BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perhatian terhadap
pendidikan anak berbakat sebenarnya sudah dikenal sejak 2000 tahun yang lalu.
Misalnya, Plato pernah menyerukan agar anak-anak berbakat dikumpulkan dan
dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan bakal menjadi pemimpin
negara dalam segala bidang pemerintahan. Oleh karena itu, mereka dibekali ilmu
pengetahuan yang dapat menunjang tugas mereka (Rohman Natawijaya, 1979).
Demikian pula di Indonesia, kehadiran mereka sudah dikenal sejak dulu.
Banyak sekolah yang menerapkan sistem loncat kelas atau dapat naik ke kelas
berikutnya lebih cepat meskipun waktu kenaikan kelas belum saatnya. Perhatian yang
lebih serius dan formal tersurat dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989 bahwa peserta
didik yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh
pendidikan khusus untuk mengembangkan potensi anak-anak tersebut secara
optimal.
Anak berbakat tidak mengalami
kecacatan, seperti anak tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita. Walaupun diantara anak berbakat ada yang menyandang kelainan,
tetapi kelainan itu bukan pada terhambatnya kecerdasan. Agar anak berbakat yang
mempunyai potensi unggul tersebut dapat mengembangkan potensinya dibutuhkan
program dan layanan pendidikan secara khusus. Mereka lahir dengan membawa
potensi luar biasa yang berarti telah membawa kebermaknaan hidup. Oleh karena
itu, tugas pendidikan adalah
mengembangkan kebermaknaan tersebut secara optimal sehingga mereka dapat
berkiprah dalam memajukan bangsa dan negara.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Anak Berbakat itu?
2. Apa saja Karakteristik Anak
Berbakat itu?
3. Apa saja Kebutuhan Pendidikan Anak Berbakat itu?
4. Bagaimana Jenis Layanan bagi Anak Berbakat?
C. Tujuan
1. Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan definisi anak berbakat.
2. Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan karakteristik anak berbakat.
3. Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan kebutuhan
pendidikan anak berbakat.
4. Diharapkan dapat memahami dan menjelaskan jenis layanan bagi anak berbakat.
BAB II
ISI
A. Definisi Anak
Berbakat
Pengertian dan definisi mengenai anak berbakat sangat
beragam. Keragaman itu sangat tergantung dari perkembangan pandangan masyarakat
terhadap keberbakatan. Beberapa definisi keberbakatan dapat dikemukakan sebagai
berikut.
1.
Definisi versi Amerika
Pengertian berbakat di Amerika Serikat pada dasarnya
dikaitkan dengan skor tes inteligensia Stanford Binet yang dikembangkan oleh
Terman setelah Perang Dunia I. Dalam hasil tesnya itu, anak-anak yang memiliki
skor IQ 130 atau 140 dinyatakan sebagai anak berbakat (Kirk &
Gallagher, 1979:6). Sekitar tahun 1950 pengertian tersebut mulai
berkembang ketika para pendidik di Amerika Serikat berusaha memberikan pengertian yang lebih luas tentang anak
berbakat.
Pada waktu itu yang dimaksud dengan anak berbakat (gifted
dan talented) ialah mereka yang menunjukkan secara konsisten penampilan luar
biasa hebat dalam suatu bidang yang berfaedah (Henry, seperti dikutip oleh Kirk
dan Gallagher, 1979:61). Adapun definisi yang digunakan dalam Public Law 97-135
yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1981, yang dimaksud
dengan anak berbakat (gifted and talented) ialah berikut ini.
Anak yang menunjukkan kemampuan/penampilan yang tinggi
dalam bidang-bidang, seperti intelektual, kreatif, seni, kapasitas kepemimpinan
atau bidang-bidang, akademik khusus, dan yang memerlukan pelayanan-pelayanan
atau aktivitas-aktivitas yang tidak biasa disediakan oleh sekolah agar tiap
kemampuan berkembang secara penuh (Clark, 1983:5).
Bertolak dari hasil penelitian tentang proses belajar
maka Clark (1983:6) mengemukakan definisi keberbakatan sebagai
berikut.Keberbakatan adalah suatu konsep yang berakar biologis, suatu nama dari
inteligensia taraf tinggi sebagai hasil dari integrasi yang maju cepat dari
fungsi-fungsi dalam otak meliputi pengindraan (physical sensing), emosi, kognisi, dan intuisi. Fungsi yang maju dan
cepat tersebut mungkin diekspresikan dalam bentuk kemampuan-kemampuan yang
melibatkan kognisi, kreativitas, kecakapan akademik, kepemimpinan atau seni
rupa dan seni pertunjukan. Oleh karena itu, dengan inteligensia ini individu
berbakat menampilkan atau menjanjikan harapan untuk menampilkan inteligensia
pada taraf tinggi. Oleh karena kemajuan dan percepatan perkembangan tersebut,
individu memerlukan pelayanan dan aktivitas khusus yang disediakan oleh sekolah
agar kemampuan mereka berkembang secara optimal.
Definisi formal yang dikemukakan oleh Francoya Gagne
adalah sebagai berikut: Giftedness berhubungan dengan kecakapan yang secara
jelas berada di atas rata-rata dalam satu
atau lebih rendah (domains) bakat manusia. Talented berhubungan dengan
penampilan (performance) yang secara
jelas berbeda di atas rata-rata dalam satu atau lebih bidang aktivitas manusia”
(Gagne dalam Calongelo dan Davis, 1991:65).
2.
Definisi versi Indonesia
Adapun definisi berbakat versi Indonesia, seperti
dirumuskan dalam seminar/lokakarya Program alternatives for the gifted and
talented yang diselenggarakan di Jakarta (1982) bahwa yang disebut anak
berbakat adalah mereka yang didefinisikan oleh orang-orang profesional mampu
mencapai prestasi yang tinggi karena memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa.
Mereka menonjol secara konsisten dalam salah satu atau beberapa bidang,
meliputi bidang intelektual umum, bidang kreativitas, bidang seni/kinetik, dan
bidang psikososial/kepemimpinan. Mereka memerlukan program pendidikan yang
berdiferensiasi dan/atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah biasa,
agar dapat merealisasikan turunan mereka terhadap masyarakat maupun terhadap
diri sendiri. (Utami Munandar, 1995:41).
Rumusan di atas mengandung implikasi bahwa (a) bakat
merupakan potensi yang memungkinkan seorang berpartisipasi tinggi, (b) terdapat
perbedaan antara bakat sebagai potensi yang belum terwujud dengan bakat yang
sudah terwujud dan nyata dalam prestasi yang unggul, ini berarti anak berbakat
yang underachiever juga diidentifikasi
sebagai anak berbakat, (c) terdapat keragaman dalam bakat,
(d) ada kecenderungan bahwa bakat hanya akan muncul dalam salah satu bidang
kemampuan, dan (e) perlunya layanan pendidikan khusus di luar jangkauan
pendidikan biasa.
Dalam UUSPN No. 2 Tahun 1989, yang disebut anak
berbakat adalah “warga negara yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa”. Kecerdasan berhubungan dengan
perkembangan kemampuan intelektual, sedangkan kemampuan luar biasa tidak hanya
terbatas pada kemampuan intelektual. Jenis-jenis kemampuan dan kecerdasan luar
biasa yang dimaksud dalam batasan ini meliputi (a) kemampuan intelektual umum
dan akademik khusus, (b) berpikir kreatif-produktif, (c) psikososial/
kepemimpinan, (d) seni/kinestetik, dan (e) psikomotor.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan
bahwa anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan yang unggul dari anak
rata-rata/normal baik dalam kemampuan intelektual maupun nonintelektual
sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan secara khusus. Moh. Amin (1996)
menyimpulkan bahwa keberbakatan merupakan istilah yang berdimensi banyak.
Keberbakatan bukan semata-mata karena seseorang memiliki inteligensia tinggi melainkan
ditentukan oleh banyak faktor.
B. Karakteristik Anak Berbakat
Karakteristik anak
berbakat ditinjau dari segi akademik, sosial/emosi, dan fisik/kesehatan.
1.
Karakteristik
Akademik
Roe,
seperti dikutip oleh Zaenal Alimin (1996) mengidentifikasikan karakteristik
keberbakatan akademik adalah:
a. memiliki ketekunan dan rasa ingin tahu yang
benar,
b. keranjingan membaca,
c. menikmati sekolah dan belajar.
Sedangkan Kitano
dan Kirby (1986) yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (1994) mengemukakan
karakteristik keberbakatan bidang akademik adalah:
a. memiliki perhatian yang lama terhadap suatu
bidang akademik khusus,
b. memiliki pemahaman yang sangat maju tentang
konsep, metode, dan terminologi dari bidang akademik khusus,
c. mampu mengaplikasikan berbagai konsep dari
bidang akademik khusus yang dipelajari
pada aktivitas-aktivitas bidang lain,
d. kesediaan mencurahkan sejumlah besar perhatian
dan usaha untuk mencapai standar yang lebih tinggi dalam suatu bidang akademik,
e. memiliki sifat kompetitif yang tinggi dalam
suatu bidang akademik dan motivasi yang
tinggi untuk berbuat yang terbaik, dan
f.
belajar dengan cepat dalam suatu
bidang akademik khusus.
Salah
satu contoh yang digambarkan oleh Kirk (1986) bahwa seorang anak berbakat berusia 10 tahun, ia
memiliki kemampuan akademik dalam hal membaca sama dengan anak normal usia 14
tahun, dan berhitung sama dengan usia 11 tahun, anak ini memiliki keberbakatan
dalam membaca.
2.
Karakteristik
Sosial/Emosi
Ada
beberapa ciri individu yang memiliki keberbakatan sosial, yaitu:
a. diterima oleh mayoritas dari teman-teman sebaya
dan orang dewasa,
b. keterlibatan mereka dalam berbagai kegiatan
sosial, mereka memberikan sumbangan positif dan konstruktif,
c. kecenderungan dipandang sebagai juru pemisah
dalam pertengkaran dan pengambil kebijakan oleh teman sebayanya,
d. memiliki kepercayaan tentang kesamaan derajat
semua orang dan jujur,
e. perilakunya tidak defensif dan memiliki tenggang
rasa,
f.
bebas dari tekanan emosi dan
mampu mengontrol ekspresi emosional sehingga relevan dengan situasi,
g. mampu mempertahankan hubungan abadi dengan teman
sebaya dan orang dewasa,
h. mampu merangsang perilaku produktif bagi orang
lain, dan
i.
memiliki kapasitas yang luar
biasa untuk menanggulangi situasi sosial dengan cerdas, dan humor.
Dicontohkan
pula oleh Kirk bahwa anak yang berbakat dalam hal social dan emosi, bahwa
seorang anak berusia 10 tahun memperlihatkan kemampuan penyesuaian sosial dan
emosi (sikap periang, bersemangat, kooperatif, bertanggung jawab, mengerjakan
tugasnya dengan baik, membantu temannya yang kurang mampu dan akrab dalam
bermain). Sikap-sikap yang diperlihatkannya itu sama dengan sikap anak normal
usia 16 tahun.
3.
Karakteristik
Fisik/Kesehatan
Dalam
segi fisik, anak berbakat memperlihatkan (a) memiliki penampilan yang menarik
dan rapi, (b) kesehatannya berada lebih baik
atau di atas rata-rata, (studi longitudinal Terman dalam Samuel A. Kirk,
1986).
Dicontohkan
pula oleh Kirk bahwa seorang anak berbakat usia 10 tahun memiliki tinggi dan
berat badan sama dengan usianya. Yang
menunjukkan perbedaan adalah koordinasi geraknya sama dengan anak normal
usia 12 tahun. Mereka juga memperlihatkan sifat rapi.
Karakteristik
anak berbakat secara umum, seperti yang dikemukakan oleh Renzulli, 1981 (dalam
Sisk, 1987) menyatakan bahwa
keberbakatan (giftedness) menunjukkan keterkaitan antara 3 kelompok ciri-ciri,
yaitu (a) kemampuan kecerdasan jauh di atas rata-rata, (b) kreativitas tinggi
dan (c) tanggung jawab atau pengikatan diri terhadap tugas (task commitment).
Masing-masing ciri mempunyai peran yang menentukan.
Seseorang
dikatakan berbakat intelektual jika mempunyai inteligensia tinggi. Sedangkan
kreativitas adalah sebagai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru,
memberikan gagasan baru, kemampuan untuk melihat hubungan-hubungan yang baru
antara unsur-unsur yang sudah ada. Demikian pula berlaku bagi pengikatan diri terhadap
tugas. Hal inilah yang mendorong seseorang untuk tekun dan ulet meskipun
mengalami berbagai rintangan dan hambatan
karena ia telah
mengikatkan diri pada
tugas atas kehendaknya sendiri.
C. Kebutuhan
Pendidikan Anak Berbakat
Keanekaragaman
yang ditemui diantara anak-anak termasuk anak berbakat mencerminkan jenis dan
jumlah adaptasi yang perlu diadakan sekolah untuk memenuhi kebutuhan khusus
mereka. Kebutuhan pendidikan anak berbakat dapat ditinjau dari 2 kepentingan
berikut.
1.
Kebutuhan
Pendidikan dari Segi Anak Berbakat itu Sendiri
Oleh
karena potensi yang dimiliki anak berbakat sedemikian hebatnya jika dibandingkan dengan anak biasa
maka untuk mengembangkan potensinya mereka membutuhkan hal-hal berikut ini.
a. Anak berbakat membutuhkan peluang untuk
mencapai aktualisasi potensinya melalui penggunaan fungsi otak yang efektif dan
efisien. Mereka tetap membutuhkan pengembangan fungsi otaknya walaupun telah
memiliki otak yang hebat. Apalagi penggunaan kapasitas otak itu hanya 5% dari
fungsi keseluruhannya (Conny Semiawan, 1995). Melalui pendidikan terjadi
interaksi antara potensi bawaan individu dengan lingkungannya.
b. Membutuhkan peluang untuk dapat berinteraksi
dengan anak-anak lainnya sehingga mereka tidak menjadi manusia yang memiliki
superioritas intelektual saja tetapi merupakan manusia yang mempunyai tingkat
penyesuaian yang tinggi pula.
c. Membutuhkan peluang untuk mengembangkan
kreativitas dan motivasi internal untuk belajar berprestasi karena usaha
pengembangan anak berbakat tidak semata-mata hanya pada aspek kecerdasan saja.
Dengan
memenuhi kebutuhan tersebut diharapkan anak berbakat tidak hanya menjadi insan yang superior
karena gagasan dan pemikirannya yang cemerlang, tetapi ia juga dapat menjadi
manusia harmonis dalam bergaul. Anak berbakat adalah individu yang utuh yang
dalam kesehariannya membutuhkan orang lain.
2.
Kebutuhan
Pendidikan yang Berkaitan dengan Kepentingan Masyarakat
Kehadiran
anak berbakat dengan potensinya yang bermakna
sangatlah merugikan jika potensi yang dimiliki anak tersebut tidak
diakomodasi dan didorong untuk berkembang sehingga dapat berguna dalam
pengembangan bangsa dan negara. Oleh karena itu, pendidikan anak berbakat
membutuhkan dukungan dari masyarakat, antara lain sebagai berikut.
a. Membutuhkan kepedulian dari masyarakat terhadap
pengembangan potensi anak berbakat. Apabila kepedulian ini kurang atau tidak
ada maka potensi anak tersebut menjadi mubazir, maksudnya anak berbakat berada
di bawah potensi kemampuannya. Kepedulian ini digambarkan oleh Moh. Amin (1996)
dengan mengatakan bahwa sejak dahulu Plato telah menyerukan agar anak-anak
berbakat dididik secara khusus karena mereka ini diharapkan akan menjadi
pemimpin dalam segala bidang.
b. Membutuhkan pengembangan sumber daya manusia
berbakat. Usaha pengembangan sumber daya manusia berbakat merupakan
pengakomodasian serta pengembangan aset bangsa karena anak-berbakat ini dapat
menjadi penopang dan pendorong kemajuan bangsa karena potensi yang dimilikinya
berkembang secara optimal.
c. Anak berbakat membutuhkan keserasian antara
kemampuannya dengan pengalaman belajar. Oleh karena itu, pendidikan perlu
mewujudkan lingkungan yang kaya pengalaman sehingga dapat memenuhi perkembangan
anak berbakat. Anak-anak berbakat memiliki perspektif masa depan yang jauh
berbeda dengan orang lain.
d. Membutuhkan usaha untuk mewujudkan kemampuan
anak berbakat secara nyata (rill) melalui latihan yang sesuai dengan segi
keberbakatan anak berbakat itu sendiri.
D.
Jenis-Jenis
Layanan Bagi Anak Berbakat
Beberapa
komponen yang perlu diperhatikan dalam memberi layanan kepada anak berbakat
adalah sebagai berikut.
1.
Komponen
sebagai Persiapan Penentuan Jenis Layanan
Sebelum
menentukan jenis layanan pendidikan bagi anak berbakat, perlu memperhatikan
beberapa hal yang penting, antara lain sebagai berikut.
a. Pengidentifikasian anak berbakat
Mengidentifikasi
anak berbakat bukanlah hal yang mudah. Oleh
karena banyak anak-anak berbakat di sekolah tidak menampakkan bakat
mereka dan tidak dipupuk. Banyak diantara mereka berasal dari golongan ekonomi rendah, mengalami masalah
emosional yang menyamarkan kemampuan intelektualnya atau subkultur yang menekan
kemampuan bicara. Langkah pertama dalam pengenalan anak berbakat adalah
menentukan alasan atau sebab untuk mencari mereka. Jika kita memilih kelompok
matematika maka pendekatan akan berlainan kalau
kita mencari siswa yang mempunyai keterampilan menulis kreatif atau
untuk kemampuan seni pementasan, kepemimpinan, dan lain-lain.
Alat-alat
yang digunakan dalam identifikasi berfokus pada beberapa hal, seperti yang
dikemukakan oleh Kirk (1986), yaitu kelancaran (kemampuan untuk memberikan
jawaban bagi pertanyaan yang diberikan), kelenturan (kemampuan untuk memberikan
berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam respons ke respons yang
lain), dan kemurnian (kemampuan untuk memberikan respons yang unik dan layak).
Namun, hal-hal yang ditemukan oleh guru, orang tua, perlu dicek dengan tes
standar dan pengukuran kemampuan objektif lainnya oleh para ahli dalam bidang tersebut.
Selanjutnya
Renzulli, dkk., seperti dikutip Conny Semiawan (1995) mengemukakan bahwa
identifikasi anak berbakat harus mewakili kawasan-kawasan kemampuan intelektual
umum, komitmen terhadap tugas, dan kreativitas. Menurutnya kinerja seseorang
secara khusus dipengaruhi oleh motivasi yang muncul dalam menyelesaikan
tugasnya dan ketiga dimensi itu saling berhubungan. Prosedur identifikasi dengan sendirinya memperhatikan faktor
intelektual dan non intelektual. Pendekatan Renzulli ini penting karena dapat
membedakan anak-anak berbakat dari mereka yang biasa-biasa saja terutama
dilihat dari faktor motivasi dan kreativitas.
b. Tujuan umum pendidikan anak berbakat
Tujuan
program pendidikan anak berbakat adalah (1) anak-anak berbakat harus menguasai sistem
konseptual yang penting ada pada tingkat kemampuan mereka dalam berbagai bidang
mata pelajaran, (2) anak-anak berbakat harus mengembangkan keterampilan dan
strategi yang memungkinkan mereka menjadi mandiri, kreatif, dan memenuhi
kebutuhan dirinya, dan (3) anak-anak berbakat harus mengembangkan suatu
kesenangan dan kegairahan tentang belajar yang akan membawa mereka melalui
kerja keras dan kerutinan yang merupakan bagian proses yang tidak dapat
dihindarkan (Samuel A. Kirk, 1986).
c. Kebutuhan pendidikan anak berbakat baik itu
kepentingan individu anak berbakat itu sendiri maupun untuk kepentingan
masyarakat
Dari
analisis komponen-komponen tersebut diciptakan jenis layanan pendidikan yang merupakan alternatif
dalam implementasi pendidikannya.
2.
Komponen
sebagai Alternatif Implementasi Jenis Layanan
Berikut
ini akan dikemukakan hal-hal yang berkaitan dengan implementasi layanan
pendidikan anak berbakat.
a. Ciri Khas Layanan yang sesuai dengan Kebutuhan
Anak Berbakat
1) Adaptasi lingkungan belajar
Ada
beberapa alasan dalam mengadaptasi lingkungan belajar, yaitu (a) untuk memberi
kesempatan anak berbakat dalam berinteraksi dengan teman yang seusia, (b) untuk
memudahkan guru dalam mengajar karena berkurangnya keanekaragaman siswa, dan
(c) untuk menempatkan siswa berbakat dengan pengajar yang yang mempunyai
keahlian khusus dalam menangani anak berbakat. Sehubungan dengan adaptasi lingkungan belajar ini
Gallagher, dkk. (1983) mengemukakan ada beberapa cara sebagai berikut.
a) Kelas pengayaan, guru kelas melaksanakan suatu
program tanpa bantuan petugas dari luar.
b) Guru konsultan, pelaksanaan program pengajaran
dalam kelas biasa dengan bantuan konsultan khusus yang terlatih.
c) Ruangan sumber belajar, siswa berbakat
meninggalkan ruang kelas biasa ke ruangan sumber untuk menerima pengajaran dari
guru yang terlatih.
d) Studi mandiri, siswa memilih proyek-proyek dan
mengerjakannya di bawah pengawasan seorang guru yang berwewenang.
e) Kelas
khusus, siswa berbakat
dikelompokkan bersama-sama di sekolah dan diajar oleh guru yang dilatih
khusus.
f) Sekolah
khusus, siswa berbakat
menerima pengajaran di
sekolah khusus dengan staf guru yang dilatih secara khusus.
Selanjutnya, Utami
Munandar (1996) mengemukakan
bahwa alternatif lingkungan belajar/tempat belajar
anak berbakat dapat
berupa sekolah unggulan yang
dapat menampung anak-anak
berprestasi tinggi dari daerah
sekitarnya. Di sekolah
unggulan itu mereka
dihadapkan dengan program yang
memungkinkan akselerasi dan pengayaan.
2) Adaptasi Program
Adaptasi
program dilakukan dalam beberapa cara, diantaranya sebagai berikut.
a) Melalui percepatan/akselerasi siswa
Stanley (1979)
mengemukakan beberapa cara percepatan, yaitu:
(1) pemasukan ke sekolah pada usia dini, anak yang
memperlihatkan kematangan sosial dan intelektual diperbolehkan memasuki Taman
Kanak-kanak pada usia lebih muda dari anak pada umumnya;
(2) pelompatan tingkat/kelas, anak dengan cepat naik
kelas pada kelas/tingkat berikutnya
walaupun belum saatnya
kenaikan kelas;
(3) percepatan materi, anak mengikuti materi standar
dengan waktu yang lebih singkat,
misalnya belajar di Sekolah
Menengah Pertama hanya dua tahun;
(4) penempatan
yang maju, siswa
mengambil pelajaran di Perguruan
Tinggi sementara ia
masih di Sekolah Menengah Atas; dan
(5) pemasukan ke Perguruan Tinggi yang lebih awal,
seorang siswa yang sangat maju bisa masuk Perguruan Tinggi dalam usia 13, 14
atau 15 tahun.
b) Melalui pengayaan
Pengayaan isi (mata
pelajaran) memberi kesempatan pada siswa untuk mempelajari materi secara luas,
seperti menggunakan ilustrasi khusus, membuat contoh-contoh, memperkaya
pandangan, dan menemukan sesuatu.
c pendekatan yang
bersifat multi dimensional (faktor jamak). Faktor tunggal menggunakan kriteria
keberbakatan berdasarkan inteligensia yang tinggi, sedangkan faktor jamak
menggunakan kriteria keberbakatan tidak semata-mata ditentukan oleh faktor inteligensia, tetapi
juga hasil perpaduan atau hasil interaksi dengan lingkungan.
Demikian pula dalam memandang
tentang karakteristik anak berbakat yang tidak hanya ditinjau dari keberbakatan
akademik, tetapi ditinjau pula dalam keberbakatan sosial, emosional, penampilan
dan pemeliharaan kesehatan. Anak berbakat pada umumnya memiliki keunggulan jika
dibandingkan dengan anak-anak normal sehingga mereka membutuhkan program dan
layanan pendidikan secara khusus dengan melalui adaptasi pendidikan bagi
anak-anak berbakat tersebut. Berdasarkan hasil penelitian M. Soleh, dkk.,
populasi anak berbakat adalah 3% dari
anak seusianya dan 3-8 % dari mereka berada di sekolah biasa. Dari data
tersebut, sangat mungkin apabila di kelas-kelas kita akan hadir anak berbakat
yang selama ini dihadapkan dengan kurikulum yang umum dan waktu belajar yang
sama dengan teman sekelasnya atau dengan jenis layanan yang relatif sama dengan
teman sekelasnya. Alangkah ruginya anak berbakat jika dihadapkan dengan situasi
demikian secara terus-menerus.
Kebutuhan pendidikan anak berbakat ditinjau dari
kepentingan anak berbakat itu sendiri
adalah yang berhubungan
dengan pengembangan
potensinya yang hebat. Untuk mewujudkan
potensi yang hebat itu anak berbakat membutuhkan peluang untuk mencapai aktualisasi
potensi yang dimilikinya melalui penggunaan fungsi otak, peluang untuk
berinteraksi, dan pengembangan kreativitas
dan motivasi internal
untuk belajar berprestasi. Dari
segi kepentingan masyarakat, anak berbakat membutuhkan kepedulian,
pengakomodasian, perwujudan lingkungan yang kaya dengan pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk berlatih
secara nyata.
Selanjutnya,
dalam menentukan jenis
layanan bagi anak
berbakat perlu memperhatikan beberapa komponen berikut. Komponen
persiapan penentuan jenis layanan,
seperti Mengidentifikasi anak berbakat
merupakan hal yang tidak mudah karena
banyak anak berbakat yang tidak menampakkan
keberbakatannya dan tidak
dipupuk. Untuk
mengidentifikasi anak berbakat
Anda perlu menentukan
alasan atau sebab mencari mereka
sehingga dapat menentukan alat identifikasi yang sesuai dengan
kebutuhan tersebut. Tujuan
pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang
penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang menjadikannya
mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar
untuk berprestasi.
Selanjutnya, komponen alternatif implementasi layanan
meliputi ciri khas layanan, strategi pembelajaran dan evaluasi. Hal-hal yang
diperhatikan dalam ciri khas layanan adalah adaptasi lingkungan belajar,
seperti usaha pengorganisasian tempat belajar (sekolah unggulan, kelas khusus,
guru konsultan, ruang sumber). Selain itu, ada adaptasi program, seperti usaha
pengayaan, percepatan, pencanggihan, dan pembaruan program, serta modifikasi
kurikulum (kurikulum plus dan berdiferensiasi).
Berkaitan dengan strategi pembelajaran bahwa strategi
pembelajaran yang dipilih
harus dapat mengembangkan
kemampuan intelektual dan non intelektual serta dapat mendorong cara
belajar anak berbakat. Oleh karena itu,
anak berbakat membutuhkan model layanan khusus, seperti bidang kognitif
afektif, moral, nilai,
kreativitas, dan bidang-bidang
khusus. Evaluasi pembelajaran anak berbakat menekankan pada pengukuran dengan
acuan kriteria dan pengukuran acuan norma.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, dkk. 2006. Bimbingan Anak
Berkebutuhan Khusus. Bandung: UPI Press.
Wardani, dkk. 2008. Materi Pokok
Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
0 komentar:
Posting Komentar