Eksperimen
Berbasis Inkuiri
Eksperimen
berbasis Inkuiri ini memiliki proses pembelajaran yang dicapai melalui suatu
sistem pemikiran yang sistematis. Di dalam proses ini, siswa diharapkan dapat
memahami dan terampil terhadap suatu permasalahan yang diberikan oleh guru.
Sehingga peran guru dalam proses inkuri ini, tidak hanya memberikan teori saja,
tetapi membantu dan membimbing siswanya agar bisa menemukan jawaban atas
permasalah yang diberikan. Cara untuk mendapat jawaban tersebut siswa dapat
merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data
serta menarik sebuah kesimpulan.
Dalam proses inkuiri ini banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh diantaranya ;
Untuk Siswa :
Dalam proses inkuiri ini banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh diantaranya ;
Untuk Siswa :
1.
Siswa dapat berpikir secara kritis dan
sistematis
2.
Meningkatkan keterampilan secara ilmiah.
3.
Meningkatkan keyakinan terhadap kemampuan diri
siswa dan minat belajar secara intrinsic
4.
Dapat mengkondisikan siswa sebagai petualang dan
penemu baru.
5.
Siswa dapat lebih aktif dan berprestasi.
6.
Pembelajaran terintegrasi
7.
Belajar akan lebih tersa menyenangkan dan
menantang
8.
Pola pikir dan tingkah laku siswa (jujur,
teliti, ulet dan kerjasama) secara tidak langsung akan terprogram menjadi suatu
individu yang sangat cerdas.
Untuk Guru :
Untuk Guru :
a.
Menjadi lebih kreatif.
b.
Terjalin kerjasama yang baik antara murid dan
guru.
c.
Akan sama-sama berkembang bersamaan dengan
perkembangan siswa.
d.
Dapat memahami teori dan konsep secara
menyeluruh.
Namun
prose eksperimen berbasis inkuiri tersebut memiliki beberapa kendala
diantaranya sebagai berikut :
1)
Jika guru, tidak dapat dengan baik merumuskan
teka-teki, atau pertanyaan kapada muridnya, untuk memecahkan permasalah secara
sistematis, maka akan membuat murid lebih bingung dan tidak terarah.
2)
Guru tidak memahami secara keseluruhan proses
eksperimen berbasis inkuiri tersebut sehingga siswa tidak akan pernah memahami
tujuan yang sesungguhnya.
3)
Adanya kelemahan pada siswa dalam melakukan
eksperimen sehingga guru sulit untuk mencapai pada tujuan yang dituju.
4)
Kurangnya alat bantu untuk melakukan proses
eksperimen secara inkuiri.
5)
Harus memiliki waktu dan tenaga pendidik yang
lebih banyak, kerena daram eksperimen berbasis inkuiri ini diperlukan interaksi
yang penuh antara guru dan murid.
B. Eksperimen Berbasis Verifikasi
B. Eksperimen Berbasis Verifikasi
Eksperimen
berbasis Verifikasi ini melakukan proses sebuah penelitian untuk memberikan
pengertian kepada siswa terhadap teori atau konsep yang telah guru berikan
melalui suatu eksperimen, sehingga siswa dapat mengerti dan memahami betul atas
konsep dan teori tersebut.
Pada
eksperimen berbasis verifikasi , guru berperan menerangkan suatu teori,
kemudian siswa dapat mebuktikannya melalui sebuah eksperimen. Ketika siswa
melakukan eksperimen, siswa akhirnya dapat menarik kesimpulan bahwa teori atau
konsep tersbut sesuai atau tidak dengan percobaan.
Dalam
eksperimen berbasis Verifikasi, banyak pula manfaat yang dapat diambil
dinataranya yaitu :
Untuk Siswa:
·
Siswa dapat membentuk kepribadian yang jujur,
teliti, ulet dan cerdas
·
Siswa dapat berfikikir secara keritis terhadap
eksperimen yang dilakukan.
·
Siswa dapat menjalin kerjasama bersama
teman-temannya.
·
Siswa dapat memahami sebuah teori dan konsep
dengan lebih mendalam.
·
Meningkatkan keahlian siswa dalam bekerja secara
ilmiah.
Untuk
Guru:
·
Guru dapat lebih kreatif dalam menerangkan suatu
konsep dan teori terhadap siswanya.
·
Guru lebih mengetahui kemampuan siswa dalam
kerja secara ilmiah.
·
Guru dapat memahami konsep dan teori lebih
mendalam setelah para siswa melakukan eksperimen.
Namun ada beberapa hal dalam eksperimen berbasis verifikasi ini yang dapat menjadi kelemahan, diantaranya:
Namun ada beberapa hal dalam eksperimen berbasis verifikasi ini yang dapat menjadi kelemahan, diantaranya:
·
Tidak terbentuknya individu siswa yang kreatif
dan inovatif.
·
Siswa akan merasa lebih jenuh untuk melakukan
eksperimen.
kadang-kadang
siswa akan melakukan suatu kebohongan ketika mendapatkan hasil data yang tidak
sesui dengan konsep.
·
Siswa tidak terlatih untuk berpikir secara
sistematis.
·
Siswa tidak terlatih untuk mencoba hal yang
lebih baru bagi mereka.
·
Kurangnya iteraksi antar siswa dengan guru.
guru
tidak akan berkembang, sesuai dengan penemuan siswanya yang baru.
·
Siswa tidak terlatih untuk menjadi seorang
ilmuan dan petualang.
Sehingga, apabila dilihat deri keduanya akan lebih baik menggunakan eksperimen berbasis inkuiri karena pada dasarnya siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang, umumnya siswa tertarik sesuatu yang baru bagi mereka, dan siswa menyukai sebuah tantangan yang mengharuskan mereka menemukan suatu jawaban dengan cara memperaktekannya langsung, karena pembelajaran aktif menurut confusius adalah:
Sehingga, apabila dilihat deri keduanya akan lebih baik menggunakan eksperimen berbasis inkuiri karena pada dasarnya siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang, umumnya siswa tertarik sesuatu yang baru bagi mereka, dan siswa menyukai sebuah tantangan yang mengharuskan mereka menemukan suatu jawaban dengan cara memperaktekannya langsung, karena pembelajaran aktif menurut confusius adalah:
·
Apa yang saya dengar saya lupa
·
Apa yang saya lihat saya ingat sedikit
·
Apa yang saya dengar, lihat, diskusikan, saya
mulai mengerti
·
Apa yang saya lihat, dengar, diskusikan dan
kerjakan saya dapat pengetahuan dan keterampilan
Namun untuk ekperimen berbasis verifikasi pun tidak terlalu salah hanya saja kurang pas untuk para siswa yang sedang berkembang, seharusnya ekperimen berbasis verifikasi tersebut dipakai oleh para ilmuan yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai suatu permasalahan dengan beracuan pada teori dan konsep dasar.
Namun untuk ekperimen berbasis verifikasi pun tidak terlalu salah hanya saja kurang pas untuk para siswa yang sedang berkembang, seharusnya ekperimen berbasis verifikasi tersebut dipakai oleh para ilmuan yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai suatu permasalahan dengan beracuan pada teori dan konsep dasar.
A. EKSPERIMEN BERBASIS
INKUIRI
Inkuiri (inquiry)
merupakan perluasan dari discovery (menemukan). Artinya inkuiri mengandung
proses mental yang lebih tinggi tingkatannya. Misalnya; merumuskan problema,
merancang eksperi men, melaksanakan eksperimen, melaksanakan eksperimen,
mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Oleh
karena itu, eksperimen berbasis inkuiri dilakukan dengan cara mengeskplor
sendiri apa yang akan diekperimenkan dari permasalahan yang diberikan.
Eksperimen berbasis Inkuiri ini memiliki proses pembelajaran yang dicapai
melalui suatu sistem pemikiran yang sistematis.
Eksperimen berbasis
inkuiri lebih memacu keingintahuan seseorang untuk memecahkan suatu persoalan
atau menjawab semua pertanyaan di benaknya. Dalam pelakasaannya mahasiswa (yang
melakukan eksperimen) akan berfikir kritis dan sistematis. Dan dari percobaan
tersebut mahasiswa dapat meningkatkan kemampuan dan minat belajar secara
intrinsik, sehingga membuat mahasiswa berfikir ilmiah
Manfaat lain dari
eksperimen berbasis inkuiri ini adalah dapat membuat mahasiswa lebih aktif dan
berprestasi. Keingintahuan memecahkan suatu permasalahan yang diberikan akan
memlatih pola pikir mahasiswa. Oleh karenanya pembelajaran lebih terintegrasi,
lebih menyenangkan dan lebih menantang.
Namun kekurangannya
adalah jika dosen tidak dapat dengan baik merumuskan teka-teki atau pertanyaan
kapada muridnya, untuk memecahkan permasalah secara sistematis, maka akan
membuat murid lebih bingung dan tidak terarah. Sangat penting dalam eksperimen
inkuiri dosen memberikan pertanyaan yang tepat agar muridnya paham dan mudah
dalam mengeksplor pengetahuannya di lab.
B. EKSPERIMEN BERBASIS
VERIVIKASI
Eksperimen berbasis
Verifikasi ini melakukan proses sebuah penelitian untuk memberikan pengertian
kepada mahasiswa terhadap teori atau konsep yang telah dosen berikan melalui
suatu eksperimen, sehingga mahasiswa dapat mengerti dan memahami betul atas
konsep dan teori tersebut.
Pada eksperimen
berbasis verifikasi , dosen berperan menerangkan suatu teori, kemudian
mahasiswa dapat mebuktikannya melalui sebuah eksperimen. Ketika mahasiswa
melakukan eksperimen, mahasiswa akhirnya dapat menarik kesimpulan bahwa teori
atau konsep tersbut sesuai atau tidak dengan percobaan.
Melalui ekperimen
berbasis verifikasi, mahasiswa hanya membuktikan suatu teori atau percobaan
yang telah ada. Sehingga pada ekperimen verifikasi, mahasiswa dapat meramalkan
apa yang akan didapat dari eksperimen tersebut. Jika hasil akhirnya sesuai
dengan teori maka eksperimen dapat dikatakan berhasil. Sedangkan jika hasilnya
berbeda atau bahkan jauh dari teori yang ada, maka eksperimen dikatakan gagal
atau terdapat kesalahan pada saat melakukan eksperimen.
Manfaat dari eksperimen
ini adalah membentuk sifat mahasiswa agar jujur, teliti, ulet dan cerdas.
Disamping itu juga mahasiswa dapat berfikir kritis terhadap eksperimen yang
dilakukannya. Sehingga mahasiswa dapat memahami teori atau konsep lebih dalam
dibandingkan sebelum melakukan percobaan.
Namun dengan eksperimen
berbasis verifikasi ini tidak terbentuk mahasiswa yang kreatif dan inovatif.
Mahasiswa akan merasa lebih jenuh untuk melakukan eksperimen, Kadang-kadang
mahasiswa melakukan kebohongan terhadapa hasil penelitiannya. Dengan sedikit
manipulasi data hasil percobaan yang melenceng agar didapat hasil yang sesuai
dengan konsep atau teori.
Kemudian mahasiswa
tidak terdidik untuk berfikir sistematis. Karena sudah ada prosedur yang sesuai
dengan konsep atau teori, maka mahasiswa tidak perlu lagi menyusun sistematika
eksperimen. Mahasiswa tinggal mengikuti apa yang telah ditulis dalam panduan
percobaan.
Apabila dilihat dari
kedua macam eksperimen tersebut, maka akan lebih baik jika menggunakan
eksperimen berbasis inkuiri. Karena pada dasarnya mahasiswa dipandang sebagai
individu yang sedang berkembang, umumnya mahasiswa tertarik sesuatu yang baru
bagi mereka, dan mahasiswa menyukai sebuah tantangan yang mengharuskan mereka
menemukan suatu jawaban dengan cara memperaktekannya langsung.
0 komentar:
Posting Komentar