Makalah tentang Kalimat Efektif

| Minggu, 25 Mei 2014
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kata merupakan unsur pembentuk kalimat. Kata adalah unsur bebas terkecil yang bermakna. Disebut sebagai unsur bebas terkecil karena kata dapat berdiri sendiri, yakni diucapkan atau dituliskan terpisah dari kata-kata yang lain. Sebagai unsur kalimat yang bermakna, kata digunakan untuk mewadahi dan menyampaikan pesan. Dengan demikian, kata menjadi salah satu unsur pembentuk kalimat yang sangat menentukan tingkat keefektifan kalimat.
Sebuah kata akan mendukung terbentuknya kalimat efektif apabila kata itu memiliki kesanggupan untuk mewadahi gagasan yang akan diungkapkan penutur dengan tepat dan memiliki kesanggupan untuk menimbulkan kembali gagasan itu dengan tepat pula pada benak (pikiran dan atau Perasaan) mitra tutur.Kemampuan memilih kata merupakan salah satu bagian kemampuan menyusun kalimat efektif.
Kalimat yang benar dan jelas akan mudah dipahamai orang lain secara tepat. Kalimat yang demikian disebut kalimat efektif. Sebuah kalimat efektif haruslah memiliki kemampuan untuk memunculkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pembaca seperti apa yang terdapat pada pikiran penulis. Hal ini berarti bahwa kalimat efektif haruslah disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penulis terhadap pembaca. Oleh karena itu untuk lebih memahami karakteristik kalimat efektif dalam makalah ini akan dibahas  secara lebih jelas tentang kalimat efektif tersebut


B.     RumusanMasalah
1.      Apakah yang dimaksud dengan kalimat efektif?
2.      Apasajakah syarat-syarat kalimat efektif?
3.      Apasajakah ciri-ciri kalimat efektif?
4.      Apasajakah sebab-sebab ketidakefektifan kalimat?
5.      Bagaimanakah strategi penyusunan kalimat efektif?
6.      Bagaimanakah contoh kalimat efektif dan tidak efektif?

C.    Tujuan penulisan
1.      Menjelaskan pengertian kalimat efektif.
2.      Mendeskripsikan syarat-syarat kalimat efektif.
3.      Menjelaskan ciri-ciri kalimat efektif.
4.      Menjelaskan sebab-sebab ketidakefektifan kalimat.
5.      Mendeskripsikan strategi penyusunan kalimat efektif.
6.      Memberikan contoh kalimat efektif dan tidak efektif.





















BAB II
PEMBAHASAN

I.              Pengertian
Arti kata efektif menurut kamus besar bahasa Indonesia, adalah berhasil guna. Kataefektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditentukan. Misalnya jika suatu pekerjaan dapat selesai dengan pemilihan cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
Menurut Kanzunnudin (2011:105), kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan gagasan penutur sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami gagasan yang terungkap dalam kalimat itu sebagaimana gagasan yang dimaksudkan oleh penutur. Dengan kata lain, kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula oleh pembaca atau pendengar.Parera (dalam Doyin dan Wagiran, 2009:49) menyatakan bahwa kalimat efektif tidak saja menyampaikan pesan, berita, atau amanat, tetapi juga merakit gagasan gagasan ke dalam bentuk yang lebih kompleks dan kesatuan pikiran yang utuh. Razak (dalam Doyin dan Wagiran, 2009:49) mengungkapkan bahwa kalimat efektif dikenal dalam hubungannya dengan fungsi kalimat sebagai alat komunikasi. Kalimat dikatakan efektif bila mampu membuat proses penyampaian dan penerimaan pesan berlangsung dengan sempurna. Sebagai alat komunikasi, kalimat dikatakan efektif jika dapat mencapai sasarannya dengan baik. Ada dua pihak yang terlibat yaitu yang menyampaikan dan yang menerima pesan, gagasan, atau informasi. Kalimat yang efektif dapat menyampaikan pesan, informasi, atau gagasan kepada penerima informasi sesuai dengan yang ada di benak si penyampai.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan, informasi, atau gagasan dari penutur atau penulis, sehingga pendengar atau pembaca dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penutur atau penulis secara tepat.

II.           Syarat-syarat kalimat efektif
Kalimat efektif dapat diwujudkan dengan memperhatikan persyaratan yang berlaku. Setidaknya,ada persyaratan yang harus diperhatikan, yakni persyaratan kebenaran struktur (correctness) dan persyaratan kecocokkan konteks (appropriacy), sesuai yang dikemukakan oleh Widdowson (1979) tentang penggunaan bahasa.
a.       Persyaratan kebenaran struktur
Kalimat efektif terikat pada kaidah struktur. Dengan keterikatan itu, kalimat efektif dituntut memiliki struktur yang benar. Struktur itu dapat dilihat pada hubungan antarunsur kalimat.
    Contoh:
1)      Saya sarankan sudah agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya dapat hadir.
2)      Saya sudah sarankan agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya dapat hadir.
3)      Sudah saya sarankan agar pelaksanaan rapat ditunda agar semua anggota dapat hadir.
Dalam contoh (1) bukanlah kalimat karena tidak mengikuti kaidah struktur, contoh (2) adalah kalimat yang masih mengandung kesalahan struktur, sedangkan contoh (3) adalah kalimat yang mengikuti kaidah struktur tanpa kesalahan.
Dari uraian tersebut, dapat dilihat bahwa struktur kalimat berada dalam rentangan kebenaran struktur. Ada yang betul-betul tidak berstruktur,ada yang berstruktur tetapi mengandung kesalahan struktur, dan ada yang betul-betul berstruktur benar.
Kalimat yang berstruktur benar adalah kalimat yang unsur-unsurnya memiliki hubungan yang jelas. Dengan hubungan fungsi yang jelas itu, makna yang terkandung di dalamnya juga jelas. Pada tataran frasa, dapat membedakan makna tadi pagi dan pagi tadi, ayah almarhum dan almarhum ayah, usulan dana dan dana usulan berdasarkan hukum D-M. unsur yang di depan pada frasa itu menjadi unsur inti, sedangkan unsur yang di belakang menjadi unsur atribut atau penjelas. Pada tataran kalimat, unsur-unsur yang memiliki fungsi sintaktis seperti subjek, predikat,objek, pelengkap, dan keterangan juga harus jelas.
b.      Persyaratan kecocokan
Persyaratan kecocokan adalah persyaratan yang mengatur ketepatan kalimat dalam konteks. Kalimat (1), (2), (3), dan (4) berikut sudah memenuhi persyaratan kebenaran, tetapi hanya pada contoh (1) dan (2) yang memenuhi persyaratan kecocokan.
1)      Belum ada hujan di daerah yang mengalami kekurangan air itu. Gerimis pun tak pernah ada.
2)      Sudah lama tidak hujan. Gerimis pun tak pernah ada.
3)      Kemungkinan akan ada hujan bulan ini. Gerimis pun tak pernah ada.
4)      Pada musim kemarau hanya ada satu atau dua kali hujan. Gerimis
pun tak pernah ada.

III.        Ciri-ciri kalimat efektif
Kalimat yang digunakan dalam karangan ilmiah haruslah kalimat yang efektif. Artinya kalimat tersebut harus jelas, benar, dan hemat sehingga mudah dipahami oleh orang lain secara tepat. Menurut Doyin dan Wagiran (2009:50) sebuah kalimat dikatakan efektif jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Memiliki kehematan
Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa. Kalimat efektif perlu menghindari penggunaan kata yang mubazir. Apabila kata-kata dalam sebuah kalimat dapat dihilangkan tanpa mengubah makna kalimat berarti kalimat tersebut menggunakan kata-kata mubazir. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk dapat melakukan penghematan, yaitu:
a.       Menghilangkan pengulangan subjek.
b.      Menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
c.       Menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat.
d.      Tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
a.       Nama gadis yang mengenakan kerudung putih itu Fatimah.
Kalimat tersebut menggunakan kata-kata yang mubazir, yaitu yang mengenakan kerudung, yang semestinya dapat diubah menjadi berkerudung. Awalan ber- pada kata berkerudung memiliki makna mengenakan. Selain itu, pemakaian kata nama juga mubazir karena Fatimah pada akhir kalimat sudah menunjukkan nama. Kalimat tersebut dapat diubah menjadi “Gadis berkerudung putih itu Fatimah”.
b.      Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
c.       Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
2.      Memiliki pemusatan perhatian atau penekanan
Pemusatan perhatian atau penekanan adalah adanya upaya penulis untuk menonjolkan salah satu bagian dalam kalimat sesuai dengan kebutuhan. Kalimat aktif digunakan untuk menonjolkan unsur pelaku. Sebaliknya kalimat pasif digunakan untuk menonjolkan unsur hasil tindakan atau objek.
Contoh: “Kami memilih Pak Damar Asa Pramudya sebagai ketua RT” kalimat tersebut tidak memiliki unsur penekanan sehingga informasi hanya disampaikan secara datar. Kalimat tersebut akan memiliki unsur penekanan jika diubah menjadi (a) “Kamilah yang memilih Pak Damar Asa Pramudya sebagai ketua RT”, (b) “Yang memilih Pak Damar Asa Pramudya sebagai ketua RT adalah kami”, (c) “Pak Damar Asa Pramudya kami pilih sebagai ketua RT”. Kalimat (a) menekankan perilaku, yaitu kami yang memilih, bukan orang lain, kalimat (b) menekankan tindakan memilih, bukan mengangkat”, kalimat (c) menekankan Pak Damar Asa Pramudya yang kami pilih, bukan orang lain. dengan adanya penekanan atau pemusatan perhatian, informasi yang disampaikan oleh kalimat menjadi lebih terfokus.
Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
a.       Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
b.      Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
c.       Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
3.      Memiliki keutuhan atau kesatuan gagasan
Sebuah kalimat dikatakan memiliki keutuhan atau kesatuan gagasan jika kalimat tersebut memiliki struktur gramatikal yang utuh. Subjek, predikat, dan objeknya harus jelas dan saling mendukung dalam membentuk satu kesatuan gagasan. Arifin dan pusat bahasa (dalam Doyin dan Wagiran, 2009:50) menyampaikan secara eksplisit bahwa subjek kalimat tidak boleh didahului dengan preposisi, predikat tidak didahului dengan kata “yang” serta kalimat tidak buntung. Kalimat buntung adalah kalimat yang memiliki predikat verba transitif yang seharusnya diikuti oleh objek tetapi dihilangkan. Kalimat “Dalam buku ini mengandung pelajaran filsafat” merupakan kalimat yang tidak utuh karena tidak memiliki subjek. Hilangnya fungsi subjek dalam kalimat tersebut karena penggunaan preposisi “dalam” yang tidak tepat. Kalimat tersebut akan menjadi kalimat yang utuh bila diubah menjadi “Buku ini mengandung pelajaran filsafat”.
4.      Memiliki kepaduan atau perpautan
Kalimat dikatakan memilikikepaduan atau perpautan jika kalimat tersebut memiliki hubungan yang logis diantara unsur-unsur di dalam kalimatnya. Kalimat dikatakan tidak padu jika keliru dalam menggunakan preposisi atau konjungsi.  Kesatuan atau kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.


Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
a.    Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
b.    Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
a.       Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)
b.      Makalah ini membahas tentang teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
c.       Karena ayah kemarin libur, maka ia memperbaiki talang dan atap.(merupakan kalimat yang tidak padu karena informasi pada klausa pertama tidak seiring dengan informasi pada klausa kedua. Hal ini mengakibatkan kerancuan informasi).
Kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi “Karena kemarin libur, ayah memperbaiki talang dan atap”.
5.      Kesejajaran atau paralelisme
Kesejajaran atau paralelisme dalam kalimat adalah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau berkontruksi bahasa yang sama yang digunakan dalam susunan serial. Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat tersebut. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me-.
Contoh:
a.    Alzheimer alias pikun merupakan penyakit yang paling mengerikan dan berbahaya sebab pencegahan dan cara pengobatannya tidak ada yang tahu.
b.    Ayah muda menimang mesra putra sulungnya, mendendangkan lagu, dan bercanda.
Kata yang dicetak miring pada kalimat (a) tidak paralel dalam penggunaan awalan. Sedangkan pada kalimat (b) ketidakparalelan terjadi pada penggunaan kata bercanda yang bukan berupa frase. Kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut:
a.    Alzheimer alias pikun merupakan penyakit yang paling mengerikan dan membahayakan sebab pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu.
b.    Ayah muda menimang mesra putra sulungnya, mendendangkan lagu, dan mengajakbercanda.
c.    Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
d.   Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
6.      Memiliki kevariasian
Kevariasian digunakan untuk menghindarkan pembaca dari kebosanan karena membaca kalimat yang pola dan bentuknya sama. Paragraf memerlukan pola dan jenis kalimat yang bervariasi. Variasi kalimat dapat terjadi dalam beberapa hal, antara lain:
a.       Cara memulai kalimat, misalnya kalimat dimulai dengan subjek, dengan predikat, dengan modalitas, atau dengan frase.
b.      Panjang pendeknya kalimat.
c.       Jenis kalimat, misalnya kalimat berita, kalimat tanya, kalimat perintah.
d.      Penggunaan kalimat langsung dan tidak langsung.
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kalimat efektif:
1.    Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
2.    Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
3.    Keharmonisan
Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang dibuat harus harmonis antara pola berpikir dan struktur bahasa. Agar kalimat menjadi harmonis, setiap kalimat yang dibuat harus mempunyai kejelasan unsur-unsur gramatikalnya, seperti subjek, predikat, pelengkap, dan keterangan.


a.    Subjek
Subyek (S) adalahbagian kalimat yang menunjukan pelaku, tokoh, sosok, benda, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi pangkal atau pokok pembicaraan. Ciri-ciri subjek yaitu: (1) jawaban apa atau siapa, (2) dapat didahului oleh kata bahwa, (3) berupa kata atau frasa benda (nomina), (4) dapat disertai kata ini atau itu, (5) dapat disertai pewatas yang, (6) tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain.
b.    Predikat
Predikat(P) adalah bagian kalimat yang menunjukkan apa yang dilakukan atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, ciri, atau jati diri subjek.Predikat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat, 2) dalam kalimat susun biasa, predikat berada langsung di belakang subjek, 3) predikat umumnya diisi oleh verba atau frasa verba, 4) dalam kalimat susun biasa (S-P) predikat berintonasi lebih rendah, 5) predikat merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel –lah, 6) predikat dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) ataubagaimana (pokok kalimat).
c.    Obyek
Objek (O) merupakan bagian kalimat yang berfungsi melengkapi predikat yang berupa kata kerja transitif.
d.   Pelengkap
Pelengkap (Pel) merupakan bagian kalimat yang memiliki kesamaan dengan obyek.
e.    Keterangan
Keterangan (ket) merupakan unsur kalimat yang memberikan informasi lebih lanjut tentang suatu yang dinyatakan dalam kalimat. Keteranganmempunyaiciri-ciri sebagai berikut: 1) umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, 2) keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat. Fungsi keterangan ini memiliki banyak jenis, misalnya keterangan tempat, waktu, alat, cara, tujuan, perbandingan, sebab, akibat, syarat, dll.

IV.         Strategi Penyusunan Kalimat Efektif
Ada beberapa strategi dalam menyusun kalimat efektif, yaitu:
1.      Pengedepanan
Pengedepanan informasi yang dianggap penting merupakan sesuatu yang perlu dilakukan. Hal itu bertujuan untuk menimbulkan kesan yang kuat bagu pendengar atau pembaca. Pendengar atau pembaca akan berpusat pada bagian yang pertama didengar atau dibaca daripada bagian yang lain. oleh sebab itu, jika ada kepentingan menonjolkan informasi, maka bagian yang berisi informasi ditampilkan pada bagian awal kalimat.
2.      Penyejajaran
Penyejajaran bertujuan untuk menimbulkan kesan bahwa unsur yang disejajarkan sebagai hal yang penting. Hal yang disejajarkan merupakan bagian yang penting atau menonjol. Dalam penyejajaran ada hal yang harus diperhatikan, yaitu konsistensi. Konsistensi kategori dan konsistensi struktur. Konsistensi kategori diwujudkan dalam kategori kata. Jika penyejajaran dikenakan pada verba, seperti melirik, anggota selanjutnya juga harus menggunakan verba, seperti melihat, memperhatikan, dan melotot. Begitu juga jika penyejajaran yang dikenakan pada kata benda, maka anggota selanjutnya juga kata benda. Contoh:
Achmad didesanya dikenal sebagai anak yang mematuhi amanah kedua orang tuanya yang telah meninggal. Ia selalu mengurus harta pusaka, mengerjakan sawah, menjenguk sanak famili, dan membersihkan kuburan kedua orang tuanya.
Dalam penyejajaran juga bisa dengan konsistensi struktur bentukan seperti pen-an dan men-. Contoh:
Penelitian dilakukan melalui tiga tahap, yakni penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, dan pembuatan laporan.

V.      Sebab-sebab Ketidakefektifan Kalimat
Kalimat efektif merupakan kalimat yang mampu dipahami pembaca sesuai dengan maksud penulisnya. Sebaliknya, kalimat yang sulit dipahami atau salah terpahami oleh pembacanya termasuk kalimat yang tidak efektif. Ketidakefektifan kalimat tersebut antara lain disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut:
  1. Kontaminasi, yaitu merancukan 2 struktur benar 1 struktur salah.
Contoh:
a.       diperlebar, dilebarkan (benar) – diperlebarkan (salah)
b.      memperkuat, menguatkan (benar) - memperkuatkan (salah)
c.       sangat baik, baik sekali (benar) - sangat baik sekali (salah)
d.      saling memukul, pukul-memukul (benar) - saling pukul-memukul (salah)
e.       Di sekolah diadakan pentas seni (benar) – Sekolah mengadakan pentas seni (salah)
  1. Pleonasme, yaitu berlebihan atau tumpang tindih.
Contoh:
a.       para hadirin (hadirin sudah jamak, tidak perlu para)
b.      para bapak-bapak (bapak-bapak sudah jamak)
c.       banyak siswa-siswa (banyak siswa)
d.      saling pukul-memukul (pukul-memukul sudah bermakna ‘saling’)
e.       agar supaya (agar bersinonim dengan supaya)
f.       disebabkan karena (sebab bersinonim dengan karena)
3.      Adanya kata depan yang tidak perlu
Contoh:
a.       Perkembangan  daripada teknologi informasi sangat pesat. (kata daripada dihilangkan)
b.      Kepada siswa kelas VII berkumpul di GOR. (kata kepada dihilangkan)
c.       Selain daripada bekerja, ia juga kuliah. (kata daripada dihilangkan)
4.      Kesalahan penalaran
Contoh:
a.       Waktu dan tempat dipersilahkan. (siapa yang dipersilahkan)
b.      Silakan maju ke depan. (maju selalu ke depan)
c.       Adik mengajak temannya naik ke atas. (naik selalu ke atas)
d.      Pak, saya minta izin ke belakang. (toilet tidak selalu berada di belakang)
e.       Saya absen dulu anak-anak. (absen: tidak masuk, seharusnya presensi)
f.       Bola gagal masuk gawang. (ia gagal meraih prestasi) (kata gagal lebih untuk subjek bernyawa)
5.      Kesalahan pembentukan kata
Contoh:
a.       mengenyampingkan seharusnya mengesampingkan
b.      menyetop seharusnya menstop
c.       mensoal seharusnya menyoal
d.      ilmiawan seharusnya ilmuwan
e.       sejarawan seharusnya ahli sejarah
6.      Pengaruh bahasa asing
Contoh:
a.       Rumah di mana ia tinggal … (the house where he lives …) (kata rumah seharusnya tempat)
b.      Sebab-sebab daripada perselisihan … (cause of the quarrel) (kata daripada dihilangkan)
c.       Saya telah katakan … (I have told) (Ingat: pasif persona) (seharusnya telah saya katakan)

7.      Pengaruh bahasa daerah
Contoh:
a.       Para tamu sudah pada hadir. (Jawa: wis padha teka) (seharusnya sudah hadir)
b.      … oleh saya. (Sunda: ku abdi) (seharusnya diganti dengan kalimat pasif persona)
Jangan-jangan … (Jawa: ojo-ojo) (seharusnya mungkin)
I.           Contoh Kalimat efektif dan tidak efektif
Berikut ini adalah contoh-contoh kalimat efektif dan tidak efektif:
No.
Kalimat tidak efektif
Kalimat efektif
Keterangan
1.

Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang salingmenjatuhkan
Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.
Pengulangan kata yang tidak perlu.

2.
Karena ayah kemarin libur, maka ia memperbaiki talang dan atap.
Karena kemarin libur, ayah memperbaiki talang dan atap
Merupakan kalimat yang tidak padu karena informasi pada klausa pertama tidak seiring dengan informasi pada klausa kedua. Hal ini mengakibatkan kerancuan informasi.
3.
Alzheimer alias pikun merupakan penyakit yang paling mengerikan dan berbahaya sebab pencegahan dan cara pengobatannya tidak ada yang tahu.

Alzheimer alias pikun merupakan penyakit yang paling mengerikan dan membahayakan sebab pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu.

Kata mengerikan, berbahaya, pencegahan, an cara pengobatan tidak paralel dalam penggunaan awalan.
Sehingga harus menggunakan awalan yang paralel.
4.
Pak Ekomenimang mesra putra sulungnya, mendendangkan lagu, dan bercanda.

Pak Ekomenimang mesra putra sulungnya, mendendangkan lagu, dan mengajakbercanda.

Penggunaan kata bercanda bukan berupa frase sehingga kalimat menjadi\ tidak paralel.
5.
Dia sudah menunggumu sejak dari pagi.
Dia sudah menunggumu sejak pagi.
Kata dari merupakan kata yang mubazir.
6.
Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.
Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.
Kata daripada seharusnya dihilangkan.
7.
Saya sarankan sudah agar rapat ditunda pelaksanaannya agar anggota semuanya dapat hadir.
Sudah saya sarankan agar pelaksanaan rapat dapat ditunda agar semua anggota dapat hadir.
Susunannya tidak terstruktur.
8.
Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.
Kata sebab bersinonim dengan karena.
9.
Iadiperingatiolehkepalasekolah agar tidakmengulangiperbuatannya.
Iadiperingatkanolehkepalasekolah agar tidakmengulangiperbuatannya.
Kesalahan penggunaan imbuhan yang membuat makna menjadi ambigu
10.
Kemarin banyak para karyawan yang mogok kerja.
Kemarin banyak karyawan yang mogok kerja.
Kata para seharusnya dihilangkan, karena kata para berarti jamak atau banyak










BAB III
PENUTUP

A.       Simpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesandaripenulis, sehingga pendengar atau pembaca dapat menangkap pesan yang ingin disampaikan oleh penutur atau penulis secara tepat.
Kalimat efektif dapat diwujudkan dengan memperhatikan persyaratan yang berlaku. Setidaknya,ada persyaratan yang harus diperhatikan, yakni persyaratan kebenaran struktur (correctness) dan persyaratan kecocokkan konteks (appropriacy), sesuai yang dikemukakan oleh Widdowson (1979) tentang penggunaan bahasa.
Menurut Doyin dan Wagiran (2009:50) sebuah kalimat dikatakan efektif jika memiliki kehematan, pemusatan perhatian atau penekanan, keutuhan atau kesatuan gagasan, kepaduan atau perpautan, kesejajaran atau paralelisme dan kevariasian.
Penyusunan kalimat efektif perlu memperhatikan strategi pengedepanan informasi yang dianggap penting merupakan sesuatu yang perlu dilakukan. Hal itu bertujuan untuk menimbulkan kesan yang kuat bagi pembaca.. Juga perlu diperhatikan mengenai penyejajaran .Penyejajaran bertujuan untuk menimbulkan kesan bahwa unsur yang disejajarkan sebagai hal yang penting.
Sebab-sebab ketidakefektifan kalimat meliputi: kontaminasi, pleonasme, adanya kata depan yang tidak perlu, kesalahan penalaran, kesalahan pembentukan kata, pengaruh bahasa asing, dan pengaruh bahasa daerah.

B.     Saran
     Penulis harus memeperhatikan penggunaan kalimat terutama dalam hal apakah kalimat yang ditulisnya sudah efektif  atau belum agar hasil tulisannya mudah dipahami oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Doyin, Mukh dan Wagiran. 2009. Bahasa Indonesia Pengantar Penulisan Karya Ilmiah. Semarang: Unnes press.
Anonim. 2011. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Yogjakarta: Pustaka Timur.
Gustian, Ade. 2009. Pengertian Ciri dan Penggunaan Kalimat Efektif (dalam http://adegustiann.blogsome.com/2009/02/02/pengertian-ciri-dan-peng-gunaan-kalimat-efektif/ diakses pada Sabtu 7 April 2013, 16:22).
Wibisono, Agus. 2010. Efektif dan Efisien. (dalam http://aguswibisono.com/ 2010/efektif-dan-efisien/ diakses pada Sabtu 7 April 2013, 21:13).
S, Nina. 2008. Membuat Kalimat Efektif. (dalam http://just-drop-by.blogspot.com /2007/03/membuat-kalimat-efektif.html diakses pada Sabtu 7 April 2013, 16:33

Andrianto, Van. 2012. Definisi dan Ciri-Ciri Kalimat Efektif. (dalam http: //vanandrianto.wordpress.com/2012/04/02/definisi-dan-ciri-ciri-kalimat-efektif-b-indo/ diakses pada Sabtu 7 April 2013, 15:21).

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲