BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kata merupakan unsur
pembentuk kalimat. Kata adalah unsur bebas terkecil yang bermakna. Disebut
sebagai unsur bebas terkecil karena kata dapat berdiri sendiri, yakni diucapkan
atau dituliskan terpisah dari kata-kata yang lain. Sebagai unsur kalimat yang
bermakna, kata digunakan untuk mewadahi dan menyampaikan pesan. Dengan
demikian, kata menjadi salah satu unsur pembentuk kalimat yang sangat menentukan
tingkat keefektifan kalimat.
Sebuah kata akan
mendukung terbentuknya kalimat efektif apabila kata itu memiliki kesanggupan
untuk mewadahi gagasan yang akan diungkapkan penutur dengan tepat dan memiliki
kesanggupan untuk menimbulkan kembali gagasan itu dengan tepat pula pada benak
(pikiran dan atau Perasaan) mitra tutur.Kemampuan memilih kata merupakan salah
satu bagian kemampuan menyusun kalimat efektif.
Kalimat yang benar dan
jelas akan mudah dipahamai orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian
disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan
untuk memunculkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang
terdapat pada pikiran penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah
disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis
terhadap pembaca. Oleh karena itu untuk lebih memahami karakteristik kalimat
efektif dalam makalah ini akan dibahas secara lebih jelas tentang kalimat
efektif tersebut
B.
RumusanMasalah
1. Apakah yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2. Apasajakah syarat-syarat kalimat
efektif?
3. Apasajakah ciri-ciri kalimat efektif?
4. Apasajakah sebab-sebab ketidakefektifan kalimat?
5. Bagaimanakah strategi penyusunan kalimat efektif?
6. Bagaimanakah contoh kalimat efektif dan
tidak efektif?
C.
Tujuan penulisan
1.
Menjelaskan
pengertian kalimat efektif.
2.
Mendeskripsikan
syarat-syarat kalimat efektif.
3.
Menjelaskan
ciri-ciri kalimat efektif.
4.
Menjelaskan
sebab-sebab ketidakefektifan kalimat.
5.
Mendeskripsikan
strategi penyusunan kalimat efektif.
6.
Memberikan
contoh kalimat efektif dan tidak efektif.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Pengertian
Arti
kata efektif menurut kamus
besar bahasa Indonesia, adalah berhasil
guna. Kataefektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara
tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau
pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas
bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Misalnya jika suatu pekerjaan dapat
selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut
adalah benar atau efektif.
Menurut
Kanzunnudin (2011:105), kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan
untuk mengungkapkan gagasan penutur sehingga pendengar atau pembaca dapat
memahami gagasan yang terungkap dalam kalimat itu sebagaimana gagasan yang
dimaksudkan oleh penutur. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang
dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara
tepat dan dapat dipahami secara tepat pula oleh pembaca atau pendengar.Parera
(dalam Doyin dan Wagiran, 2009:49) menyatakan bahwa kalimat efektif tidak saja
menyampaikan pesan, berita, atau amanat, tetapi juga merakit gagasan gagasan ke
dalam bentuk yang lebih kompleks dan kesatuan pikiran yang utuh. Razak (dalam
Doyin dan Wagiran, 2009:49) mengungkapkan bahwa kalimat efektif dikenal dalam
hubungannya dengan fungsi kalimat sebagai alat komunikasi. Kalimat dikatakan
efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan pesan berlangsung
dengan sempurna. Sebagai alat komunikasi, kalimat dikatakan efektif jika dapat
mencapai sasarannya dengan baik. Ada dua pihak yang terlibat yaitu yang
menyampaikan dan yang menerima pesan, gagasan, atau informasi. Kalimat yang
efektif dapat menyampaikan pesan, informasi, atau gagasan kepada penerima
informasi sesuai dengan yang ada di benak si penyampai.
Dari
beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan,
informasi, atau gagasan dari penutur atau penulis, sehingga pendengar atau
pembaca dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penutur atau penulis
secara tepat.
II.
Syarat-syarat kalimat efektif
Kalimat
efektif dapat diwujudkan dengan memperhatikan persyaratan yang berlaku.
Setidaknya,ada persyaratan yang harus diperhatikan, yakni persyaratan kebenaran
struktur (correctness) dan persyaratan kecocokkan konteks (appropriacy), sesuai
yang dikemukakan oleh Widdowson (1979) tentang penggunaan bahasa.
a. Persyaratan kebenaran struktur
Kalimat
efektif terikat pada kaidah struktur. Dengan keterikatan itu, kalimat efektif
dituntut memiliki struktur yang benar. Struktur itu dapat dilihat pada hubungan
antarunsur kalimat.
Contoh:
1) Saya sarankan sudah agar rapat ditunda
pelaksanaannya agar anggota semuanya dapat hadir.
2) Saya sudah sarankan agar rapat ditunda
pelaksanaannya agar anggota semuanya dapat hadir.
3) Sudah saya sarankan agar pelaksanaan rapat
ditunda agar semua anggota dapat hadir.
Dalam
contoh (1) bukanlah kalimat karena tidak mengikuti kaidah struktur, contoh (2)
adalah kalimat yang masih mengandung kesalahan struktur, sedangkan contoh (3)
adalah kalimat yang mengikuti kaidah struktur tanpa kesalahan.
Dari
uraian tersebut, dapat dilihat bahwa struktur kalimat berada dalam rentangan
kebenaran struktur. Ada yang betul-betul tidak berstruktur,ada yang berstruktur
tetapi mengandung kesalahan struktur, dan ada yang betul-betul berstruktur
benar.
Kalimat
yang berstruktur benar adalah kalimat yang unsur-unsurnya memiliki hubungan
yang jelas. Dengan hubungan fungsi yang jelas itu, makna yang terkandung di
dalamnya juga jelas. Pada tataran frasa, dapat membedakan makna tadi pagi dan
pagi tadi, ayah almarhum dan almarhum ayah, usulan dana dan dana usulan
berdasarkan hukum D-M. unsur yang di depan pada frasa itu menjadi unsur inti,
sedangkan unsur yang di belakang menjadi unsur atribut atau penjelas. Pada
tataran kalimat, unsur-unsur yang memiliki fungsi sintaktis seperti subjek,
predikat,objek, pelengkap, dan keterangan juga harus jelas.
b. Persyaratan kecocokan
Persyaratan
kecocokan adalah persyaratan yang mengatur ketepatan kalimat dalam konteks.
Kalimat (1), (2), (3), dan (4) berikut sudah memenuhi persyaratan kebenaran,
tetapi hanya pada contoh (1) dan (2) yang memenuhi persyaratan kecocokan.
1) Belum ada hujan di daerah yang mengalami
kekurangan air itu. Gerimis pun tak pernah ada.
2) Sudah lama tidak hujan. Gerimis pun tak
pernah ada.
3) Kemungkinan akan ada hujan bulan ini.
Gerimis pun tak pernah ada.
4) Pada musim kemarau hanya ada satu atau
dua kali hujan. Gerimis
pun
tak pernah ada.
III.
Ciri-ciri kalimat efektif
Kalimat
yang digunakan dalam karangan ilmiah haruslah kalimat yang efektif. Artinya
kalimat tersebut harus jelas, benar, dan hemat sehingga mudah dipahami oleh
orang lain secara tepat. Menurut Doyin dan Wagiran (2009:50) sebuah kalimat
dikatakan efektif jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memiliki kehematan
Kehematan
dalam kalimat efektif maksudnya adalah
hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak
perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Kalimat efektif perlu menghindari
penggunaan kata yang mubazir. Apabila kata-kata dalam sebuah kalimat dapat
dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat berarti kalimat tersebut menggunakan
kata-kata mubazir. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan
mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa
kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a. Menghilangkan pengulangan subjek.
b. Menghindarkan pemakaian superordinat
pada hiponimi kata.
c. Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d. Tidak menjamakkan kata-kata yang
berbentuk jamak.
Contoh:
a. Nama gadis yang mengenakan kerudung
putih itu Fatimah.
Kalimat
tersebut menggunakan kata-kata yang mubazir, yaitu yang mengenakan kerudung, yang semestinya dapat diubah menjadi berkerudung. Awalan ber- pada kata berkerudung memiliki makna mengenakan. Selain itu, pemakaian kata nama juga mubazir karena Fatimah pada
akhir kalimat sudah menunjukkan nama. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi
“Gadis berkerudung putih itu Fatimah”.
b. Karena ia tidak diajak,
dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena
tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
c. Dia sudah menunggumu sejak dari
pagi. (tidak efektif)
Dia
sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
2. Memiliki pemusatan perhatian atau
penekanan
Pemusatan
perhatian atau penekanan adalah adanya upaya penulis untuk menonjolkan salah
satu bagian dalam kalimat sesuai dengan kebutuhan. Kalimat aktif digunakan
untuk menonjolkan unsur pelaku. Sebaliknya kalimat pasif digunakan untuk menonjolkan
unsur hasil tindakan atau objek.
Contoh:
“Kami memilih Pak Damar Asa Pramudya sebagai ketua RT” kalimat tersebut tidak
memiliki unsur penekanan sehingga informasi hanya disampaikan secara datar.
Kalimat tersebut akan memiliki unsur penekanan jika diubah menjadi (a) “Kamilah
yang memilih Pak Damar Asa Pramudya sebagai ketua RT”, (b) “Yang memilih Pak
Damar Asa Pramudya sebagai ketua RT adalah kami”, (c) “Pak Damar Asa Pramudya
kami pilih sebagai ketua RT”. Kalimat (a) menekankan perilaku, yaitu kami yang
memilih, bukan orang lain, kalimat (b) menekankan tindakan memilih, bukan
mengangkat”, kalimat (c) menekankan Pak Damar Asa Pramudya yang kami pilih,
bukan orang lain. dengan adanya penekanan atau pemusatan perhatian, informasi
yang disampaikan oleh kalimat menjadi lebih terfokus.
Untuk
membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa
cara, yaitu:
a. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di
depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada
kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini.
(ketegasan)
Presiden
mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang
ada pada dirinya.
Harapan
presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b. Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan
seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan
kepada anak-anak terlantar. (benar)
c. Mempergunakan partikel penekanan
(penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah
yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
3. Memiliki keutuhan atau kesatuan gagasan
Sebuah
kalimat dikatakan memiliki keutuhan atau kesatuan gagasan jika kalimat tersebut
memiliki struktur gramatikal yang utuh. Subjek, predikat, dan objeknya harus
jelas dan saling mendukung dalam membentuk satu kesatuan gagasan. Arifin dan
pusat bahasa (dalam Doyin dan Wagiran, 2009:50) menyampaikan secara eksplisit
bahwa subjek kalimat tidak boleh didahului dengan preposisi, predikat tidak
didahului dengan kata “yang” serta kalimat tidak buntung. Kalimat buntung
adalah kalimat yang memiliki predikat verba transitif yang seharusnya diikuti
oleh objek tetapi dihilangkan. Kalimat “Dalam buku ini mengandung pelajaran
filsafat” merupakan kalimat yang tidak utuh karena tidak memiliki subjek.
Hilangnya fungsi subjek dalam kalimat tersebut karena penggunaan preposisi
“dalam” yang tidak tepat. Kalimat tersebut akan menjadi kalimat yang utuh bila
diubah menjadi “Buku ini mengandung pelajaran filsafat”.
4. Memiliki kepaduan atau perpautan
Kalimat
dikatakan memilikikepaduan atau perpautan jika kalimat tersebut memiliki
hubungan yang logis diantara unsur-unsur di dalam kalimatnya. Kalimat dikatakan
tidak padu jika keliru dalam menggunakan preposisi atau konjungsi. Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga
informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.
Ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a. Kalimat
yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak
simetris.
b. Kalimat
yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada
atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
a. Kita harus dapat
mengembalikan kepada kepribadian kita
orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa
kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita
harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa
kemanusiaan. (efektif)
b. Makalah ini membahas tentang
teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah
ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
c. Karena ayah kemarin libur, maka ia
memperbaiki talang dan atap.(merupakan kalimat yang tidak padu karena informasi
pada klausa pertama tidak seiring dengan informasi pada klausa kedua. Hal ini
mengakibatkan kerancuan informasi).
Kalimat
tersebut dapat diperbaiki menjadi “Karena kemarin libur, ayah memperbaiki
talang dan atap”.
5. Kesejajaran atau paralelisme
Kesejajaran
atau paralelisme dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama
atau berkontruksi bahasa yang sama yang digunakan dalam susunan serial.
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk
kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat tersebut. Jika pertama
menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama
menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat
berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-.
Contoh:
a. Alzheimer alias pikun merupakan penyakit
yang paling mengerikan dan berbahaya sebab pencegahan dan cara
pengobatannya tidak ada yang tahu.
b. Ayah muda menimang mesra putra sulungnya, mendendangkan lagu, dan bercanda.
Kata
yang dicetak miring pada kalimat (a) tidak paralel dalam penggunaan awalan.
Sedangkan pada kalimat (b) ketidakparalelan terjadi pada penggunaan kata
bercanda yang bukan berupa frase. Kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki
menjadi kalimat berikut:
a. Alzheimer alias pikun merupakan penyakit
yang paling mengerikan dan membahayakan sebab pencegahan dan pengobatannya
tidak ada yang tahu.
b. Ayah muda menimang mesra putra sulungnya, mendendangkan lagu, dan mengajakbercanda.
c. Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya
ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
d. Harga sembako dibekukan atau kenaikan
secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
6. Memiliki kevariasian
Kevariasian digunakan untuk
menghindarkan pembaca dari kebosanan karena membaca kalimat yang pola dan
bentuknya sama. Paragraf memerlukan pola dan jenis kalimat yang bervariasi.
Variasi kalimat dapat terjadi dalam beberapa hal, antara lain:
a. Cara memulai kalimat, misalnya kalimat
dimulai dengan subjek, dengan predikat, dengan modalitas, atau dengan frase.
b. Panjang pendeknya kalimat.
c. Jenis kalimat, misalnya kalimat berita,
kalimat tanya, kalimat perintah.
d. Penggunaan kalimat langsung dan tidak
langsung.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam membuat kalimat efektif:
1.
Kecermatan Dalam Pemilihan
dan Penggunaan Kata
Dalam
membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa
perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa
yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
2. Kelogisan
Kelogisan
ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai
dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat
harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
3.
Keharmonisan
Keharmonisan
kalimat artinya setiap kalimat yang dibuat harus harmonis antara pola berpikir
dan struktur bahasa. Agar
kalimat menjadi harmonis, setiap kalimat yang dibuat harus mempunyai kejelasan
unsur-unsur gramatikalnya, seperti subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan.
a. Subjek
Subyek (S) adalahbagian kalimat yang
menunjukan pelaku, tokoh, sosok, benda, sesuatu hal, atau suatu masalah
yang menjadi pangkal atau pokok pembicaraan. Ciri-ciri subjek yaitu: (1) jawaban apa
atau siapa, (2) dapat didahului oleh kata bahwa, (3) berupa kata atau frasa
benda (nomina), (4) dapat disertai kata ini atau itu, (5) dapat disertai
pewatas yang, (6) tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi,
untuk, dan lain-lain.
b. Predikat
Predikat(P)
adalah bagian kalimat yang menunjukkan apa yang dilakukan atau dalam keadaan
bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri, atau
jati diri subjek.Predikat
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) bagian kalimat yang menjelaskan pokok
kalimat, 2) dalam kalimat susun biasa, predikat berada langsung di belakang
subjek, 3) predikat umumnya diisi oleh verba atau frasa verba, 4) dalam kalimat
susun biasa (S-P) predikat berintonasi lebih rendah, 5) predikat merupakan
unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah, 6) predikat dapat merupakan
jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) ataubagaimana (pokok
kalimat).
c. Obyek
Objek (O) merupakan bagian kalimat
yang berfungsi melengkapi predikat yang berupa kata kerja transitif.
d. Pelengkap
Pelengkap (Pel) merupakan bagian
kalimat yang memiliki kesamaan dengan obyek.
e. Keterangan
Keterangan (ket) merupakan unsur
kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan
dalam kalimat. Keteranganmempunyaiciri-ciri
sebagai berikut: 1) umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak
wajib dalam kalimat, 2) keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak
struktur dan makna kalimat. Fungsi keterangan ini memiliki banyak jenis,
misalnya keterangan tempat, waktu, alat, cara, tujuan, perbandingan, sebab,
akibat, syarat, dll.
IV.
Strategi Penyusunan Kalimat Efektif
Ada beberapa strategi
dalam menyusun kalimat efektif, yaitu:
1. Pengedepanan
Pengedepanan
informasi yang dianggap penting merupakan sesuatu yang perlu dilakukan. Hal itu
bertujuan untuk menimbulkan kesan yang kuat bagu pendengar atau pembaca.
Pendengar atau pembaca akan berpusat pada bagian yang pertama didengar atau
dibaca daripada bagian yang lain. oleh sebab itu, jika ada kepentingan
menonjolkan informasi, maka bagian yang berisi informasi ditampilkan pada
bagian awal kalimat.
2. Penyejajaran
Penyejajaran
bertujuan untuk menimbulkan kesan bahwa unsur yang disejajarkan sebagai hal
yang penting. Hal yang disejajarkan merupakan bagian yang penting atau
menonjol. Dalam penyejajaran ada hal yang harus diperhatikan, yaitu konsistensi.
Konsistensi kategori dan konsistensi struktur. Konsistensi kategori diwujudkan
dalam kategori kata. Jika penyejajaran dikenakan pada verba, seperti melirik,
anggota selanjutnya juga harus menggunakan verba, seperti melihat,
memperhatikan, dan melotot. Begitu juga jika penyejajaran yang dikenakan pada
kata benda, maka anggota selanjutnya juga kata benda. Contoh:
Achmad
didesanya dikenal sebagai anak yang mematuhi amanah kedua orang tuanya yang
telah meninggal. Ia selalu mengurus
harta pusaka, mengerjakan sawah, menjenguk sanak famili, dan membersihkan kuburan kedua orang
tuanya.
Dalam
penyejajaran juga bisa dengan konsistensi struktur bentukan seperti pen-an dan
men-. Contoh:
Penelitian
dilakukan melalui tiga tahap, yakni penyusunan
proposal, pelaksanaan penelitian,
dan pembuatan laporan.
V.
Sebab-sebab Ketidakefektifan Kalimat
Kalimat efektif merupakan kalimat
yang mampu dipahami pembaca sesuai dengan maksud penulisnya. Sebaliknya,
kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya termasuk
kalimat yang tidak efektif. Ketidakefektifan kalimat tersebut antara lain
disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
- Kontaminasi, yaitu
merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.
Contoh:
a. diperlebar,
dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah)
b. memperkuat,
menguatkan (benar) - memperkuatkan (salah)
c. sangat
baik, baik sekali (benar) - sangat baik sekali (salah)
d. saling
memukul, pukul-memukul (benar) - saling pukul-memukul (salah)
e. Di
sekolah diadakan pentas seni (benar) – Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
- Pleonasme, yaitu
berlebihan atau tumpang tindih.
Contoh:
a. para
hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
b. para
bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
c. banyak
siswa-siswa (banyak siswa)
d. saling
pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
e. agar
supaya (agar bersinonim dengan supaya)
f.
disebabkan
karena (sebab bersinonim dengan karena)
3.
Adanya
kata depan yang tidak perlu
Contoh:
a. Perkembangan
daripada teknologi informasi sangat pesat. (kata daripada
dihilangkan)
b. Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR.
(kata kepada dihilangkan)
c. Selain
daripada bekerja, ia juga kuliah. (kata daripada dihilangkan)
4.
Kesalahan
penalaran
Contoh:
a. Waktu
dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
b.
Silakan maju ke
depan. (maju selalu ke depan)
c.
Adik mengajak
temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
d.
Pak, saya minta
izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
e. Saya
absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
f. Bola
gagal masuk gawang. (ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek
bernyawa)
5.
Kesalahan
pembentukan kata
Contoh:
a. mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
b. menyetop seharusnya menstop
c. mensoal
seharusnya
menyoal
d. ilmiawan seharusnya ilmuwan
e. sejarawan seharusnya ahli sejarah
6.
Pengaruh
bahasa asing
Contoh:
a. Rumah
di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (kata rumah seharusnya
tempat)
b. Sebab-sebab
daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
c. Saya
telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya
katakan)
7.
Pengaruh
bahasa daerah
Contoh:
a. Para
tamu sudah pada hadir. (Jawa: wis
padha teka) (seharusnya sudah hadir)
b. …
oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
I.
Contoh Kalimat efektif dan tidak efektif
Berikut ini adalah contoh-contoh kalimat
efektif dan tidak efektif:
No.
|
Kalimat tidak efektif
|
Kalimat efektif
|
Keterangan
|
1.
|
Film ini menceritakan
perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu
perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang
salingmenjatuhkan
|
Film ini menceritakan
perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang
saling menjatuhkan.
|
Pengulangan kata yang
tidak perlu.
|
2.
|
Karena ayah kemarin libur, maka ia memperbaiki
talang dan atap.
|
Karena kemarin libur, ayah memperbaiki talang dan
atap
|
Merupakan kalimat yang tidak padu karena informasi
pada klausa pertama tidak seiring dengan informasi pada klausa kedua. Hal ini
mengakibatkan kerancuan informasi.
|
3.
|
Alzheimer alias pikun merupakan penyakit yang
paling mengerikan dan berbahaya sebab pencegahan dan cara
pengobatannya tidak ada yang tahu.
|
Alzheimer alias pikun merupakan penyakit yang
paling mengerikan dan membahayakan sebab pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu.
|
Kata mengerikan,
berbahaya, pencegahan, an cara pengobatan tidak paralel dalam penggunaan
awalan.
Sehingga harus menggunakan
awalan yang paralel.
|
4.
|
Pak Ekomenimang
mesra putra sulungnya, mendendangkan lagu, dan bercanda.
|
Pak Ekomenimang
mesra putra sulungnya, mendendangkan lagu, dan mengajakbercanda.
|
Penggunaan kata bercanda bukan berupa frase sehingga
kalimat menjadi\ tidak paralel.
|
5.
|
Dia
sudah menunggumu sejak dari pagi.
|
Dia sudah menunggumu
sejak pagi.
|
Kata dari merupakan kata yang mubazir.
|
6.
|
Tendangan daripada Ricky Jakob
berhasil mematahkan perlawanan musuh.
|
Tendangan Ricky Jakob berhasil
mematahkan perlawanan musuh.
|
Kata daripada seharusnya
dihilangkan.
|
7.
|
Saya
sarankan sudah agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya dapat
hadir.
|
Sudah saya sarankan agar pelaksanaan rapat dapat
ditunda agar semua anggota dapat hadir.
|
Susunannya tidak terstruktur.
|
8.
|
Hal itu
disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
|
Hal itu
disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
|
Kata sebab bersinonim dengan
karena.
|
9.
|
Iadiperingatiolehkepalasekolah agar
tidakmengulangiperbuatannya.
|
Iadiperingatkanolehkepalasekolah agar
tidakmengulangiperbuatannya.
|
Kesalahan penggunaan imbuhan yang
membuat makna menjadi ambigu
|
10.
|
Kemarin
banyak para karyawan yang mogok kerja.
|
Kemarin banyak
karyawan yang mogok kerja.
|
Kata para seharusnya dihilangkan, karena
kata para berarti jamak atau banyak
|
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesandaripenulis, sehingga
pendengar atau pembaca dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh
penutur atau penulis secara tepat.
Kalimat efektif dapat
diwujudkan dengan memperhatikan persyaratan yang berlaku. Setidaknya,ada
persyaratan yang harus diperhatikan, yakni persyaratan kebenaran struktur
(correctness) dan persyaratan kecocokkan konteks (appropriacy), sesuai yang
dikemukakan oleh Widdowson (1979) tentang penggunaan bahasa.
Menurut Doyin dan
Wagiran (2009:50) sebuah kalimat dikatakan efektif jika memiliki kehematan, pemusatan
perhatian atau penekanan, keutuhan atau kesatuan gagasan, kepaduan atau
perpautan, kesejajaran atau paralelisme dan kevariasian.
Penyusunan kalimat efektif perlu
memperhatikan strategi pengedepanan
informasi yang dianggap penting merupakan sesuatu yang perlu dilakukan. Hal itu
bertujuan untuk menimbulkan kesan yang kuat bagi
pembaca.. Juga
perlu diperhatikan mengenai
penyejajaran .Penyejajaran bertujuan
untuk menimbulkan kesan bahwa unsur yang disejajarkan sebagai hal yang penting.
Sebab-sebab
ketidakefektifan kalimat meliputi: kontaminasi, pleonasme, adanya kata depan
yang tidak perlu, kesalahan penalaran, kesalahan pembentukan kata, pengaruh
bahasa asing, dan pengaruh bahasa daerah.
B. Saran
Penulis harus memeperhatikan penggunaan kalimat terutama dalam
hal apakah kalimat yang ditulisnya sudah efektif atau belum agar hasil tulisannya mudah
dipahami oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Doyin, Mukh dan
Wagiran. 2009. Bahasa Indonesia Pengantar
Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Unnes press.
Anonim. 2011. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
Yogjakarta: Pustaka Timur.
Gustian, Ade. 2009. Pengertian Ciri dan Penggunaan Kalimat
Efektif (dalam http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pengertian-ciri-dan-peng-gunaan-kalimat-efektif/
diakses pada Sabtu 7 April 2013, 16:22).
Wibisono, Agus. 2010. Efektif dan Efisien. (dalam http://aguswibisono.com/
2010/efektif-dan-efisien/ diakses pada Sabtu 7
April 2013, 21:13).
S, Nina. 2008. Membuat Kalimat Efektif. (dalam http://just-drop-by.blogspot.com
/2007/03/membuat-kalimat-efektif.html
diakses pada Sabtu 7 April 2013, 16:33
Andrianto, Van. 2012. Definisi dan Ciri-Ciri Kalimat Efektif.
(dalam http:
//vanandrianto.wordpress.com/2012/04/02/definisi-dan-ciri-ciri-kalimat-efektif-b-indo/
diakses pada Sabtu 7 April 2013, 15:21).
0 komentar:
Posting Komentar