Ya sejak hari
yang lalu aku terlalu sibuk. Menjalankan tugasku sebagai makhluk bumi harus
kesana kemari. Mengacuhkan tentang senja bahkan aku melewati 2 hari ini tanpa
jejak embun. Ilalang masih terlihat menyemangatiku dari jauh, melontarkan
senyum kesabaran. Entahlah hasrat rindu
kepada embun melonjak-lonjak memenuhi batin.
Terbangun dari
tidurku, rasanya pening sekali. Ku tengok jarum jam yang setia berputar
mengelilingi diantara kumpulan angka-angka, hatiku berdebar gemuruh. Aku melewatkan
jejak embun untuk kesekian kalinya. Betapa kecewanya aku, dan mungkin embun
juga merasakan hal yang sama. Pagi ini aku tak mampu menyapa embun, tak mampu
melihat senyuman embun dan lebih dari itu aku tak tahu pesan yang dibawa oleh
embun pagi ini.
Mentari sudah
berjalan searah sudut 45 derajat, mebun sudah pergi. Dan sungguh aku melewatkan
jejak embun. Tak bisakah engkau lebih lama hadir disini embun, aku sangat rindu
padamu. Tak hanya melewatkan embun kali ini aku melewatkan sahabat baruku yaitu
fajar. Sudahlah ini kecerobohanku. Sudahlah ini semua salahku. Tak mendengarkan
pesan alam yang sejak dari malam berbicara padaku untuk beristirahat lebih
awal.
Ya aku terlalu
lelah… maafkan aku embun maafkan aku.
0 komentar:
Posting Komentar