Konsekuensi Mencintaimu

| Rabu, 12 Februari 2014

     Inilah bentuk konsekuensi ketika aku menyatakan cinta kepadamu, ya aku mencintaimu. Sudah lama aku memendam cinta ini. Kau bilang kau juga mencintaiku bukan? Tapi rasanya itu hanya suatu kalimat agar aku tidak merasa kecewa. Nyatanya sekarang kau sering membuat luka. Ya tak jauh beda dengan laki-laki yang lain. Aku rasa.
     Inilah bentuk konsekuensi ketika aku memenda rasa yang namanya cinta kepadamu. Aku dituntut merasakan pula teman lama dari rasa cinta yaitu kekecewaan.Ia aku sering kecewa untuk terus setia terhadap kebahagiaan. Aku terus menerus menelan rasa kecewa terhadap sikap yang kau lontarkan kepadaku. Aku pikir mungkin ketika itu ada rusan yang lebih penting dari aku. Mungkin ini menyangkut masa depanmu. Ya sudahlah terserah kamu. 
     Inilah bentuk konsekuensi dari mencintaimu. Aku rela membagi waktu memendam rasa cinta juga memendam rasa sakit. Ku biarkan luka ini semakin menganga sedang rasa cintaku semakin mendalam. Biarkanlah aku yang merasakan sakit. Aku sering mendengar keluhanmu menanyakan bentuk pengorbananku kala aku mencintaimu, inilah bentuk pengorbananku. Berkorban untuk merasakan luka yang seiring berputarnya jarum jam semakin menganga semakin sakit ku rasa. 
     Dan entah sampai kapan aku berhenti mencintaimu? Apakah ini memang cinta atau sekedar nafsu karna haus perhatian? Bahkan sudah sekian lama aku tak mendapatkan perhatian darimu. Dan mungkin ini juga konsekuensi dari bentuk rasa cintaku padamu. 
      Mungkin benar jika ada orang yang mengatakan cinta itu buta. Ya benar ini benar-benar buta.Rasanya aku ingin meminjam cermin ajaib milik nenek sihir untuk melihat apa yang kamu lakukan sekarang.Apakah kau juga berjuang seperti perjuanganku kali ini? Atau memang benar semua dan selama ini kau hanya tak ingin aku kecewa. Tapi jika itu benar, mengapa kau malah membuatku sangat dan sangat kecewa kepadamu. Lalu aku harus bagaimana? 
     Aku tak mau memaksa air mataku jatuh, kau yang memaksanya jatuh. Ya, kamu yang memaksanya. Hingga detik inipun kau masih membisu tak menjelaskan padaku. Kau hanya memberiku sebuah pesan tentang do'a dan do'a. Tidakkah kau sadar aku sebenarnya bertanya apa yang terjadi sebenarnya? Kenyataanya kau terus membujukku untuk mengirimkan sebuah do'a lagi. Aku semakin tak mengerti. Ya mungkin ini juga bentuk dari konsekuensiku mencintaimu. 
"Semoga engkau sadar bahwa aku disini masih menunggu kamu, ditepi jalan ini"

0 komentar:

Next Prev
▲Top▲