satuan-satuan makna dengan corak, nuansa dan kekuatan yang berbeda-beda. Kekuatan kata dalam bahasa tulis sepadan dengan warna dalam lukisan, nada dalam musik, dan bentuk dalam ukiran. Unsur utama dalam bahasa tulis (ejaan) inilah yang membedakannya dengan ragam bahasa lisan, yang lebih menekankan unsur lafal. Sedangkan unsur yang lain yang menjadi ciri bahasa Indonesia tulis yang baku adalah peristilahan, bentuk dan pilihan kata, pengalimatan, pengalinaan, dan tanda baca (Lumintaintang,1996).
Unsur-unsur bahasa Indonesia (tulis) diatas harus diperhatikan, dicermati, dan digunakan dalam menulis artikel ilmiah. Hal ini mengarahkan kita untuk mengatakan bahwa tidak tepat lagi pemakaian tanda baca (koma) yang dihubungkan dengan panjang-pendeknya nafas. Mengapa? arena dalam penyampaian gagasan ide seseorang yang dipresentasikan dengan bahasa tulis, setiap pemakaian tanda baca akan memiliki nilai semantik.
Penerapan kaidah-kaidah penulisan yang bersifat “universal” dalam penulisan artikel ilmiah, berdasarkan pencermatan beberapa artikel yang masuk ke Jurnal Ilmu Pendidikan (JIP) selama ini, masih banyak mengalami kendala. Fenomena ini mungkin disebabkan oleh antara lain adanya ragam kedwibahasaan penulis, penekanan unsur utama yang berbeda antara bahasa tulis dan bahasa lisan, dan sikap penulis terhadap bahasa Indonesia yang belum sepenuhnya positif.

C.    Kaidah selingkung
Kaidah penulisan ini lebih berorientasi pada konvensi aturan penulisan artikel yang bersifat teknis. Kaidah penulisan selingkung ini mungkin berbeda antar wadah terbitan satu dengan yang lain, baik dalam satu lembaga maupun antar lembaga. Faktor penyebab adanya perbedaan kaidah selingkung antar penerbitan jurnal antara lain konteks bidang, karakteristik, lembaga penaung, asosiasi profesi, dan jenis pengelompokan artikel. Beberapa hal yang terkait dengan gaya selingkung dalam wadah terbitan jurnal adalah: sistematika penulisan, cara merujuk, cara menulis daftar rujukan, penulisan/penyajian tabel, penulisan/penyajian gambar, dan penulisan identitas penulis.
Kalau Anda gemar membaca dan memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi, Anda pasti mengetahui kalau masing-masing penerbit memiliki ciri khas tersendiri. Ciri khas tersebut bermacam-macam. Ada dari segi desain sampul, ada pula dari segi bahasa.
Dalam penerbitan, ada istilah yang disebut gaya selingkung. Gaya selingkung ini merupakan gaya bahasa yang ditentukan penerbit sebagai salah ciri khas. Selain itu, gaya selingkung ini bisa dibilang merupakan gaya bahasa baku bagi penerbit terkait. Sayangnya, gaya selingkung tersebut sering kali bertentangan dengan ejaan baku yang berlaku.
Pada tataran morfologi, pelanggaran kaidah morfologi sebagai perwujudan gaya selingkung penerbit juga dimunculkan. Sebagai contoh, kata mempercayai bagi sejumlah penerbit merupakan bentuk yang baku, alih-alih memercayai. Padahal proses pembentukannya sama saja seperti pada kata memukul, yaitu memperoleh akhiran -i untuk kemudian mendapat awalan meN-. Kata-kata yang lain bisa disebutkan di sini, yaitu mengkomunikasikan, mempertahankan, dan sebagainya.
Akhirnya, dalam tataran tanda baca pun hal serupa juga terjadi. Kali ini yang “membakukan” tidak hanya para penerbit buku, tetapi media massa juga kian ramai melakukannya. Perlu ditekankan di sini, media massa (surat kabar) sebenarnya memiliki nilai pembinaan yang jauh lebih dekat dengan masyarakat daripada buku. Sebab surat kabar cenderung jauh lebih murah daripada buku

D.    Contoh Gaya Selingkung
·         Tanda baca yang paling sering disalahgunakan ialah tanda petik tunggal yang sering kali menggantikan peran tanda petik ganda. Cukup menarik juga disimak karena beberapa kali saya menemukan kekeliruan ini justru dilakukan oleh mereka yang terbilang berasal dari kalangan akademik.  Tampaknya kebanyakan mereka beranggapan bahwa tanda petik ganda hanya digunakan untuk kalimat langsung. Padahal tanda petik ganda berfungsi lain, di antaranya untuk mengapit istilah yang masih kurang dikenal atau kata yang memiliki arti khusus. Sebaliknya dengan tanda petik tunggal yang hanya memiliki dua fungsi, yaitu mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain, dan mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
·         Salah satunya berkenaan dengan sejumlah kosakata kekristenan, yaitu sekolah minggu. Sampai saat ini masih ada penerbit yang membakukan Sekolah Minggu dalam setiap buku terbitan mereka. Adapun dalam bahasa Inggris, sekolah minggu disebut sebagai Sunday school.



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Kaidah selingkung merupakan aidah penulisan yang lebih berorientasi pada konvensi aturan penulisan artikel yang bersifat teknis. Kaidah penulisan selingkung ini mungkin berbeda antar wadah terbitan satu dengan yang lain, baik dalam satu lembaga maupun antar lembaga. Faktor penyebab adanya perbedaan kaidah selingkung antar penerbitan jurnal antara lain konteks bidang, karakteristik, lembaga penaung, asosiasi profesi, dan jenis pengelompokan artikel.

B.     Saran
Bagi seorang calon pengajar, tentunya kita dituntut untuk lebih luas memahami berbagai kaidah penulisan. Pemahaman kaidah selingkung memperkaya pengetahuan dan memberikan pemahaman yang lebih luas, agar nantinya kita dapat menguasai berbagai kaidah penulisan , sehingga para peserta didik yang diajar lebih mengenal berbagai macam kaidah penulisan.















DAFTAR PUSTAKA

http://twahyono.blog.uksw.edu/2012/09/mengenal-gaya-selingkung-artikel-ilmiah.html
Diakses pada 9 Maret 2014, pada pukul 13.30 WIB





0 komentar:

Next Prev
▲Top▲